Tangan Rindy memeluk kepala Hans yang tersembunyi di antara buah mungilnya, napas keduanya memburu dan saling bersahutan. Denyutan kenikmatan dari sebuah penyatuan hebat yang mereka lakukan masih terasa di setiap denyut nadi yang mereka milik.
Setelah beberapa saat, Hans mengangkat tubuh kurus Rindy ke dalam gendongannya dan membawanya menuju kamar mandi.
"Hans mau kemana? Masih jam lima pagi, masa mau mandi aja? Dingin tau!!!"
"Memang dingin tapi kita harus melawannya."
"Kenapa?" Tanya Rindy.
"Menurut ulama besar yang tausiahnya aku dengar semalam, selain kewajiban pada diri sendiri dan sesama makhluk hidup, kita pun punya sebuah kewajiban yang jauh lebih penting dari setiap kewajiban yang harus kita lakukan."
"Kewajiban???" Tanya Rindy dengan wajah menuntut jawaban.
"Ya, kewajiban pada Tuhan. Kewajiban untuk menyembah sang pencipta dan kewajiban untuk selalu mengingatnya minimal lima waktu dalam sehari," jawabnya.
Hans sengaja memasang alarm pukul empat pagi, dan ia mulai membangunkan Rindy dengan rayuan mesumnya yang berakhir dengan percintaan satu jam penuh di tempat tidur dan dilanjutkan di atas sofa di kamarnya.
Pengetahuan yang ia dapat semalam, membuat hatinya tergerak untuk menjalankan semua perintah Tuhan. Untuk itu, ia bangun sepagi ini. Padahal mereka tidur cukup larut karena ritual sebelum tidur yang mereka lakukan.
Rindy menatap wajah Hans dengan penuh kekaguman, ia sungguh tak menyangka kalau keimanan Hans ternyata sangat kuat.
Ia sangat salut pada Hans yang baru dua minggu hidup di jalan Tuhan, tapi kecintaan dan keimanannya tidak hanya di mulut saja. Hanya dengan satu kali mendengarkan kebenaran akan perintah dan larangan Tuhan, ia langsung menjalankannya.
Dan hal itu membuat Rindy malu pada dirinya sendiri dan juga pada Hans. Selama ini Rindy memang selalu menjauhi apa yang dilarang Tuhan, tapi ia belum bisa melakukan semua yang diperintahkan Tuhan dengan sempurna.
Dia meyakini adanya Tuhan sejak kecil. Dia juga tahu kalau Tuhan sangat menyayanginya dan selalu melindunginya selama ini, ia pun sangat menyadari setiap nikmat yang Tuhan berikan padanya, nikmat melihat, nikmat mendengar, nikmat menghirup oksigen dan banyak lagi nikmat-nikmat lain yang tidak akan pernah bisa habis dia hitung. Tapi untuk mengingat Tuhan lima waktu dalam sehari saja, Rindy selalu lalai dengan alasan kesibukan yang menyita waktunya.
Dan untuk itulah saat ini dia merasa malu.
"Kamu mau sholat, Hans?" Tanya Rindy saat mereka mulai memasuki kamar mandi.
"Ya, apa kamu mau mengajariku, tentang bersuci, dan melakukan prosesi ibadah itu?" Balas Hans, dengan perlahan tangannya menurunkan tubuh Rindy dari pangkuannya.
"Tentu, Hans. Dan aku senang mendengarnya. Seharusnya aku mengajarimu lebih awal. Tapi kamu tahu sendiri, kalau aku sepertinya salah satu orang yang lalai dalam beribadah. Tapi aku janji setelah ini aku akan berusaha mengingat Tuhan sedikitnya lima waktu dalam sehari. Dan aku harap kita bisa saling mengingatkan dalam hal ini."
"Setuju," jawab Hans.
Akhirnya Rindy pun mulai mengajari Hans tentang cara bersuci dan tata cara mendirikan sholat.
Untuk langkah pertama Hans, hanya melihat Rindy yang sedang mendirikan sholat. Dia merekam semua pergerakan itu di otak cerdasnya.
Tubuh Rindy masih terbalut pakaian Sholat yang hanya menampakkan bagian wajahnya saja, saat tubuh Hans memeluknya. Dengan posisi tubuh yang duduk menyamping dipangkuan Hans, Rindy menyandarkan punggungnya di lengan kokoh suaminya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Tomboy Rindy Dan Si Bule Han's
RomanceCover: By. @HatersOfWorld 18+ Hans Pou Hwa adalah pria keturunan Jerman-Korea, yang memiliki ketampanan yang mampu menyihir setiap wanita di dekatnya, tak terkecuali Si Tomboy Rindy Ayuning Dias. Namun, sangat disayangkan seorang Hans yang tampan da...