[18] : Tragedi Lapangan Basket

3.4K 304 29
                                    

-DELAPAN BELAS-

Tragedi Lapangan Basket

==========

"BENER-BENER, YA, 'TU SANCA MINTA DIKULITIN BANGET!"

Loli meringis melihat respon Utari yang mengundang perhatian seluruh anak kelas mereka. Padahal suasana kelas sedang riuh karena tidak ada guru, tapi suara nyaring Utari berhasil membuat yang lain menoleh pada mereka.

"Gak usah pake toa, pinter!" Loli melirik sekitar, beruntung yang lain tidak ambil peduli lagi.

"Habisnya gue kesel sama si Cleo Sanca itu, dia pikir tata surya ini ngelilingin dia apa! Dia pikir tiap kata dari mulut dia harus diturutin!? Semena-mena ngatur hidup orang. Nyuruh lo ngejauh dari Hazel, dih!" Utari benar-benar tersulut emosi sekarang.

"Lo juga kenapa nurut aja dan gak berani lagi mau dekat sama Hazel!?" kini omelan Utari tertuju untuk Loli. "Jangan dengerin omongan si Sanca itu, yang ada dia makin semena-mena, Loli."

"Jadi maksud lo gue tetap kayak biasa aja sama Hazel, gitu?"

"Iyalah, apa lagi!"

"Gue mau aja sebenarnya. Tapi ... gue gak mau ada masalah lagi sama Cleo, Ut." Loli menyenderkan punggungnya ke kursi. Raut gadis itu terlihat sekali sedang pusing sekarang. "Ini masih bisa diatasi kalau cuma sama Cleo. Tapi lo tau sendiri bermasalah sama Cleo berarti masalah juga sama gengnya. Dan jangan lupa kecepatan mulut mereka menggosip sama mengarang cerita itu kayak gimana."

Jika hanya memikirkan egonya, mungkin Loli akan menuruti perkataan Utari untuk tidak menghiraukan Cleo dan terus saja dekat dengan Hazel seperti biasa. Tapi Loli sudah belajar dari pengalamannya dulu. Cleo bukan tipe orang yang cuma diam membenci, tapi gadis itu punya banyak cara untuk membuat orang lain ikut benci dengan orang yang dia tidak suka. Loli tidak mau situasi seperti dulu terjadi lagi, dimana dia jadi bahan omongan, sasaran kesinisan, dan dianggap yang tidak-tidak. Bagaimanapun Loli tetap ingin harinya berjalan tenang.

"Jadi lo mau diam aja gitu?"

Loli hela napas. "Gue gak mau capek berurusan sama dia, Ut."

"Kalau lo emang mau dekat sama Hazel, gak usah dengarin kata Cleo. Tapi kalau sekiranya lo emang biasa aja sama Hazel, ya udah terserah lo."

Loli mendongak ketika Utari berdiri dari kursinya. "Lo mau kemana?"

"Ke toilet. Ngomongin si Sanca bikin gue mau berak. Temenin, yuk!"

Loli mengangguk lalu menutup buku-buku yang tadi rencananya untuk mengerjakan tugas dari guru. Setelah menyimpannya di laci, barulah Loli bangun dari kursinya. Sebelum keluar, Loli terlebih dulu menoleh ke belakang, ke bangkunya Kaisar. Tapi cowok itu tidak ada di sana.

"Eh, Din, Kaisar kemana?" Loli mencegat Didin yang kebetulan berjalan melewatinya.

"Tadi keluar. Gak tau kemana. Meet & Greet sama fans-nya kali," jawab Didin entah serius atau asal.

Loli cuma ber-oh ria, tidak mau banyak tanya lagi kemudian keluar dari kelas bersama Utari.

Loli ingat-ingat, semenjak berpisah di koridor kemarin dia tidak ada mengobrol lagi dengan Kaisar. Chat-an saja tidak. Pagi tadi di kelas juga cuma saling lihat, terus sibuk sendiri-sendiri. Sebenarnya ini biasa saja. Tapi kalau mengingat yang kemarin ...

HELLO BYE-BYE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang