Terapi

13.6K 1.1K 135
                                    

Jangan salah!!! Ini Cast-nya Rindy ya, BUKAN Hans!

Jangan salah!!! Ini Cast-nya Rindy ya, BUKAN Hans!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Apa kamu yakin gak ingin mencobanya lagi?" tanya Hans saat mengeringkan rambut Rindy dengan pengering rambutnya.

"Hari ini dan besok kita harus tetap masuk kerja, kita harus bagi tugas untuk para leader agar pekerjaan kita tidak terbengkalai saat kita cuti nanti. Pilot line harus tetap menjadi yang terbaik, itu amanat dari Kak Eryna." jawab Rindy, dengan tangan sibuk mengikat rambut yang baru saja dikeringkan Hans membentuk ekor Ayam, ya ekor ayam. Kalau ekor kuda, tentu saja untuk gambaran rambut panjang yang diikat rapi membentuk ekor kuda yang cantik. Tapi Rambut lurus Rindy hanya sebawah telinga saja, bagian belakang sebahu dan dicat sewarna madu.

"Sayang ya, padahal pingin banget aku cepat sembuh, siapa tahu saja kalau sering terapi traumanya cepat hilang," balas Hans, dengan tangan memeluk tubuh Rindy dari belakang yang hanya berbalut handuk, sementara wajahnya ia tenggelamkan di pundak telanjang Rindy, mencium aroma sabun mandi yang menyegarkan dari permukaan kulit putih mulus istrinya itu.

"Gak usah terburu-buru, berikan jeda dari satu terapi ke terapi berikutnya, jika terburu-buru, maka kasusnya akan seperti tadi. Saat bangun tidur tadi kamu berhasil menyukai payudaraku, nah... dari bangun tidur ampe barusan kan jaraknya kedeketan. Jadi ya, hasilnya gagalkan?"

"Gitu ya? Sayang banget, padahal aku ingin cepat-cepat merasakan seperti apa hidup normal itu?" balas Hans berlagak tak percaya dan mengakhiri kata-katanya dengan menghisap lembut pundak Rindy, menciptakan bercak merah yang cantik di kulit putih istrinya itu.

"Uuuhh, Hans...geli aach. Lepasin!!!" protes Rindy, sedikit menghentakkan Pundaknya.

Hans terkekeh mendengar protes Rindy.

"Merah, Rind! Gak apa-apa?"

"What!!! Merah? Dimana?" tanya Rindy syok, dan mencoba melihat bekas kissmark yang diciptakan Hans.

"Disini," gumam Hans dengan menyapukan ujung lidahnya di area tanda merah buatannya.

Gelenyar hangat yang bersumber dari sentuhan lidah Hans, menyebar hingga ke seluruh tubuhnya menciptakan desiran yang membuat pangkal pahanya tidak nyaman tapi nikmat. Tanpa terasa punggung Rindy sudah bersandar sempurna di dada telanjang Hans.

Rindy mencoba meredam semua hasrat yang mulai menyala lagi. Dengan mata terpejam ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.

'Ini mesti cepet diakhiri, Hans belum siap walau aku sudah horny tingkat akut. Gimana gak Horny ampek meradang coba? sejak dia membuka mata subuh tadi, Hans habis-habisan grepein aku. Tapi, aku kaya digantung tanpa tali gitu. Sabar Rindy...sabar semua akan indah pada waktunya' batin Rindy.

Si Tomboy Rindy Dan Si Bule Han'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang