Waspada

8.2K 922 101
                                    

Hans langsung menghubungi pihak berwajib, seusai ia mandi. Bahkan saat handuk lebar itu masih melilit pinggang rampingnya, membiarkan dada kekar dan perut sixpack-nya terbuka. Butiran air yang menyerupai kilauan mutiara di kulit kecoklatannya pun tak sempat ia keringkan.

Dan pemandangan itu membuat Rindy harus kembali menelan liur kala menatapnya. Padahal baru sepuluh menit yang lalu ia menikmati tubuh itu, tapi saat ini dia sudah kembali on, tangannya sudah gatal ingin menyentuh tubuh indah itu.

Rindy... Rindy....!!!

"Seharusnya, kamu segera menghubungi pihak berwajib, tak kala Yohana melarikan diri. Dengan begitu, pihak kepolisian bisa bertindak cepat. Atau setidaknya kamu menghubungiku segera," ujar Hans setelah mengakhiri pembicaraannya dengan kepolisian melalui telepon rumahnya.

"Kamu 'kan lagi sibuk," balas Rindy dengan tangan membenarkan lilitan handuk di dadanya.

"Persetan dengan kesibukan apapun, Rindy. Nyawamu lebih berharga dari apapun juga, bahkan nyawaku sendiri," teriak Hans sampai mengagetkan Iko dan Oki, hingga gerakan tubuh mereka menciptakan goncangan di aquarium bundar itu.

Dengan perlahan Rindy mendekati Hans. Mengelus lembut dada telanjang itu dengan ujung jari-jarinya. Berharap bisa menenangkan Hans hingga kemarahan yang terpancar jelas di wajahnya akan memudar.

"Aku yakin, kalau Yohana gak akan berani datang lagi, dia udah babak belur aku hajar, terlalu bodoh jika ia kembali. Jadi aku pikir lebih baik menunggumu daripada mengganggumu," jawab Rindy, kini bukan hanya jarinya saja yang menyentuh dada kekar itu, tapi telapak tangannya juga.

"Dia tidak akan kembali hari ini, memang. Tapi dia akan kembali esok atau lusa untuk mencelakaimu, untuk itu dia tidak boleh dibiarkan lolos begitu saja, sayang. Ingat !!! Dia sudah dua kali hendak mencelakaimu," balas Hans, tangannya meraih tangan Rindy yang menari di dadanya.

Rindy diam sesaat.

"Seperti itukah?"

"Ya!!! Dan sekarang berpakaianlah, sebentar lagi polisi datang untuk melakukan olah TKP."

"Jadi kita tidak perlu ke kantor polisi? Berarti kita langsung ke kampus aja, kan?"

"Kita tetap kekantor polisi, mereka membutuhkan keteranganmu."

"Tapi aku harus ke kampus, Hans. Ada proposal yang harus ditandatangani malam ini juga. Soalnya dosen pembimbingku, harus pergi keluar kota besok."

"Kita akan ke kampus setelahnya. Bersiaplah," pinta Hans. Setelah mengecup telapak tangan Rindy yang berada dalam genggamannya, ia pun segera membalikkan badan berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya, begitu pula dengan Rindy, ia hanya menuruti keinginan Hans, dengan kembali ke kamarnya untuk berpakaian.

**

"Istriku dalam bahaya hari ini, Jimmy, kemana saja kau dan anak buahmu seharian ini, hah!!!" Suara Hans sedikit tertahan saat ia berbicara dengan nada kasar dan marah di sambungan telepon.

"Maafkan saya, Sir. Hari ini saya benar-benar terkecoh."

"Kenapa hal ini bisa terjadi, Jimmy? Jelaskan padaku!!!" Ujar Hans, masih dengan nada marahnya.

"Orang suruhan Rey, yang kemarin hendak menabrak istri anda terlihat mengendap masuk kawasan kos-kosan itu, siang tadi. Dia bersenjata dan siap mencelakai istri anda. Namun, dia melarikan diri setelah melihatku. Saya dan beberapa anak buah saya berhasil menangkapnya saat ini. Kami hanya terfokus pada orang itu, dan tanpa kami duga ternyata itu hanya siasat untuk mengecoh saja. Untuk pengantar pizza itu, kami tak mengira sedikitpun kalau itu adalah Yohana. Karena pengantar pizza itu adalah orang yang sama dengan pengantar pizza yang kemarin mengantarkan pesanan pizza yang istri anda pesan. Dia terlalu pandai menyamar."

Si Tomboy Rindy Dan Si Bule Han'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang