DUA PULUH

23.2K 1.2K 2
                                    

Anamendengar deru mesin mobil yang di parkirkan di garasi rumah, itu tandanya Wildan sudah sampai di rumah. Selalu seperti ini, Wildan tidak pernah lagi pulang sebelum lewat tengah malam. Anaberdiri di depan pintu, melihatnya berjalan pelan dengan keadaannya yang mengenaskan.

Pelipisnya berdarah, jemarinya yang Analihat ada memar disana seperti sudah memukul sesuatu, bukan hanya itu, kemejanya sudah kusut dan tidak berbentuk.

Tahan dirimu Ana tidak usah pedulikan apa pun lagi.

Ketika Wildan sudah sampai di depan pintu dan melihat dirinya  , Anasegera masuk dan duduk di ruang tengah, menunggu Wildan untuk ikut duduk bersama Ana di sana.

"Jadi inikah hasil dari pertemuan bisnis kamu di China?" Anamelihatnya dari atas kepala sampai ujung kaki. Dia benar-benar babak belur.

"..."

"Penuh luka seperti ini?"

"Ada apa?" hanya 2 kata itu. 2 kata itu berhasil membuatAna ingin menangis di tempat. Suara Wildan masih tetap sama. Semenjak pecundang ini melarikan diri malam itu, Anasama sekali tidak bisa bertemu dengannya dan sekarang Anaharus melihat wajahnya yang seperti ini.

"Apa ada yang Kamu sembunyikan dari Aku selama ini, Wildan?" Wildan tidak bergerak dari posisinya sekarang, ia hanya memejamkan matanya dan menyenderkan lehernya di punggung sofa.

"Tidak ada."

"Dasar pecundang. Kenapa Kamu melakukan itu dan lari? Apa hidupmu selalu seperti itu? lari dari kesalahan yang Kamu buat sendiri?" Wildan kemudian membuka matanya. Anamelihat pelipisnya yang lebam berdarah dan berwarna ungu disana. Matanya melihat ke arah Anatajam, membuat Ana terhisap dalam sorotan matanya itu.

"Saya tidak pernah lari, Ana."

"Kalau begitu, jelaskan semuanya!" Anaberteriak di depan Wildan. Emosinya sudah memuncak dan berhasil meledak. Tapi, sedetik kemudian saat melihat luka yang ada di seluruh badannya emosi Analangsung melemah. Sialan.

"Tidak ada yang perlu dijelaskan."

"Apa menciumku juga tidak perlu dijelaskan?"

Wildan tidak mengalihkan pandangannya. Matanya yang luka lebam itu masih tajam saat menatap apa yang dilihatnya. Anaselalu lemah dengan hal-hal seperti ini dan Anamembenci hal itu. membenci dirinya yang lemah seperti ini

"Kontrak kita hanya 100 hari lagi."

"Apa maksud kamu?"

"Apa kamu lupa? Aku ini hanya istri 2 tahun kamu." Anatahu ekspresi Wildan kaget saat ia mengungkit masalah pernikahan kontrak ini. Wildan seperti tidak sadar sudah hampir 2 tahun berlalu dan tidak sadar posisi Ana selama ini sebagai istri kontraknya.

"100 hari lagi dan Aku tidak akan pernah menganggap semua ini pernah terjadi." Tenang saja Ana, hanya 100 hari lagi.

"Ana,"

Ya, hanya 100 hari lagi.

Lupakan suaranya yang memanggil namamu Ana, hanya 100 hari lagi.

"Tidak bisakah kita melarikan diri saja dari semuanya, Ana?"

Ini menyakitkan.

***

(un) Happy WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang