-DUA PULUH SATU-
Tidak Peduli
==========
Dua puluh delapan detik lagi maka akan tepat lima menit Arvi dan Hazel hanya duduk-duduk tidak ada guna di wastafel toilet memperhatikan lantai kotor yang seolah akan bersih sendiri jika mereka pelototi. Arvi menggoyang-goyangkan tongkat pel dari tadi tanpa tujuan setelah mengeluarkan segala umpatan kekesalannya untuk anak-anak IPS 6 dan juga pada pak Bambang yang memberikan mereka hukuman ini. Sementara Hazel sedari hanya mendengarkan sambil duduk menyender pada kaca di belakang punggungnya.
Memang jiwa Hazel ada di hadapan Arvi saat ini. Tapi pikiran cowok itu hanya tertuju pada satu nama sekarang, Loli. Hazel tentu tidak lupa kalau dirinya tanpa sengaja sudah membuat Loli terluka bahkan sampai berdarah. Luka yang Hazel dapatkan karena berkelahi tadi pun rasanya tidak sebanding dengan rasa bersalahnya pada Loli. Tapi sejak dia dibebaskan dari ruang BK sampai sekarang, dirinya belum ada bertemu Loli lagi.
Hazel melirik jam tangannya yang menunjukkan sekarang sudah delapan menit berlalu semenjak bel pulang berbunyi. Hazel tak yakin apa Loli masih di sekolah atau tidak, namun logikanya memerintahkan setidaknya berusaha mencari gadis itu meski kemungkinan bertemu sangat kecil.
Mata Arvi mengikuti gerak Hazel ketika lelaki itu beranjak dari duduknya. "Mau kemana lo?"
"Gue ada urusan bentar. Lo bisa kan ngepel sendiri? Bentar doang, entar biar gue yang lanjutin."
"Bangke, jangan kabur lo!" nyinyir Arvi tidak terima.
"Siapa juga yang kabur. Ini tas gue tinggal di sini. Udah lah tunggu bentar!" Hazel langsung pergi tanpa mau menunggu respon Arvi, karena ia tahu Arvi pasti tetap bakalan protes.
Yang Hazel pikirkan sekarang hanyalah dia harus bertemu gadis itu segera. Kalaupun Loli sudah pulang, Hazel akan menyusulnya. Masa bodo dengan Arvi, karena yang ia tuju sekarang hanyalah Loli seorang.
***
Hazel beruntung karena ia menemukan Loli masih berada di sekolah. Meski jarak diantara mereka cukup jauh. Tapi Hazel tahu jika perempuan yang ia lihat sedang berdiri di pinggir koridor gedung ujung sambil mendongak ke langit itu adalah Loli.
Rintik gerimis yang turun menghantam atap mengiringi langkah Hazel menuju Loli. Namun belum sampai laki-laki itu ketujuannya, langkah Hazel memelan, dahinya mengerut saat melihat sosok cowok lain menghampiri gadis itu. Hazel kira itu Kaisar, tapi ketika cowok itu memiringkan badannya dan ikut mendongak ke langit yang tengah Loli tatapi, Hazel bisa melihat jika itu adalah kakak kelas ketua majalah sekolah yang pernah Loli beritahu.
Tidak ada alasan yang membuat Hazel mengurungkan niatnya untuk bertemu Loli. Jadi ia kembali berjalan menghampiri gadis itu.
"Loli," panggil Hazel pelan dengan suara husky-nya.
Loli dan Zaki serempak menoleh ke sumber suara. Mata bulat Loli sedikit melebar melihat kehadiran Hazel dengan beberapa lebam di wajahnya. Ada pula lecet di tulang rahangnya. Dan luka cukup besar serta masih berwarna merah di siku bekas ia terjatuh di lapangan tadi. Loli menahan ringisannya melihat keadaan Hazel.
"Oh, lo Hazel itu, kan? Hazel ... Wiratama?" tanya Zaki dan dijawab dengan anggukan kaku oleh Hazel.
"Hmm, jadi ini most wanted baru Rafflesia yang dibilang Loli." Zaki tertawa renyah. "Walaupun anak baru, ternyata lo udah lumayan tenar ya. Majalah minggu ini aja udah hampir ludes sama cewek-cewek. Apalagi anak kelas sepuluh yang paling banyak borong."
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO BYE-BYE✔
Teen FictionBermula dari sering memergoki anak baru yang melihatinya, Loli jadi penasaran dengan anak baru bernama Hazel itu. Loli Lovenna dengan sifatnya yang penuh percaya diri akhirnya mengajak Hazel berkenalan dan seiring waktu ia menjadi dekat dengan cowok...