Menikahlah Denganku!

10.7K 1K 109
                                    


Habis gelap terbitlah terang, habis malam pagi pun datang. Suara kokok ayam mulai bersahutan, khas pedesaan. Semburat jingga di ufuk timur mulai terlihat indah, sang surya mulai menampakan kembali cahayanya.

Semua warga di pedesaan itu mulai keluar dari peristirahatannya, rumah-rumah mulai riuh dengan aktifitas pagi mereka.

Di sebuah rumah yang mana jika pagi buta seperti itu justru sepi, karena penghuninya baru saja kembali dan baru saja terlelap karena pekerjaan malam yang mereka lakoni.

"Rik, Riko... Ayo bangun!!! Mumpung emak lu udah tidur, kita-kan mau jenguk ade elu Si Rindy. Semalam Bapak mimpi buruk lagi. Semalam kebangun ampe sekarang kaga bisa tidur lagi," ujar lelaki setengah baya pada pria yang bernama Riko. Yang tidak lain mereka adalah Ayah dan Abangnya Rindy.

"Aduh pak, siangan dikit napa? Masih gelap juga, aku masih ngatuk," balas Ricko.

"Nanti emak lu keburu bangun, nanya macam-macam, akhirnya ketaun deh tu, dimana Si Rindy berada," balas Ayah Rindy.

"Tapi masa subuh-subuh gini juga?" gerutu Riko.

"Biar nyampe sono pagi, takutnya Si Rindy kerja."

"Dia kan lagi sakit, Bapaaaak. Mana mungkin kerja, kemarin aja kaga kerja tu anak."

"Tapi lu tau sendiri-kan, dia entu kaya apa? Dia anak yang bertanggung jawab, apalagi ama yang namanya kerjaan, Bapak yakin hari ini dia pasti masuk kerja."

"Ya elah, pak. Bentran lagi aja ya!" pinta Riko dengan mata terpejam dan menutup kepalanya dengan bantal.

"Cepet kaga? atau mau bapak siram, nih?" ancam Bambang Ayahnya Rindy, dengan menarik bantal yang digunakan Riko untuk menutupi pendengarannya

"Iya, iya! Ah.. Si Bapak rese," gerutu Riko. Tapi ia tetap bangkit walau masih dalam keadaan mata terpejam.

***

Rindy tinggal dan bekerja di pinggiran sebuah kota kecil yang mana terdapat perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang industri, tempat kerja Rindy saat ini bisa dibilang cukup jauh dari desa kelahirannya. Bapak dan Abangnya Rindy harus menempuh satu jam perjalanan untuk bisa sampai di kosan Rindy, itu pun jika menggunakan sepeda motor dengan kecepatan tinggi.

Suasana kosan Rindy pagi itu memang selalu ramai, gadis-gadis penghuni kosan terlihat sudah rapi dan mereka siap untuk berangkat kerja.

Hanya ada sedikit laki-laki yang menyewa rumah-rumah kecil yang berjejer itu. Sebagian banyak dari mereka adalah perempuan.

Suara bising knalpot dari motor Riko mengundang perhatian anak-anak kosan yang rata-rata sedang memakai sepatu siap pergi, tapi ada pula yang sedang menghidupkan motor mereka.

Riko tersenyum dan tebar pesona pada gadis-gadis yang mulai pergi meninggalkan kosan mereka.

Wajah Riko memang cukup tampan, maklum darah campuran Indo Chinese mengalir dalam dirinya, sama halnya seperti Rindy. Jelaslah mereka kakak beradik.

"Tuh pak, yang itu kosannya Si Rindy," ujar Riko. Sementara tangannya menunjuk ke arah kosan Rindy.

Bambang pun turun dari boncengan Riko, dan mulai berjalan mendekati pintu kosan Rindy.

Berulang-ulang kali Bambang mengetuk pintu, tapi Rindy tak kunjung keluar.

"Biar aku tanya pemilik kosannya pak, siapa tahu Rindy pergi terus titip pesen ama Bu kosnya," ujar Riko tanpa menunggu jawaban bapaknya, ia langsung pergi ke rumah ibu kos yang letaknya di belakang deretan kos-kosan itu.

Tidak lama Riko kembali bersama ibu kos dengan segenggam kunci di tangannya.

"Rindy tidak pesan apa-apa, dan tidak biasanya dia tidak pulang, tapi bapak sama abang tunggu saja di dalam kosan Rindy, biar saya bukakan pintunya. Untung saja saya nyimpen semua kunci serep rumah kosan ini," ujar ibu kos saat sudah berada di dekat Bambang.

Si Tomboy Rindy Dan Si Bule Han'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang