Oh...Emakku...!!!

7.8K 913 48
                                    

"Ada apa?" Tanya Hans setelah melihat Rindy mengakhiri panggilannya.

"Emakku Hans... Dia masuk rumah sakit dan sekarang dia dirawat di ruang ICU."

Hans melihat bulir itu menetes di wajah mulus Rindy. Dengan lembut ia meraih sang istri ke dalam pelukannya. Mengecup puncak kepala Rindy dengan lembut. Sebelum akhirnya berkata, "bukankah kamu membencinya? Tapi, kenapa saat ini kamu terlihat sedih dan menangis untuknya?" Tanya Hans, mengelus punggung istrinya dengan lembut.

Randy pun mendongakkan wajah untuk menatap Hans yang masih memeluknya. Tangan Hans terulur menyentuh cairan bening yang membasahi pipi istrinya.

"Aku Hanya membenci sifat dan profesinya. Dia ibuku, walau dia tidak menyayangiku. Tapi wanita itu yang sudah mengandungku selama sembilan bulan dan melahirkanku ke dunia ini. Di dalam lubuk hatiku, aku sangat menyayanginya. Aku sayang Bapak, Emak, Abang dan kakak perempuanku, mereka keluargaku, hartaku," jawab Rindy.

Hans tersenyum kagum mendapati ke lapangan hati Rindy.

"Sebuah keberuntungan besar memiliki istri berhati mulia sepertimu. Kamu memang hadiah terindahku, Dear." Balas Hans dengan lembut mengecup kedua mata basah Rindy berharap cairan itu berhenti menetes. "Kalau begitu, kita pergi ke rumah sakit, tempat dimana ibumu dirawat," lanjut Hans.

**

Rindy berjalan menyusuri lorong rumah sakit dengan memeluk lengan Hans, saat mereka mengikuti suster jaga yang mengantarnya menuju ruangan di mana Ibunya dirawat.

Hans merasakan cengkeraman tangan Rindy mengerat di lengannya. Keraguan pun terlihat jelas di wajahnya.

"Ibumu tengah berbaring lemah dan kesakitan, tidak mungkin dia bisa menjualmu saat ini." Suara Hans terdengar lirih setengah berbisik.

"Kamu benar," sahut Rindy, terlihat memejamkan mata sesaat lalu menghela napas panjang. Hans mengelus lembut jari tangan yang kuku-kukunya terlihat memutih akibat kuatnya cengkeraman Rindy di lengannya.

"Itu tempatnya, pak, bu..." ujar si suster cantik yang mengantar mereka, dengan menunjuk sebuah pintu di ujung lorong yang bertuliskan ICU walau masih tampak jauh dari tempat mereka saat ini.

"Terimakasih," jawab Hans dengan seutas senyum diwajahnya.

Walau suster itu terlihat menyembunyikan kekagumannya demi kesopanan. Tapi tetap saja, Rindy melihat mata si suster yang sulit berpaling saat melihat Hans tersenyum.

'Sabar-sabar. Beginilah nasib punya suami yang gantengnya tingkat Dewa.' gumam Rindy dalam hati.

"Saya harus segera kembali, masih banyak tugas yang menunggu," pamit Si suster cantik itu, senyumnya pun tampak manis menghiasi wajahnya. Hans hanya mengangguk pada si suster yang mulai berjalan menjauh.

"Jangan kegenitan, deh." Gumam Rindy, saat si suster sudah pergi.

Hans tampak bingung dengan kata-kata Rindy. Ia menghentikan langkahnya untuk memandang Rindy dan berucap, "maksudmu?"

"Itu tadi senyum-senyuman kaya gitu," jawab Rindy dengan wajah cemberut.

Dengan cepat Hans memposisikan diri di hadapan Rindy, tangannya menangkup kedua pipi Rindy dan mendongakkannya. Pandangan Hans terlihat serius menatap wajah dalam genggamannya itu.

Namun, tak sepatah katapun Hans ucapkan. Dan itu membuat Rindy heran.

"Kenapa???" Tanya Rindy.

"Kenapa? Apa?" Hans balik bertanya.

Si Tomboy Rindy Dan Si Bule Han'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang