[40] : Pertukaran

1.9K 150 30
                                    

-EMPAT PULUH-

Pertukaran

==========

Loli harus mengerjap beberapa kali untuk membiasakan sinar terang yang menyerbu pupilnya saat kelopak matanya terbuka. Pemandangan langit-langit putih menjadi yang pertama ia lihat. Namun, selang sedetik kemudian Loli meringis karena pening yang tiba-tiba saja menderanya.

Mela yang tengah terpejam di sofa langsung terlonjak bangun mendengar ringisan Loli. Langsung saja ia menghampiri anak bungsunya itu dengan cepat.

"Loli, ini Mama." Mela terlihat khawatir ketika Loli masih meringis kesakitan. "Kenapa, nak?"

Loli tidak bisa menjawab. Sakit di kepalanya masih terasa begitu menusuk. Mela pun dengan sigap memencet tombol darurat yang ada di sisi ranjang untuk memanggil dokter ataupun perawat ke ruangan.

Bersamaan dengan itu, Kaisar dan Hazel kembali ke ruangan Loli setelah dari balkon. Mereka berdua sama-sama terkejut melihat Loli yang sudah siuman dan dengan segera mereka menghampiri ranjang gadis itu.

"Loli kenapa, Tan?" tanya Hazel pada Mela.

"Loli baru aja bangun dan dia udah kesakitan kayak gini."

Kaisar menggenggam tangan Loli dengan rasa khawatir. "Lol, lo bisa dengar gue?"

Benar saja, pertanyaan dari Kaisar membuat Loli membuka matanya dengan sempurna. Manik cokelat gelap Loli bertabrakan dengan mata Kaisar yang memiliki warna sama. Dengan menahan rasa sakit di kepalanya, Loli memandang Kaisar dengan sorot yang tak bisa Kaisar mengerti. Selang sedetik kemudian, perhatian Loli berpindah pada Mamanya yang ada di sisi kanan ranjang dan yang terakhir, Loli bertemu pandang dengan manik karamel milik Hazel.

Loli memandang Hazel begitu lamat tanpa mengerjap. Hazel pun hanya diam membalas tatapan itu tanpa suara. Hingga pada akhirnya, tanpa di duga air mata Loli jatuh ke pipinya.

"Hazel...," Loli berkata lirih bersamaan dengan tangisnya yang semakin menjadi. "Zel...," ulangnya.

Mela, Kaisar, serta Hazel sama-sama terkejut dan kebingungan melihat tangis Loli.

"Kenapa, Lol?" tanya Hazel khawatir.

Tangis Loli tak henti. Tidak bisa dihitung lagi tetes air mata yang jatuh, yang jelas pipi Loli sudah basah dibuatnya. Loli meraung dalam tangisnya, seolah ada kesakitan luar biasa yang ia rasa.

Mela tidak kuasa mendengar tangis anaknya. Dengan kehangatan seorang ibu, ia memeluk Loli erat, berharap dengan begitu tangisnya akan mereda. "Sshtt, Mama di sini."

"Relin, Ma."

Mela dan Hazel membeku seketika. Bahkan Kaisar yang baru mengenal nama itu beberapa saat yang lalu ikut terdiam. 

Itu adalah nama yang tidak seharusnya Loli tahu. Nama yang seharusnya Loli lupakan. Nama yang seharusnya menghilang sejak dua tahun yang lalu. Namun, baik Mela maupun Hazel dan Kaisar, tidak tahu kenapa sekarang nama itu bisa keluar dari mulut Loli lagi.

"Relin seharusnya masih di sini, Ma. Relin seharusnya masih hidup. Tapi karena aku dia meninggal!"

Kata-kata yang selama dua tahun terakhir telah hilang dari pendengaran Mela, sekarang kembali terulang. Itu masih kata-kata yang sama dengan yang Loli ucapkan ketika ia depresi dulu. Sesuatu yang seharusnya tidak perlu Loli katakan lagi.

Seorang dokter beserta dua orang perawat akhirnya tiba ke ruangan Loli. Mereka meminta Hazel dan Kaisar untuk menunggu di luar, sementara Mela diperbolehkan untuk menemani Loli yang masih menangis dalam peluknya.

HELLO BYE-BYE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang