CHAPTER 9

146 20 0
                                    

Aku berhasil menemukan rumah Grandma setelah menyusuri setiap blok di South Normandie Ave, Westmont. Aku langsung mengetuk pintu bercat putih itu. Godness, akhirnya aku bebas dari J dan G, atmosfernya sangat tenang di sini.

Grandpa membukakan pintu untukku.

"Grandpaaaa." sapaku seraya memeluknya.

"Alexis, kenapa kau sampai di sini?" tanyanya heran. Grandpa mempersilahkanku masuk lalu memanggil Grandma. Grandma sama terkejutnya dengan suaminya.

"Well, aku minta maaf karena aku datang tiba-tiba." kataku.

"Tak apa, sayang, kami senang kau datang." kata Grandma.

"Hm, aku tidak tahan tinggal di rumah Justin, jadi aku ke sini."

"Justin? Justin temanmu yang pindah ke LA?"

"Yep. Kemarin aku memenangkan lomba lari musim panas dan aku di kirim ke LA untuk lomba selanjutnya, dan selama di sini aku tinggal di rumah Justin." kataku.

"Ah, aku mengerti. Tapi kenapa kau tidak tahan di sana?" tanya Grandma. Aku menjelaskan tentang Justin yang berubah, namun aku tidak menceritakan ADJ, aku bilang sikap Justin sekarang memuakkan dan aku tidak tahan, jadi aku pergi tanpa sepengetahuan mereka. Dan aku memohon dengan sangat agar Grandma dan Grandpa tidak memberitahukan keberadaanku.

"Bagaimana kalau mereka mencarimu di sini?" tanya Grandma.

"Aku akan cari jalan keluar, tak perlu khawatir. Tapi tolong jaga rahasiaku ya, Grandma." kataku.

"Hm, oke. Serahkan pada Grandma." katanya. Aku memeluk mereka dan berterima kasih. Grandpa kemudian menyuruhku istirahat karena lututku membengkak setelah berjalan jauh.

[skip]

Aku terbangun pagi hari berikutnya. Ini pertama kalinya aku bisa tidur nyenyak setelah insomnia akut yang melandaku pasca latihan lari. Aku bergegas mandi lalu turun. Aku bertemu Grandma dan Grandpa di dapur.

"Good morning, guys." sapaku.

"Ah, good morning, honey. Aku telah membuat spaghetti untukmu." kata Grandma.

"Hm, thank's Grandma. You're the best." kataku.

"Well, sama-sama. Makanlah dahulu, kau pasti lapar, kan?" tanya Grandma. Aku mengangguk. Aku baru saja akan menyuapkan spaghetti ketika pintu depan diketuk.

"Ah, aku saja." kataku lalu berdiri. Ketika aku membuka pintu, aku melihat seorang lelaki yang sangat mempesona. Dia tinggi, dengan rambut coklat dan wajah rupawan. Kami berpandangan selama beberapa saat sebelum dia sadar.

"Ah, maaf, aku ingin mengantar koran untuk, ehm, Grandpa." katanya.

"Oh, oke, terima kasih." kataku sama canggungnya lalu mengambil koran yang disodorkannya. Kurasa pipiku merona.

"Ehm, aku harus mengantar koran lagi, p-permisi." katanya lalu tersenyum malu. Aku membalas senyumnya dengan kikuk. Alexis, kau benar-benar memalukan.

Aku kembali sambil masih tersenyum. Aku baru sadar ketika Grandma bertanya.

"Siapa, Alex?"

"Uh, hanya pengantar koran." kataku datar sambil menahan senyum. Oh My God, apa yang terjadi padaku.

[skip]

Aku ketiduran sampai Grandma membangunkanku untuk makan malam. Aku bergegas ganti baju lalu turun dengannya. Dan kau tahu, aku melihat lelaki pengantar koran tadi duduk bersama Grandpa di ruang makan. Dia melihatku tertatih ke kursi lalu menawarkan bantuan. Aku menolaknya dengan halus, dia membalasku dengan senyum manisnya.

Aku merasa akan mati ketika Grandma menyuruhku duduk di dekatnya. Aku meletakan bokong indahku dengan hati-hati di kursi itu, tapi sial lututku terbentur kaki meja. Aku mengerang pelan.

"Kau tak apa?" tanya cowok itu.

"Tidak, tidak apa." jawabku canggung, dan dia tersenyum lagi, membuat pipiku yang pucat jadi merona.

"Aku membuat chicken enchiladas kesukaan Cam...Ah, tunggu, kalian belum berkenalan ya?" tanya Grandma. Kami menggelengkan kepala serempak.

"Aw, oke. Cam, perkenalkan Alexis, cucu Grandma. Dan Alexis, perkenalkan Cameron, dia sudah kami anggap cucu sendiri." kata Grandma. Aku mengulurkan tanganku dan dia menyambutnya. Tangannya benar-benar kokoh namun lembut.

"Alexis." kataku.

"Cameron. But, panggil saja Cam." katanya. Aku tersenyum padanya, dan dia membalasnya dengan seringai yang kusebut seringai-penakluk-wanita (?)

"Nah, sekarang makanlah, aku membuat porsi besar hanya untuk kalian kali ini." kata Grandma, aku berterima kasih.

"Kau suka chicken enchiladas juga?" tanyaku pada Cam.

"Hm, ya, kau juga menyukainya?" jawabnya.

"Aku benar-benar menyukainya." kataku.

"Melebihi apapun di dunia ini." kata kami bersamaan. Dia sama terkejutnya denganku. Kami tertawa.

"Well, kurasa kita bisa menghabiskannya dengan cepat." kataku.

"Yeah, sound's good." katanya. Cam memotongnya menjadi dua bagian lalu menaruhnya di piringku dan piringnya. Berbeda denganku yang memotongnya kecil-kecil, Cam langsung memasukan potongan-potongan besar itu ke mulutnya.

"Kau harus mencoba caraku. Ini akan mengurangi resiko cheddar yang jatuh." katanya. Aku tertawa mendengar teorinya.

"Oke, aku akan mencobanya." kataku lalu menggigit potongan besar di piringku, namun kejunya meleleh di bibirku.

"Kau harus banyak latihan untuk makan dengan caraku." katanya lalu tertawa.

"Well, aku akan berlatih." kataku. Tiba-tiba telepon berdering, Grandma buru-buru mengangkatnya.

"Hello." sapanya.

"Apa? Alexis hilang? Oh My God." katanya. Pasti Dad. Aku jadi teringat ponselku mati sejak kemarin.

"Aku tak tahu, sayang. Aku akan menelepon adikmu."

"Baik, baik, jangan panik, oke. Kita akan segera menemukannya."

"Oke. Bye." kata Grandma lalu menutup telepon. Aku baru sadar Cam ikut mendengarkan pembicaraan Grandma dan berhenti makan, sepertiku.

"Alexis hilang?" tanyanya heran.

"Ah, tak apa. Aku akan menceritakannya padamu kalau kau ada waktu." kataku.

"Hm, oke." katanya. Aku menyuruhnya melanjutkan makannya.

"Semua beres." kata Grandma ketika dia kembali.

"Thank's, Grandma." kataku lalu ber hi-five dengannya. Cam memandangku heran, aku memberikan tatapan tak-perlu-dipikirkan-ini-masalah-sesama-wanita padanya.

Selesai makan, aku mengantar Cam ke depan.

"Well, terima kasih atas makan malamnya." katanya.

"Berterima kasihlah pada Grandma dan Grandpa." kataku. Dia tertawa.

"Aku juga harus berterima kasih padamu." katanya.

"Hm, baiklah, sama-sama." jawabku.

"Oke, sampai ketemu besok, Alexis. Senang bertemu denganmu." katanya seraya melambaikan tangan.

"Senang bertemu denganmu juga, Cam." jawabku lalu membalas lambaiannya. Oh My God, dia sangat rupawan.

TRUST (Book 1) // Ariana Grande & Justin BieberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang