Pengakuan

13.2K 1.1K 109
                                    

Matahari bersinar sangat cerah di pagi yang indah, burung-burung berkicau dari atas pohon mangga yang tumbuh di depan rumah kontrakan Rindy. Seolah mereka ikut bahagia pada pasangan yang saat ini dilanda kebahagiaan.

Wajah Hans secerah matahari pagi ini, ia bangun lebih awal dari Rindy dan itu sudah pasti. Entahlah, kebiasaan Rindy sulit dirubah. Ia selalu bangun kesiangan terlebih semalam ia tidur terlalu larut dan kita sama-sama salahkan Hans dalam hal ini.

Semalam, Hans seperti orang yang kelaparan dan kehausan di padang pasir yang gersang, bahkan mungkin lebih parah dari itu saat ia menginginkan Rindy.

Ia langsung mengusir dua pegawainya, menyuruh mereka mencari penginapan sesampainya mereka dirumah kontrakan yang selama ini menjadi tempat tinggal Rindy.

Bahkan, Hans mengabaikan protes istrinya, saat ia menggendong tubuh mungil itu dengan ala bridal style. Ia juga tak peduli pada kedua pegawainya yang saling bertatapan saat melihat tingkah sang bos, yang seperti seekor singa lapar mendapat hadiah rusa muda.

Hans langsung membawa Rindy masuk rumah, dan sebelumnya ia harus memaki pintu masuk, karena kuncinya sangat menyulitkan ketika ia berusaha membuka pintu itu. Ia juga harus membungkam mulut Rindy dengan sebuah ciuman, saat istrinya itu menertawakan tingkah tak sabarnya.

Hans menutup pintu itu dengan kakinya tanpa ingin repot-repot menguncinya. Ia terlalu menginginkan istrinya hingga tak sempat untuk sekedar mengunci pintu. Bahkan, ia pun tak cukup sabar untuk menemukan tempat tidur.

Akhirnya, ia harus membuat Iko dan Oki terlonjak saat sofa dekat tempat tinggal mereka, tiba-tiba saja berderit karena tertimpa dua tubuh dengan kerindunan menyerupai gunung himalaya.

Oki dan Iko memang tidak bisa menutup mata bahkan berkedip, jadi jangan salahkan mereka kalau harus mengintip penyatuan panas dan hebat dua insan itu.

Jangan kata, saya berlebihan jika mengatakan penyatuan mereka saat itu adalah penyatuan terhebat dari sekian banyak penyatuan yang pernah mereka ciptakan, bahkan mungkin lebih hebat dari penyatuan pertama mereka.

Hasrat yang tertahan selama lima tahun, membuat penyatuan dan pelepasannya jauh lebih dahsyat dari sebelum-sebelumnya. Samapai-sampai, Oki harus bersembunyi di balik punggung Iko. Saat mendengar erangan dua manusia yang mencapai puncak dari setiap kenikmatan yang mereka bagi.

Air mata Rindy menetes karena kepuasan, kebahagiaan, dan haru yang ia rasakan, saat berada di puncak pelepasannya kali ini. Ia pun tak bisa berkata-kata dan hanya mampu melingkarkan tangan memeluk tengkuk Hans dan menenggelamkan wajahnya di pundak kokoh suaminya itu.

Andai saja Oki dan Iko bisa menangis, mungkin mereka juga akan menangis haru melihat mereka.

Dengan tanpa beban, Hans mengangkat tubuh Rindy untuk melanjutkan perjalanannya menuju tempat tidur terdekat yang sempat tertunda.

Tak cukup sampai di sofa, Rindy kembali menyambut tubuh Hans, saat mereka menemukan tempat tidur. Seperti halnya Hans, Rindy pun merasakan kelaparan dan kehausan yang sama, yang tak bisa cukup hanya dengan satu kali atau dua kali penyatuan. Hingga pergumulan panas mereka baru bisa berhenti saat waktu sudah tiba di sepertiga malam. Dan Rindy terlelap dalam hitungan detik setelah ia mencapai puncak yang ke lima kalinya.

*

Senyum Hans terukir kala mengenang percintaannya tadi malam. Matanya menatap kagum wajah bidadari yang masih terlelap di sampingnya itu.

Wajah itu memang sedikit berbeda dari lima tahun yang lalu, kini wajah itu jauh lebih cantik. Dan kita akan salahkan Candy dalam hal ini.

Kenapa dia? Ya, berhubung saat ini dia membuka usaha salon kecantikan dan berkat bantuan Rindy, salonnya itu sangat maju. Akhirnya, ia memaksa dan selalu mengancam Rindy untuk melakukan perawatan wajah dan rambutnya setiap hari minggu.

Si Tomboy Rindy Dan Si Bule Han'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang