Aku mah Apa Atuh

11.6K 1K 26
                                    


"Rind, kenapa mesti ngendap-ngendap seperti ini? Kaya mau maling ayam saja!" bisik Hans.

"Sssttttsss, jangan berisik nanti ketauan emakku," balas Rindy dengan suara berbisik.

Hans langsung terdiam tapi tetap mengikuti Rindy, sementara pandangannya berpendar menyapu seluruh interior dari rumah reyot milik keluarga Rindy.

"Jam segini emakku biasanya lagi tidur, soalnya semalaman dia begadang buat ngelayani para pria hidung belang," jelas Rindy masih dengan suara berbisik. Hans pun diam tak membalas perkataannya.

"Kalo kita berisik, nanti dia bisa bangun. Dan menangkapku untuk dia jual kepada pria hidung belang langganannya," lanjut Rindy, perlahan membuka pintu belakang rumahnya, dan terus mengedap-ngendap seperti pencuri.

Rindy mencari-cari keberadaan bapaknya, tapi sedikit pun tidak ada tanda-tanda keberadaannya.

Lalu ia kembali keluar dan Hans dengan setia mengikutinya. Tiba-tiba terdengar suara siulan yang berirama dari samping rumah Rindy, dan ia yakin kalau itu siulan bapaknya, walau ia juga bingung, kata Riko bapaknya sedang sakit, tapi kenapa berada di luar dan malah bersiul-siul ria di samping rumah.

Rindy pun berjalan mendekati si bapak yang sedang duduk di kursi bambu di bawah sebuah pohon yang rindang.

"Bapak!!" sapa Rindy.

Dan pria setengah baya dengan wajah sangar itu menoleh dan cukup terlonjak melihat kedatangan Rindy putri bungsunya.

"Abang bilang, Bapak sakit, pak? Kok udah mainin pancing aja? Kalau lagi sakit diem di rumah, napa? Nanti nyebur kali baru tau!" ujar Rindy, wajahnya merengut tidak setuju dengan mata melotot ke arah bapaknya, seperti seorang wanita memarahi anak tirinya.

Dan entah mengapa Hans suka melihat Rindy yang sedang merengut, sampai ia tidak bisa mengalihkan pandangannya, cukup lama pandangannya tak teralihkan dari wajah gadis yang sedang merengut itu. Bibir mungil yang mengerucut itu membuat ia gemas, dan kenangan semalam tentang rasa bibir itu membuat ia menahan napas.

"Kemarin bapak minum terlalu banyak, perut bapak ampe bengkak, tapi sekarang udah baekan," jawab Bapaknya Rindy.

"Oh... Syukurlah," balas Rindy.

Walau Bapaknya Rindy seorang preman pasar, pemabuk dan penjudi, tapi ia adalah satu-satunya orang yang sedikit sayang pada Rindy. Ya, setidaknya, bapaknya Rindy tidak sejahat ibunya. Hanya di sayangkan, bapaknya Rindy itu termasuk suami yang takut sama istri, sehingga tidak mampu melindungi Rindy. Dia tidak cukup berani melawan sang istri kala Rindy dipaksa menjual diri. Untung saja waktu itu sahabat Rindy Satria menolong Rindy dan membawanya kabur dari desa tempat Rindy dilahirkan. Memulai hidup baru di kota kecil yang cukup jauh dari desa mereka, dan bekerja di sebuah pabrik sepatu sambil kuliah di kelas karyawan di kota itu.

Saat asyik melepas rindu pada sang Ayah yang hampir setahun ini tidak ia temui, tiba-tiba saja terlihat sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan rumah reyot itu.

Seorang gadis cantik mirip dengan Rindy, tapi dalam versi femininnya, yang tidak lain adalan Natalie kakak perempuan Rindy. Gadis itu keluar dari mobil mewah yang baru berhenti itu, pengemudi mobil yang terlihat usianya jauh lebih tua dari Natali itu pun ikut keluar.

"Pokoknya calling aja kalau butuh jasa aku lagi, ya om." ucap Natalie pada pria di hadapannya.

"Okay," balas si pria. Dengan sedikit kasar menarik pinggang Natalie, dan memenuhi bibir seksinya dengan ciuman. Erangan keras pun terdengar kala tangan pria itu meremas buah dadanya.

Mereka bercumbu tanpa sedikit pun peduli pada tiga pasang mata yang menonton kelakuannya. Untuk beberapa detik, Hans dan Rindy saling berpandangan setelah melihat adegan itu. Hans melihat Rindy yang terlihat tidak nyaman.

Si Tomboy Rindy Dan Si Bule Han'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang