Menempuh Hidup Baru

9.9K 882 32
                                    

Kehadiran Audric pagi itu memang menggangu, tapi dengan kedatangannya, Hans mendapatkan jalan untuk menjelaskan rahasianya.

Dengan posisi tubuh yang berbaring memeluk Rindy, seusai percintaan panas yang mereka lakukan, Hans menceritakan semua tentang dia dan keluarganya, tanpa ada yang di sembunyikan. Mata Rindy menatap bangga saat Hans menceritakan kesuksesannya, namun Rindy terlihat kurang setuju saat melihat Hans yang berapi-api dan puas karena ia sudah meninggalkan ayahnya.

"Seharusnya kamu bisa memaafkannya sekarang, dan mulai memperbaiki hubungan kalian," ujar Rindy. Tubuhnya diatas tubuh Hans. Dan dagunya menempel didada bidang suaminya itu, sementara jemarinya menyusuri rahang kokoh di hadapannya.

"Itu tidak mungkin, Sayang. Dia sudah memisahkan kita."

"Tapi dia Ayahmu! Tanpanya, kamu tak akan terlahir ke dunia ini."

Hans termenung cukup lama, jari tangannya yang panjang-panjang itu bertaut di rambutnya.

"Hans!" panggil Rindy.

"Sudahlah, Sayang. Jangan bahas dia lagi."

Rindy tak ingin membuat Hans merasa tak nyaman. Tugasnya adalah mendukung Hans, bukan mengatur. Akhirnya ia berkata, "oke." dengan senyum yang menenangkan hati Hans.

Hans menikmati senyum itu, lalu dengan lembut mendorong Rindy hingga terlentang, sementara dia sendiri berbaring menyamping dan bersandar pada satu sikunya. Satu tangan yang lain menyelipkan sehelai rambut Rindy ke belakang telinganya.

"Aku sudah banyak berbicara. Sekarang, giliranmu yang bercerita. Seperti apa kehidupanmu selama aku tidak ada." Mata Hans intens, meneliti, bahkan menuntut.

Rindy meluruskan badannya siap bercerita tapi suara perutnya yang menagih isi, membuat keduanya tertawa.

"Oh, baiklah, sepertinya aku harus masak dan memberi perut kecilmu makanan sebelum bercerita."

Tawa Rindy semakin lebar dan Hans mereguknya dengan ciuman.

***

Rindy sudah menceritakan kehidupannya selama Hans pergi, tentang keluarga besarnya dan tentang kuliahnya yang terpaksa harus ditunda selama dua tahun karena terlalu sibuk dengan bisnis dan pekerjaannya. Walau harus cuti selama dua tahun tapi saat ini dia sudah menyelesaikan kuliahnya tinggal menghadapi sidang tesis-nya saja.

"Jadi, kamu dan Satria menjadi saudara sekarang?" tanya Hans, saat Rindy bercerita tentang keluarganya. Mereka sedang di dalam mobil menuju rumah keluarga Rindy sekarang.

"Ya, setahun setelah meninggalnya emak, Bapak menikahi Bunda Ria, bundanya Satria," jawab Rindy, sementara pandangannya tetap fokus pada jalanan yang akan ia tempuh.

"Satria setuju?" tanya Hans, posisi duduknya menyamping menghadap Rindy yang fokus menyetir, namun sesekali Rindy menoleh ke arah suaminya saat menjawab pertanyaannya sambil tersenyum.

"Awalnya enggak, tapi akhirnya setuju juga," jawab Rindy. Tangannya membelokkan kemudi memasuki sebuah komplek perumahan dan menghentikan mobil yang ia kendarai tepat di depan rumah besar yang dihuni keluarganya.

Semua keluarga Rindy menyambut mereka dengan kegembiraan. Bang Oding dan keluarga pun ada di sana. Satria juga, walau raut wajahnya sedikit masam saat melihat Hans, tapi ia pun merasa bahagia saat melihat tawa yang menghiasi wajah Rindy.

Rindy pantas mendapatkan kebahagian, atas apa yang sudah ia jalani selama hidupnya.

Rasa bangga memenuhi hati Hans saat bapaknya Rindy dan Bang Oding menceritakan kesuksesan Rindy. Dan rasa haru menyelimuti hati Hans saat mereka menceritakan kesetiaan Rindy padanya.

Si Tomboy Rindy Dan Si Bule Han'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang