Aku & Mauza

7.6K 940 66
                                    

"Mmm, Hans.... Geli, jangan jilat-jilat dong, uuuh."

Rindy merasa Hans tidak pernah membangunkan dia sebelumnya, tapi entah kenapa saat ini Rindy merasa Hans menjilat-jilat mata dan pipinya.

Rindy terlalu ngantuk untuk sekedar menggerakan tangan dan menghentikan jilatan di pipinya. Jilatannya hangat, lembut dan mungil.

Tapi,,,,,, tunggu-tunggu!!! Lidah Hans kok, kecil ya???

Rasa penasaran membuat tangannya meraih sang penjilat. Merabanya perlahan.

Ya Tuhan. Kok, kepala Hans kecil dan berbulu lagi?

Tiba-tiba saja matanya mendapatkan kekuatan super, yang dengan hebatnya bisa terbuka dengan cepat di pagi hari, mungkin karena penasaran. Saat matanya terbuka, tentu saja Rindy langsung menjerit kaget. Jaritannya pun membuat Hans terbangun.

"Ada apa, Rindy?" Tanya Hans lalu bangkit duduk, menatap Rindy yang masih terbaring dengan kedua tangan mengangkat tinggi-tinggi si kucing Mauza.

"Hans, sepertinya kita gak usah pelihara kucing ini deh. Ini kucing nakal dan gak tau sopan santun, kayanya dia gak pernah disekolahin emaknya, deh...! Masa, dia berani naik tempat tidur kita, udah gitu pake acara jilat-jilat pipiku lagi," tutur Rindy dengan rasa kaget dan marah yang menyerang wajahnya, dia bicara tanpa sedikitpun merubah posisi.

Hans terkekeh mendengar kata-kata dan melihat tingkah laku Rindy.

"Aku yang membawanya kesini, Sayang. Dan soal dia menjilat-jilat pipimu, itu tandanya dia menyangimu"

"Aku gak perlu kasih sayang kucing, Hans. Dan aku gak mau tidur ama hewan, " balas Rindy sambil menyerahkan Mauza pada Hans, dan bergidik geli setelahnya.

"Dia hanya menjilatmu tidak menidurimu, jangan berlebihan, Rindy." balas Hans dengan menunjukan tawanya.

"Haaaaaans!!!" Pekik Rindy, dan tawa Hans semakin lebar, sementara tangannya mengelus kepala Mauza penuh kasih sayang.

"Hans, iiihh.. jorok sih.." lanjut Rindy saat Hans mengecup mesra kening kucing itu.

Rindy tidak pernah suka hewan peliharaan, hewan apapun itu, termasuk kucing. Dan saat ini dia semakin tidak suka kucing karena ia merasa kalau suaminya membagi kasih sayangnya dengan hewan itu.

Cemburu kah kamu, Rindy? Sama kucing? Yang benar saja!!!

Rindy pun segera bangkit berdiri dan meninggalkan Hans beserta Mauza-nya.

"Mau kemana, babe?" tanya Hans dengan sisa tawa diwajahnya.

"Bikin sarapan," balas Rindy ketus.

"Tiga, ya. Untuk Mauza juga."

"Ogah, aku gak suka dia, Hans."

"Harusnya kamu suka dia, sayang. Karena dia, kamu tidak bangun kesiangan. Anggap aja dia pengganti Si Jalu yang mati karena terkena flu burung. Bahkan dia berhasil bangunin kamu lebih awal dari Si Jalu."

"Pokoknya aku gak suka dia, Hans. Gak suka dia jilatin aku kaya tadi, iiiiggghhh jijik," timpal Rindy, sambil bergidik.

"Tapi dia butuh orang tua asuh, Rindy. Kita harus mengadopsinya."

"Hans. Dia itu kucing, dia biasa hidup liar di luaran sana. Biarkan dia bebas."

"Please," bujuk Hans dengan wajah memohon.

"Terserahlah, tapi aku gak mau dia jilatin aku kaya tadi, dan jangan biarkan dia tidur dengan kita. Tepatnya denganku, terserah jika kamu ingin tidur dengannya tapi akan aku pastikan tidak akan ada aku di sana." Pungkas Rindy lalu berjalan keluar dari kamar Hans menuju dapur.

Si Tomboy Rindy Dan Si Bule Han'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang