-LIMA PULUH-
Permintaan
==========
"Kondisi tubuh Loli semakin lama semakin memburuk. Obat-obatan juga tidak bisa membantu banyak. Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi, Pak, Bu. Loli harus melakukan operasi pencangkokan ginjal sesegera mungkin untuk mengatasinya."
Dokter Dayang yang selama beberapa bulan ini telah menangani Loli dengan berat hati menyampaikan kebenaran akan keadaan gadis itu pada orangtuanya.
Mela tak dapat membendung airmata. Kenyataan akan kondisi Loli menampar keras hatinya. Ibu mana yang tak menangis melihat keadaan anaknya yang bertarung melawan penyakit yang di derita selama berbulan-bulan bahkan nyaris satu tahun ini. Melihatnya saja Mela perih, apalagi Loli yang merasakannya sendiri.
Tubuh Loli yang dulu bugar, kini semakin menyusut. Loli yang dulunya masih bisa beraktivitas normal, kini sangat mudah kelelahan. Loli yang dulunya bebas menyantap makanan apa yang ia mau, kini bahkan tak bisa memilih apa yang ia ingin karena berbagai pantangan yang ia punya.
Gadis itu tersiksa, namun ia masih tetap berusaha tersenyum ceria selama ini.
"Ibu dan Bapak sudah tahu kalau kini ada dua ginjal yang cocok untuk Loli. Pihak kami tinggal menunggu keputusan yang dipilih dan akan mengusahakan operasi sesegera mungkin bila sudah ada persetujuan."
Toni mungkin memang tak seemosional istrinya. Namun hatinya ikut remuk. Hingga dokter Dayang keluar dari ruangan dan mengingatkan kembali tindakan yang harus diambil, Toni tetap diam bergeming.
Ruangan itu sempat senyap beberapa saat. Hingga akhirnya Lion yang tadi duduk di sofa bersama Hazel kini berdiri menghampiri Toni dan Mela di sisi ranjang Loli.
"Pa, Ma, apa lagi yang harus ditunggu? Ginjal aku bisa didonorkan ke Loli." Hasil labor yang keluar setelah Lion memeriksa ginjalnya menunjukkan kecocokan untuk didonor ke Loli. Namun, belum lama ini pihak rumah sakit juga memberitahu jika ada pendonor lain yang memiliki kecocokan dengan tubuh Loli.
Belum sempat Toni dan Mela menjawab, pergerakan Loli di ranjang mengalihkan perhatian mereka. Loli akhirnya bangun--atau lebih tepatnya baru mau membuka mata karena dirinya sudah siuman sejak dokter Dayang masih di dalam ruangan tadi.
"Aku dengar, kok," ujar Loli dengan suara seraknya. Gadis itu tersenyum tipis, lalu memandangi Papa, Mama, serta Kakaknya bergantian. "Aku gak mau kak Lion kena resiko karena operasi ini. Kalau memang ada pendonor lain, lebih baik ambil itu aja."
Lion tak setuju dengan pendapat Loli. "Dek, kalau kita ambil yang gak ada hubungan darah sama kamu, justru itu jadi resiko sama kamu sendiri."
"Kakak terlalu khawatir, deh." Loli tertawa kecil. Ia berusaha duduk dibantu Mela meski sedikit merasa nyeri. "Kalau emang udah jalannya aku buat sembuh, gimanapun tetap akan sembuh, Kak."
Lagi-lagi tercipta keheningan. Mela dan Toni saling berpandangan seolah memberitahu isi hati masing-masing. Sementara Lion memandangi Loli yang tengah tersenyum hangat dan melambaikan tangan pada Hazel yang masih duduk di sofa.
Hazel membalas dengan seulas senyum. Ia tak banyak bicara sejak tiba di rumah sakit tadi. Sama seperti Lion dan orangtua Loli, Hazel juga diserang rasa khawatir melihat kondisi sahabatnya sejak kecil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO BYE-BYE✔
Teen FictionBermula dari sering memergoki anak baru yang melihatinya, Loli jadi penasaran dengan anak baru bernama Hazel itu. Loli Lovenna dengan sifatnya yang penuh percaya diri akhirnya mengajak Hazel berkenalan dan seiring waktu ia menjadi dekat dengan cowok...