SEMBILAN

29.3K 1.4K 3
                                    

Hari ini Ana tetap masuk kerja seperti biasa. Perkelahian antara Ana dan laki-laki brengsek itu tidak membuatnya untuk menyerah dalam hidup. Saat Dia tidak mementingkan Aku dalam hidupnya, kenapa aku harus mementingkan Dia dalam hidupku? Simple kan?

Tujuan Ana bekerja di kantor ini ialah ia ingin tenang dan yang pasti dirinya ingin merasakan bagaimana susahnya mencari uang sendiri. Ana tidak ingin terbebani dengan embel-embel seorang istri Direktur kaya di Indonesia, itu menjijikkan Aku tidak suka gelar itu.

Suasana pagi ini di kantor malah berubah 180 derajat. Orang-orang yang tidak Ana kenal menyapanya, tersenyum layaknya sudah kenal lama. 

"Hei Ana! Good morning!" suara Lana mengagetkan Ana.

Lana adalah teman pertama Ana di kantor ini saat pertama kali bekerja. Lana kurang lebih mirip seperti Wina, sifat mereka beda tipis, hanya saja Lana agak sedikit tahu tempat untuk menjadi gila.

"Hai, Lan. Suasana kantor aneh banget deh, kantor kita lagi dapat investasi bagus ya?" Lana menatap Ana dengan pandangan tak percaya. bodoh ya? padahal sudah jelas alasannya kenapa.

"Emang udah gila beneran hidup Lo kayaknya An, kantor sekarang jadi berubah karena ada istri direktur di kantor kita."

"Lah? Siapa? Istrinya Pak Adimas Direktur kita? Ya kalo itu gue juga tau istri Direktur kita kerja di sini, Lan." Sedetik kemudian Lana memukul kepala Ana dengan map tebal di atas mejanya.

"Sakit Lana! Sinting Lo ya?"

"Lo yang sinting! Yang lagi hot news sekarang itu Lo, Ana Baskara Adiatma! Lo istrinya Wildan Adiatma, the most wanted guy in this country!" Ana hanya diam tak berkutik. Tujuannya datang ke kantor ini untuk lepas dari istri direktur itu, aku tidak mau mendengar hal itu!

"Kenapa Lo gak make nama belakang suami lo? kok lo sembunyiin sih? Yang gue gak habis pikir lagi Lo ngapain kerja di sini Ana? Lo gak liat that handsome guys which is your husband marah banget sama lo kemaren?"

Ana menatap nanar Lana, 

Kamu tidak tahu Lan..

Wildan itu laki-laki brengsek yang selalu tau bagaimana cara untuk mengacaukan hidup seseorang dengan cepat.

***

Suasana kantor hari ini lagi-lagi kacau, bukan hanya hari ini. Semenjak kemarin juga suasananya memang sudah kacau. Bukan hanya itu, suasana hati, batin, dan pikiran semuanya kacau. Ana mengerti setidaknya dirinya harus tahu diri penyebab dari kekacauan di kantor hari ini adalah ia sendiri.

"Ana, Lo dimana?"

"Gue baru sampe kantor"

"Lo cepet dateng kesini, Gue tunggu gak pake lelet!" lalu sambungan terputus.

Setelah mendapatkan sms dari Wina, Ana segera melaju ke tempat yang disuruh Wina dan yang Ana lihat tempat itu adalah sebuah cafe cozy kecil di pinggir jalan yang dipenuhi banyak jenis bunga.

"An, sini!" Ana melihat Wina, tak sulit untuk menemukan Wina di sini. Selain cafe ini kecil, Wina sekarang juga ditemani dengan Araf, suami bulenya itu.

"Long time no see, Raf?"

"Yap, been so busy this year."

"Oke udahan basa-basinya, sekarang Gue mau langsung to the point." Ana tertawa kecil, sudah ia bilang sebelumnya kan, Wina itu tidak sabaran.

"Kenapa Win?"

"..."

Aku mengerutkan dahi, ada apa ini?

"So Ana, Aku rasa Kamu tidak perlu lagi bekerja, Wildan marah besar, kamu tau kan?" Araf menggantikan Wina bicara.

"Ini hidup Gue, Raf, nggak ada yang berhak untuk ngatur kan?"

"Wildan berhak untuk itu. He is your damn husband, An"

"Tapi, Raf, Gue-"

"Wildan besok akan beli perusahaan Kamu,"

Apa yang barusan Araf katakan? Membeli perusahaan? Apa Dia sudah gila?

"Aku serius Ana. Kamu tau Wildan itu gila dan Kamu memancingnya untuk melakukan ini." Ana terdiam, tidak tahu harus bagaimana sekarang. Apa yang dikatakan Araf benar, Wildan memang gila, jauh lebih gila dari yang ia pikirkan selama ini.

"Jadi Ana baby, Lo berhenti hari ini, detik ini juga dan Lo langsung ketemu sama Wildan, okay?" Wina menatap Ana dengan penuh harap agar bisa menyadakan Ana bahwa Wildan benar-benar serius sekarang.

"Thank you tapi Gue harus pergi sekarang."

Ana meninggalkan Wina dan Araf yang berteriak memanggil namanya untuk kembali bicara. Ini gila, semua yang dilakukan Wildan tidak ada satu pun yang bisa aku anggap normal.

Jemari Ana bergerak cepat mencari kontak nama di ponsel, sedangkan tangannya yang lain menekan remote mobil. Setelah akhirnya mendapatkan nama itu, saat Ana ingin menekan tombol hijau di layar, tiba-tiba ada panggilan masuk.

"Kamu dimana?"

"Kamu dimana sekarang, Wildan?"

"Go to my office, now. We have to talk." Lalu Sambungan terputus.

Brengsek.

***

(un) Happy WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang