Satu Atap

11.7K 1K 160
                                    

Rindy meronta, memberontak dan memaki setelah tahu siapa yang berbuat demikian padanya.

"Lepasin aku, brengsek. Aw... Sakit tau!!!" maki Rindy pada orang yang menggeretnya.

Tapi orang itu seolah tuli, ia terus menarik Rindy memasuki lift, menekan tombol lift itu hingga pintunya tertutup, dan sekarang mereka hanya berdua saja di dalam sana.

"Sulit menemukanmu dua hari ini, Rindy sayang. Aku mencari di kosanmu selalu gak ada, di tempat kerja gak ada, dan tidak ada aktivitas apa pun di semua akun sosmedmu, gak ada satu pun pesanku yang kamu balas. Kemana saja kamu, Rindy. Hal ini membuatku khawatir tingkat akut."

Rindy memandang wajah rupawan di hadapannya, sosok yang sejak ia kecil selalu ia kagumi, sosok yang selalu menjadi pahlawannya, ya... setidaknya sebelum dua hari yang lalu, karena sosok yang selalu menjadi pujaan hatinya itu, justru orang pertama yang menghancurkan perasaan hatinya dua hari yang lalu.

"Ponselku aku taruh di bagasi vespaku, Satria. Dan sekarang vespanya hilang," jawab Rindy dingin.

"Apa kamu baik-baik saja selama dua hari ini?" Tanya Satria tangannya menarik tubuh Rindy ke dalam pelukannya. Tapi dengan segera Rindy mendorong dada kekar yang tersembunyi dibalik kemejanya itu.

"Jangan peluk-peluk, aku sudah milik seseorang sekarang. Jadi, jangan samakan aku sekarang dengan aku yang dulu," ujar Rindy.

"Apa maksud kamu?" Satria tampak tak mengerti.

"Bukan cuma kamu saja yang sudah dimiliki orang, Sat. Aku juga, bahkan aku lebih dulu resmi menikah dibandingkan dirimu." Rindy kembali memperjelas kata-katanya semula.

"Menikah?" Satria terlihat syok.

"Ya, kalo gak percaya nih, berkas cuti nikahku sekarang aku mau urus ke HRD." ujar Rindy dengan mengacungkan berkas cuti di tangannya.

"Dan kapan kamu nyusul sama Nabila?" lanjut Rindy, dengan menunjukan senyuman terbaiknya.

Mata satria menyipit, rahangnya mengeras dan amarah itu terlihat jelas di matanya.

"Aku akan mengagalkan pernikahan itu. Dan aku gak percaya sedikitpun kalau kamu sudah menikah, hanya aku yang kamu sukai, Rindy. Siapa pria brengsek yang menjebakmu dalam pernikahan itu," ujar Satria berapi-api.

"Gak ada penjebakan, yang ada hanya pernikahan sakral, gak ada pria brengsek yang ada hanya pria baik yang aku suka dan aku cinta. Yang menyukaimu dan mencintaimu bukan aku lagi melainkan Nabila, kita hanya sahabat, Sat. Gak lebih," jawab Rindy dengan keyakinan penuh.

"Tapi aku cintanya cuma sama kamu, Rindy." desak Stria.

"Bagimana dengan ibumu jika kamu memaksakan kehendakmu, lagi pula waktu itu kamu sudah jelas memilih ibumu dari pada aku. Sekarang pertanggung jawabkan saja apa yang sudah menjadi keputusanmu." Rindy berkata dengan dagu terangkat angkuh.

"Awalnya mungkin demikian, tapi melihat kamu pergi dalam keadaan menangis, membayangkan kamu terluka, membuat aku berubah pikiran, aku gak peduli apa pun yang akan terjadi nanti, aku tetap akan memilih kamu," tegas Satria.

"Sudah terlambat, Sat. Hatiku sudah berlabuh pada cinta yang lain." Rindy berkata dengan memasang wajah serius. Ia ingin menghapus harapan Satria padanya.

"Gak mungkin semudah itu, kamu pasti bohong, kan?" Satria menggelengkan wajahnya menunjukan ke tidak percayaannya.

"Untuk apa aku berbohong? Perasaan manusia bisa berubah seiring waktu berjalan. Harus kamu ketahui, Satria. Perasaanmu terhadapku yang kamu namakan cinta itu, akan melukai perasaan banyak orang. Dan asal kamu tahu aja ya, kalau cinta itu tidak egois." Rindy berkata dengan pandangan lurus ke mata Satria yang dipenuhi kekecewaan dan amarah. Dulu ia selalu bahagia saat melihat wajah itu, tapi semua keadaan yang sudah dilalui mengharuskan Rindy melupakan wajah tampan yang menjadi idamannya sejak kecil.

Si Tomboy Rindy Dan Si Bule Han'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang