Rindy mengabaikan setiap ketukan Hans, di pintu kamarnya. Bukan tindakan dewasa memang, mengingat permasalahan yang mereka hadapi adalah masalah kucing dan Rindy sangat menyadari hal itu.
Tapi menurutnya, Hans terlalu berlebihan dengan menentang keinginannya demi mempertahankan kucing yang bagi Rindy hanyalah seekor kucing nakal.
Ya, walau harus dia akui, kenakalan Mauza semata karena dia lapar, tapi tetap aja ego Rindy tidak bisa nerima itu, dia terlanjur tidak suka pada Mauza.
Malam harinya Hans mengantar Rindy ke kampus dan Rindy mengabaikan ciuman Hans saat hendak turun dari mobilnya.
Tapi Hans tidak menyerah, dengan segera ia menarik lengan Rindy dan dengan cepat tangannya menutup kembali pintu mobil yang sudah Rindy buka.
"Hans.." pekik Rindy dengan suara terputus karena Hans membungkam mulutnya dengan ciuman.
"Kamu boleh marah padaku tapi jangan abaikan ciukmanku," gumam Hans di sela ciumannya. Sementara tangannya mencengkram kuat kedua tangan Rindy.
Ciumannya keras, menuntut, dan sulit Rindy tolak. Akhirnya Rindy pun larut dalam permainan bibir Hans.
Rindy sungguh tak menyadari, entah sejak kapan tangannya menaiki tengkuk Hans, yang dia tahu saat ini tangannya itu sudah melingkar sempurna di sana.
"Aku akan dengan senang hati jika kamu memintaku memutar balik mobil ini, dan membatalkan kuliahmu malam ini."
Kata 'KULIAH' seperti cambuk yang menghantam betis Rindy, seperti besi panas yang menusuk bokongnya. Karena seperti orang tersengat aliran listrik, Rindy langsung mendorong tubuh kekar suaminya, dengan mata terbelalak menatap wajah yang sedang tersenyum mesum ke arahnya.
"Jangan harap!!!" Ucap Rindy ketus, dengan segera beranjak dari mobil Hans dan membanting pintu mobil itu segera setelah memandang wajah mesum dengan seringai yang semakin lebar saat melihat tingkahnya.
Sesungguhnya Rindy pun ingin tertawa, tapi egonya melarang dan dia akan tetap memusuhi suaminya itu sampai Hans merelakan Mauza pergi.
Okay, lupakan Muaza, kini saatnya konsentrasi pada kuliahku.
Rindy sudah meyelesaikan semua Mata kuliah pada semester ke-6 atau tahun ke-3, kini tinggal Skripsi saja. Kurikulum dikelas karyawan saat ini tidak menyelenggarakan PKL maupun KKN namun diganti dengan Kuliah lain yang relevan untuk skripsi.
Tentu saja, para karyawan yang kuliah di sana tidak memiliki waktu untuk KKN, PKL atau Magang. Masuk kerja saja pukul tujuh pagi dan pulang kerja pukul enam kalau lembur dua jam. Tapi kalau lebih? Rindy harus terpaksa merelakan kuliahnya.
Saat masih ada Eryna, Rindy selalu mendapatkan toleransi, hingga dia tak pernah pulang lewat dari jam enam. Maka dari itu, semua mata kuliahnya selesai dia tempuh dalam waktu tiga tahun. Tapi kini, dia yang ada di posisi Eryna, dan beruntungnya kuliah Rindy hanya tinggal skripsi.
Rindy bertemu Satria seperti biasa di kampus, sikapnya baik dan sopan, dan mungkin dia sudah menerima kembali persahabatan mereka, pikir Rindy. Dan itulah takdirnya, dia dan Satria, hanya sebatas sahabat dari kecil sampai akhir hayat.
Hans menjemput Rindy tepat waktu, dia tak henti menggoda Rindy dengan rayuan mesumnya untuk memudarkan raut cemberut yang Rindy ukir mati-matian di wajahnya. Walau Rindy hampir tak bisa menahan tawanya saat Hans mengerang frustrasi karena Rindy tak membiarkan Hans menciumnya.
"Jangan cium aku sebelum kamu mengembalikan Mauza ke alam bebas," ketus Rindy.
"Kamu akan menyukainya sebentar lagi, percayalah. Saat ini kamu masih kaget dengan kebiasaan manis Mauza. Aku yakin, lama-lama kamu akan biasa dan nyaman atau minimal tak peduli dengan keberadaannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Tomboy Rindy Dan Si Bule Han's
RomanceCover: By. @HatersOfWorld 18+ Hans Pou Hwa adalah pria keturunan Jerman-Korea, yang memiliki ketampanan yang mampu menyihir setiap wanita di dekatnya, tak terkecuali Si Tomboy Rindy Ayuning Dias. Namun, sangat disayangkan seorang Hans yang tampan da...