S A T U

105K 2.6K 27
                                    

"A successful marriage requires falling in love many times, always with the same person." 

– Mignon McLaughlin-


Ana hanya terdiam, menatap laki-laki dengan aura demanding yang duduk di hadapannya,  sudah ada selembar kertas serta pulpen untuk segera ditandatangani.  Secepat itu kah? gumamnya.

"Jarimu itu ada sepuluh, bisa digunakan dengan baik kan?" Ana segera menandatangani dengan cepat dan melempar asal pulpen yang diberikan padanya.

"Puas?!"

"Rumah sudah siap kamu tinggal pindah saja. David akan jemput pagi besok." 

Setelah laki-laki itu pergi, akhirnya Ana bisa bernafas lega. Bagaimana tidak, pertemuan barusan benar-benar tertutup hanya dirinya, laki-laki itu, dan asisten pribadinya. Ditambah lagi pertemuan dilakukan di atap gedung perusahaan milik laki-laki itu, seolah-olah ingin menunjukkan bahwa dirinya memang bukan orang sembarangan.

menyebalkan sekali.

Semuanya terjadi begitu cepat, dan Ana merasa dirinya tidak benar-benar hidup dalam kehidupan nyata. Sebenarnya dirinya terbebani dengan pikiran yang dari tadi mengusik mempertanyakan apakah semua yang sudah ia lakukan adalah langkah yang tepat. Tiba-tiba ponsel Ana bergetar tanda ada notifikasi yang masuk. 

dan detik itu juga, Ana ingin melemparkan ponselnya sejauh mungkin agar nama Wildan itu tidak muncul di layar ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

dan detik itu juga, Ana ingin melemparkan ponselnya sejauh mungkin agar nama Wildan itu tidak muncul di layar ponselnya.

*

Wildan Adiatma dibalik formal suit  yang selalu dikenakannya, kalian pasti mengerti ada lekukan otot di sana yang menarik perhatian kaum hawa.  Mata Wildan hitam pekat, tajam dan terkadang ia tutupi dengan kacamata. Bukan hanya itu, seakan Tuhan masih belum cukup puas memberikan kelebihan kepada laki-laki ini, Wildan diberkahi garis wajah yang tegas. itulah yang membuat orang-orang disekitarnya segan saat saling berhadapan dengan Wildan ketika berbicara, belum lagi Wildan termasuk orang-orang yang irit senyum. 

"Ana, sudah hampir dua puluh menit kamu menatap Saya makan." Tertangkap basah membuat kedua pipi Ana merona, 

memalukan sekali kamu Ana. Setidaknya berkedip sedikit tidak bisa apa?

"Ana!" 

suara Wildan meninggi hingga cukup membuat Ana tersadar dari lamunannya.

"Selesai makan,  siap-siap kita harus pergi ke suatu tempat." 

Manusia itu berjalan ke lantai atas menuju ke kamarnya yang tidak pernah disentuh oleh siapa pun. Kamar wildan memang khusus berada di lantai dua. Disana hanya ada ruang kerjanya dan satu kamar besar dan itulah kamar tidur Wildan. Setidaknya hanya itu informasi yang ia ketahui dari Bik Erna, orang berjasa yang membantu membersihkan rumah besar ini. 

(un) Happy WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang