Raffa menuruni mobilnya dan langsung menutup pintunya. Ia melangkah sembari memainkan kunci mobilnya tanpa melihat ke arah depan. Beberapa rencana dan pertanyaan sudah disiapkannya untuk seseorang. Ia harus memeriksanya, memastikan dan membuktikan kecurigaannya.
Tiba-tiba, langkahnya terhenti kala matanya menangkap sebuah kaki ada dihadapannya. Lantas, ia langsung mengangkat pandangannya dan menatapnya. "Mau kemana lo?" tanya Raffa.
"Gua mau pergi bentar. Nyokap sama bokap balik malem, lo jangan kemana-mana sebelum gua balik. Bibi gak ada dirumah." Raffa mengangguk ragu. "Ya udah, gua berangkat dulu." sambung Raihan.
"Eh, Rai..."
Raihan memutar pandangannya. "Ada apa?"
"Ada yang mau gua tanyain sama lo." Raihan terdiam beberapa saat. "Tapi kalau lo buru-buru, nanti aja gua tanyanya."
Melihat perilaku Raffa yang aneh, Raihan langsung mengurungkan niatnya dan melangkah menuju kursi yang ada di teras rumahnya. Ia penasaran dengan apa yang ingin ditanyakan oleh saudaranya itu, oleh sebab itu ia kembali dan menunda kepergiannya. "Mau ngomong apa?"
Raffa menelan salivanya. "Emm, gua.. Gua mau nanya sama lo. Sebenernya, lo punya hubungan apa sama Rachel?"
Raihan menatapnya terkejut. "Maksud lo?"
"Maksud gua ya, lo punya hubungan apa sama dia." tanya Raffa. "Gua perhatiin kayaknya ada sesuatu antara lo berdua, apa kalian pernah punya hubungan sebelumnya?"
"Kenapa lo nanya ini ke gua? Ada yang nyuruh lo?"
"Gak ada. Gua cuman penasaran aja sih. Tatapan lo ke dia beda wak-"
Raihan bangkit dari duduknya. "Sorry, gua buru-buru Raff."
Karena merasa tak dihiraukan, Raffa langsung mengucapkan kalimat yang dapat memancingnya untuk bicara. "Gua liat lo dikoridor sore tadi." Raihan langsung menghentikan langkahnya. "Gua liat semuanya, termasuk saat lo meluk Rachel disana. Gua penasaran, apa tanggapan lo tentang ini."
Raihan menghela nafasnya dan mendekat ke arah saudaranya. "Denger, Raff. Kita keluarga, gua gak tahu ada yang nyuruh lo nanya ini ke gua atau enggak, dan lo harus tahu kalau gua selalu berusaha buat gak ngehancurin kebahagiaan nyokap gua meskipun gua sendiri gak menerima ini sejak awal. Jadi gua harap, lo ngerti posisi itu dan menghargai semuanya."
"Gua selalu menerima dan menghargai hubungan ini Rai, tapi gua rasa, lo yang gak menghargainya. Apa alasan lo kembali ke Indonesia? Apa Rachel alesan lo? Gua yakin alesan lo kembali ke Indonesia bukan buat memperbaiki hubungan lo dikeluarga ini, karena gua tau lo gak akan pernah menerima semuanya. Lo gak akan pernah nerima bokap dan gua, bahkan nyokap lo pun, lo susah buat menerimanya." ucap Raffa yang sedikit terbawa emosi.
"Satu hal yang harus lo tahu, setidaknya dengerin kata hati lo dan buang sifat egois lo. Semua orang sayang sama lo, dan gua harap apa yang lo bilang ke nyokap dan bokap soal kepindahan lo ke sini itu bener. Gua harap lo bener-bener mau memperbaiki semuanya."
Raffa melangkah meninggalkan Raihan yang masih terdiam diposisinya. Ia mengatur nafasnya, menahan emosinya. Kalimat yang diucapkan Raffa terus terngiang, menghampirinya dan menetap mengganggu ingatannya. Entah perasaan aneh apa yang mengganggunya, namun yang pasti ada sedikit luka kala mendengarnya.
🌺🌺🌺
Bel berbunyi.
"Hel, ada tamu noh- ah gembel banget tuh orang.." Valeryan mendengus kala salah satu pemain dari tim jagoannya tidak berhasil memasukkan bola kedalam ring karena terlalu terburu-buru. "Hel.. Rachel.." panggilnya lagi. Ia menengok kearah kamar Rachel sejenak. Tak ada jawaban disana, entah sedang apa wanita itu didalam kamarnya. Sejak pulang sekolah tadi, wanita itu tidak memunculkan batang hidungnya sedikitpun. Ia terus berada dikamar, tanpa keributan, serta suara sedikitpun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rachel Dan Julian
Teen Fiction"Dingin. Gua tau lo kedinginan. Gua gak bisa hapus setiap kesedihan yang ada di ingatan lo, tapi setidaknya, gua bisa ngelindungin lo dan hapus air mata lo." -Julian. Hanya kalimat itu yang mampu diucapkannya. Tak banyak, namun mampu membuat Rachel...