Rumah Bang Oding mulai ramai dengan beberapa kerabat yang membantu acara itu berlangsung.
Hanya acara sederhana yang tidak membutuhkan banyak persiapan, terlebih sebagian banyak persiapan sudah dilakukan kemarin siang.
Rindy melingkarkan tangannya di lengan Hans saat memasuki pagar halaman yang sangat luas dari rumah Bang Oding. Tanpa sengaja tatapan Hans bertemu dengan mata seseorang yang paling tak ingin ia jumpai, yaitu Satria, yang saat itu pun hadir untuk membantu persiapan acar ini.
Tatapan mengancam dan seringai sinisnya terlihat jelas saat pandangan Hans dan Satria bertemu, Rindy terlalu sibuk dengan pandangannya sendiri hingga tak melihat manuver tak kasat mata dari dua orang yang memeperebutkannya itu.
Namun, tak satu pun dari Hans dan Satria yang ingin berniat melakukan sesuatu yang bisa merusak acara itu.
"Ada apa, Hans?" tanya Rindy lalu mengikuti arah pandang Hans.
Tangan Hans terkepal saat melihat Satria tersenyum kala Rindy menoleh ke arahnya.
Dan tinju Hans semakin bulat dan rahangnya mengeras, saat melihat Satria yang berbangga hati mendapatkan senyum balasan dari Rindy, walau Hans tahu senyuman Rindy hanya untuk sopan santun belaka.
Satria terlihat menghampiri mereka, lalu berkata saat sudah di depan Hans dan Rindy, "selamat ya, Rind, Mr. Liem. Semoga kalian bisa menjadi keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah."
"Amin. Makasih, ya Sat." ucap Rindy lalu tersenyum, Satria memandang senyum manis dari wajah yang tampak cantik dengan kerudung yang menutupi puncak kepalanya, walau cara berhijab Rindy belum sempurna tapi aura yang terpancar dari wajahnya membuat hati Satria berdesir dan rasanya sulit untuk berpaling dari wajah itu.
Rasa penyesalan membuat mata Satria perih.
"Oya, Sat. Kamu datang sendiri? Dimana Nabila?" tanya Rindy.
"Mungkin nanti malam, dia masih sibuk," jawabnya.
Setelah cukup lama berbasa-basi, akhirnya Satria kembali pada pekerjaannya semula. Sementara Rindy dan Hans langsung menemui Bang Oding sekeluarga.
Bapak dan Abangnya Rindy pun hadir di acara itu, tapi tentu saja tidak dengan ibu dan kakak perempuannya.
Persiapan sudah selesai sebelum matahari terbenam.
Sekitar pukul delapan malam sahabat-sahabat Rindy, para anak yatim piatu dan para tunawisma sudah mulai berkumpul dan duduk di kursi yang sudah disediakan di bawah tenda yang terpasang di halaman rumah seluas lapangan bola itu.
Acara doa bersama dan pengajian pun dimulai dengan dipimpin seorang ustad yang merangkap sebagai dosen di kampus tempat Rindy kuliah.
Hans menyerap semua tausiah yang disampaikan pak ustad, yang bertemakan hak dan kewajiban sepasang suami istri.
Acara terakhir adalah makan bersama.
Acara ini bukan sebuah pesta pernikahan, tapi Hans sangat menyukai acara ini melebihi pesta pernikahan meriah yang pernah ia datangi selama hidupnya.
Hans masih duduk di kursinya memandang sebuah suasana baru yang membuat ia bahagia. Dia melihat dan menikmati dimana sebuah kebersamaan terjalin, para anak yatim piatu tersenyum ceria, berbahagia, dan sulit Hans percaya sepertinya Rindy sangat suka anak-anak, karena tawanya terlihat lebar saat bercanda dengan mereka.
Sebuah kekeluargaan yang menyenangkan dan menenangkan, yang sejak kecil tak pernah Hans alami senyum dan tawa seperti mereka, karena seluruh anggota keluarganya disibukan dengan bisnis yang menyita waktu mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Tomboy Rindy Dan Si Bule Han's
RomanceCover: By. @HatersOfWorld 18+ Hans Pou Hwa adalah pria keturunan Jerman-Korea, yang memiliki ketampanan yang mampu menyihir setiap wanita di dekatnya, tak terkecuali Si Tomboy Rindy Ayuning Dias. Namun, sangat disayangkan seorang Hans yang tampan da...