Hans memandang Rindy yang berjalan menjauh darinya. Gadis itu terlihat menolehkan pandangannya ke arah Hans, tersenyum lembut sebelum akhirnya menutup pintu ruangan itu.
Hans tetap memandang pintu yang tertutup itu. Bayangan gadis tomboy yang saat ini sudah menjadi istrinya itu, memenuhi otaknya. Ia sungguh bingung dengan reaksi tubuhnya sendiri saat ia mencium Rindy beberapa menit yang lalu.
Hans merasa otaknya memang sudah tidak beres sejak bertemu dengan gadis itu enam bulan yang lalu.
Gadis itu langsung membullynya sejak hari pertama ia bekerja di perusahaan milik keluarganya itu, dengan ia berpura-pura menjadi karyawan biasa. Hans yang belum paham dengan proses pembuatan sepatu, habis-habisan dikerjain Rindy.
Di mata Hans waktu itu, Rindy adalah gadis yang sangat menyebalkan, tukang rusuh, gadis Ribut, tukang bully, tukang kredit yang tiap menit nagih upper (bahan sepatu bagian atas) yang dikerjakan tim operator bawahan Hans, dan harus dirakit tim operator bawahan Rindy segera.
Tapi hal itu justru menarik perhatiannya, padahal hampir seumur hidupnya ia selalu alergi dengan yang namanya wanita. Ia selalu menganggap wanita adalah mahkluk menjijikan yang harus ia benci.
Gadis manis bertubuh kurus dengan suara serak-serak basah itu memang berpenampilan seperti layaknya seorang pria, hingga mungkin hal itu yang membuat gadis itu berbeda dimata Hans dari gadis pada umumnya.
Ya... Hans memang alergi wanita, apalagi wanita berpenampilan seksi dan bermake-up tebal. Bagi Hans wanita seperti itu lebih mengerikan dari melihat ondel-ondel.
Untuk itu, ia merasa paranoid saat Dena menyatakan cinta padanya sebulan yang lalu, dan ia ingin wanita itu menjauh darinya, mungkin hal itu juga yang membuat ia menarik tubuh kurus Rindy dan menciumnya, semata untuk membuat Dena semakin menjauh darinya. Tapi ia tidak menyangka kalau ciuman itu justru mempengaruhinya.
Hans menggeleng-gelengkan kepala mengusir bayang dan rasa Rindy dalam otaknya. Perlahan ia berjalan menuju mejanya, melihat beberapa Email dari ppic, mencetaknya dengan printer dan mempelajarinya.
Jadwal Pre-order (PO) untuk lima line, harus selesai dalam empat minggu, sudah ditangannya. Quantity order memang tidak sedikit untuk bulan ini, dua ratus ribu pasang sepatu sneakers untuk lima line yang ia pegang. Dan memang kalau untuk order tiap bulan bahkan tahunnya perusahaan ini bisa dibilang luar biasa, seharusnya perusahaan ini sangat menguntungkan, tapi kenapa justru Pou Hwa grup harus dirugikan hingga ratusan juta dolar dari perusahaan ini.
Tentu saja ada yang tidak beres di perusahaan ini, dan itu pasti ulah orang tak bertanggung jawab, yang ingin mengeruk keuntungan dari perusahaannya.
Ada beberapa divisi yang ia curigai saat ini, yaitu Warehouse dan PPIC, data material yang di output dari warehouse membengkak melebihi dari data sepatu yang diinput bagian PPIC. Sebuah tanda tanya besar yang sejak enam bulan ini berusaha ia pecahkan.
Sementara yang selama ini menjadi kambing hitam adalah divisi produksi, tapi selama enam bulan ia terjun langsung ke lapangan produksi, tapi tidak menemukan kejanggalan di sana.
Selain kepala warehouse, alibi terkuatnya saat ini mengarah pada Rey sang manajer PPIC, untuk itulah ia mendekati pria gay itu untuk mengorek informasi darinya.
Ruangan Staff leader sudah sepi, para TL sudah turun untuk memulai aktivitasnya. Terdengar suara ketukan di pintu, dan ia pun menyuarakan si pengetuk untuk masuk.
Seorang pria tinggi tegap memasuki ruangan itu, perlahan orang itu membungkukkan badannya hormat saat melihat Hans yang saat itu duduk di balik meja kerjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Tomboy Rindy Dan Si Bule Han's
RomanceCover: By. @HatersOfWorld 18+ Hans Pou Hwa adalah pria keturunan Jerman-Korea, yang memiliki ketampanan yang mampu menyihir setiap wanita di dekatnya, tak terkecuali Si Tomboy Rindy Ayuning Dias. Namun, sangat disayangkan seorang Hans yang tampan da...