CHAPTER 26

96 16 0
                                    

Sore itu, aku pergi ke rumah Cam untuk mengantarkan chicken enchiladas. Grandma telah memasaknya lebih dari cukup untuk kami dan Grandpa, dan dia menyuruhku mengantarkan beberapa potong untuk Cam.

"Wow, terima kasih." katanya.

"Sama-sama." jawabku. Cam menerimanya lalu menyuruhku masuk.

"Kau mau hotdog? Aku baru saja membelinya." katanya.

"Tidak, terima kasih. Aku sangat kenyang." kataku jujur. Aku baru saja memakan sepiring penuh enchiladas dan tidak ada ruangan lagi di perutku untuk makanan lain.

"Hm, baiklah." kata Cam lalu duduk di sebelahku.

"Aku akan sangat bosan dalam lima hari ke depan." kataku memulai.

"Aku juga, aku tidak akan melihatmu di balkon kamarmu pada malam hari, atau mendengarmu bersenandung ketika kau menyapu dedaunan kering di halaman." katanya. Aku tertawa.

"Kelihatannya kau berat melepasku." candaku.

"Memang berat, aku hampir tidak punya kegiatan selain pergi ke sekolah konyol dan memikirkan wanita konyol yang sedang duduk di sebelahku."

"Kau memikirkanku?"

"Ya. Selalu."

"Woah."

"Kau tidak keberatan, kan?"

"Tidak, aku hanya tidak percaya ada orang yang benar-benar memperhatikanku." kataku lalu menatap Cam. Dia tersenyum.

"Aku ingin mengenalmu lebih dalam, Alex. Aku merasa ada sesuatu yang sangat spesial dalam dirimu dan aku harus segera mendapatkannya sebelum orang lain melakukannya." katanya.

"Oh, Cam, kau menakjubkan." kataku.

"Omong-omong, kau tidak tidur? Aku tidak mau kau kelelahan besok pagi." katanya, mengganti topik pembicaraan.

"Hm, mungkin sebentar lagi." kataku lalu mencari-cari jam di ruang tamu Cam. Aku menemukannya di meja sebelahku, masih pukul 7, pikirku. Tiba-tiba aku melihat kalender yang ada di sebelahnya. Kalender itu diberi tanda pada tanggal 8 dan di sebelahnya tertulis nama Cam. Aku langsung menebak-nebak.

"Cam." panggilku.

"Ya?" jawabnya.

"Kau akan berulang tahun?" tanyaku. Cam terdiam sejenak.

"Well, ya." katanya malu.

"Tanggal 8, 6 hari lagi, kenapa kau tidak bilang padaku." kataku lalu mengguncang-guncang lengannya. Dia tertawa lalu mengusap rambutku.

"Aku tidak mungkin datang ke rumahmu hanya untuk mengumumkan kalau aku akan segera berulang tahun. Lagipula aku tidak ingin merayakannya." katanya.

"Cam, kau pantas mendapatkannya." kataku. Aku menatap mata hazelnya untuk yang kesekian kali. Dia tersenyum simpul.

"Tidak perlu, Alex. Sudahlah, tak usah dipikirkan." katanya tenang. Aku memegang tangannya.

"Tunggu aku pulang dari Camp dan kita akan merayakannya." kataku.

"Ak-"

"Kau harus mau." kataku.

"Hm, baiklah-baiklah. Apapun yang kau mau putri cantikku." katanya lalu mencubit pipiku.

[skip]

"Alexis, bangunlah." bisik seseorang. Aku membuka mataku dan menemukan Cam yang duduk di sebelahku.

"Cam? Kau datang." kataku.

"Aku membangunkanmu 15 menit lebih awal agar kau bisa memeriksa ulang barang-barangmu." katanya. Aku menghela nafas.

"Kau baik sekali." kataku lalu tersenyum.

"Pastikan tidak ada yang kau lewatkan." katanya. Aku mengangguk.

"Kurasa sudah cukup." kataku setelah memeriksa semuanya.

"Hm, baiklah." katanya. Aku memeluk Cam erat tanpa berpikir apapun.

"Terima kasih." kataku.

"Sama-sama, aku hanya ingin memastikan kau siap." katanya.

"Aku membuatmu bangun sangat pagi lalu datang ke rumahku."

"Tak perlu merasa bersalah, Alex. Sekarang mandilah, aku akan menunggumu di bawah." katanya. Aku melepas pelukanku. Tanpa berkata apapun aku langsung meninggalkannya.

[skip]

"Bye, Cameron." kataku sebelum bel masuk berbunyi. Cam mendaratkan kecupan di pipiku. Aku menggenggam tangan kokohnya.

"Aku akan menunggumu di sini sampai acaranya dimulai. Jaga dirimu, Alexis." katanya.

"Pasti, jaga dirimu juga." kataku. Dia mengangguk. Aku berpamitan lalu masuk ke sekolah.

TRUST (Book 1) // Ariana Grande & Justin BieberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang