[36] : Rahasia

1.6K 127 8
                                    

-TIGA PULUH ENAM-

Rahasia

==========

Saat Loli kembali ke rumah sepulang sekolah, mobil putih yang terparkir di depan pagar rumah menarik perhatian gadis itu. Loli tidak tahu itu milik siapa, tapi setelah ia masuk dan melihat seorang lelaki paruh baya duduk di ruang tamu dan tengah berbincang dengan kedua orangtuanya, maka ia tahu jika mobil itu adalah milik orang yang bertamu di rumahnya.

"Ah, Loli?" Laki-laki yang seumuran dengan Toni itu memberikan senyum hangatnya kala ia menyadari kehadiran Loli. "Ah, kamu pasti lupa sama, Om. Terakhir kita ketemu waktu kamu masih SD."

Walaupun terakhir kali ketemu dua tahun yang lalu, gue tetap akan lupa karena amnesia, kan? Loli membatin.

"Dia ini om Gunawan, teman Papa dari Bengkulu." Toni memperkenalkan Gunawan pada Loli.

"Wah, anak gadis Toni jadi makin cantik saja sekarang."

Loli tersenyum malu. "Makasih, Om. Eng, kalau gitu aku pamit masuk dulu." Loli pun pamit undur diri ke kamar pada ketiga orang di ruang tamunya itu.

Saat Loli sudah hilang dari pandangan mereka, perbincangan kembali berlanjut.

"Apa amnesia Loli masih belum sembuh?" Gunawan tidak bisa menahan rasa penasaran yang muncul saat dirinya melihat gadis yang dua tahun lalu pernah ia selamatkan itu. Kabar terakhir yang ia dengar sebelum Toni membawa Loli pergi dari Bengkulu adalah Loli mengalami amnesia.

"Belum. Dia masih lupa semuanya. Mungkin terdengar jahat, tapi aku bersyukur amnesia Loli bertahan lama. Aku takut kalau ingatan Loli kembali, dia akan depresi lagi seperti dulu. Aku tidak ingin dia mengalami trauma lagi," jawab Toni dengan sorot mata yang tak bisa di definisikan.

Mela mengangguk setuju. "Mungkin akan lebih baik jika seperti ini terus. Lagipula kami tidak mempermasalahkan amnesia Loli. Dengan begini dia tidak perlu lagi mengingat kejadian buruk dua tahun yang lau. Hidup Loli juga lebih baik sekarang."

Gunawan sangat mengerti apa yang Toni dan Mela rasakan. Ia tidak menyalahkan jika bagi mereka mempertahankan amnesia ini adalah cara yang terbaik. Bahkan Gunawan juga berpikir bahwa ini adalah jalan terbaik untuk Loli.

Dan ditengah pembicaraan tiga orang dewasa di ruang tamu yang hangat itu. Tidak ada yang menyadari jika Loli mendengar percakapan mereka barusan.

***

Kanvas yang ada di hadapan Kaisar masih berwarna seperti hari kemarin. Tidak ada penambahan guratan ataupun polesan di sana meski Kaisar duduk di hadapannya sejak beberapa menit yang lalu.

Tubuh Kaisar memang ada di sana, namun pikiran laki-laki itu sedari tadi berputar-putar semata untuk mencerna hal yang selama ini tak pernah terpikir olehnya.

Hazel dan Loli.

Mereka berdua adalah teman sejak kecil. Mereka bersahabat. Mereka tumbuh bersama.

"Tapi kenapa mereka seperti orang yang gak saling kenal waktu ketemu?" Kaisar tak henti bertanya pada dirinya sendiri. "Loli jelas lupa karena dia amnesia, tapi ... Hazel gak mungkin lupa dengan Loli. Kalau mereka memang sahabat, pasti Hazel kenal Loli, kan?"

Namun, ada yang mengganjal dibenak Kaisar. Jika Hazel mengenal Loli sejak dulu, lantas kenapa selama ini Hazel seolah baru mengenalnya?

"Sebenarnya apa yang terjadi? Apa memang ada sesuatu yang disembunyikan?" Sepanjang Kaisar memikirkan ini semua, ia belum juga menemukan jawabannya.

HELLO BYE-BYE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang