-DUA PULUH DUA-
Problematika
==========
"Udah ngobrolnya?" tanya Zaki ketika Loli menghampirinya di pinggir lapangan.
Gadis bertas biru langit itu hanya berdeham tak jelas disertai anggukan samar.
"Ya udah, ayo pulang." Zaki menoleh pada teman-temannya yang masih setia berceloteh di pinggir lapangan tidak mempedulikan gerimis yang terus turun. "Gue duluan, ya!"
"Gebetan baru, nih?" goda salah satu teman kelas Zaki yang Loli tahu dia salah satu anggota tim basket sekolah.
"Bacot," balas Zaki acuh sebelum akhirnya memberikan kode pada Loli untuk pergi.
Mereka berdua lantas meninggalkan kericuhan kawanan Zaki yang masih asik menggodai. Loli tidak terlalu ambil peduli karena pikirannya sendiri sedang kacau sekarang. Galau, tepatnya.
Loli memang kesal dengan Cleo, karena gadis itu yang membuat situasinya dengan Hazel jadi seperti ini sekarang. Tapi Loli lebih kesal ke dirinya sendiri karena tidak berani melawan. Dia hanya diam tanpa penolakan, lalu menuruti apa yang Cleo perintahkan.
"Oh, jadi karena ini mangkanya lo gak pulang sama Kaisar." Zaki tiba-tiba bersuara, membuat Loli menoleh pada cowok itu yang sedang melihat ke arah lain dengan senyum miringnya.
Loli mengikuti arah pandang Zaki yang tertuju ke area parkir motor di sisi kiri dan manik cokelat gelap gadis itu menemukan apa yang tengah Zaki lihat. Di sana Kaisar duduk di atas motornya dengan kepala tertoleh ke belakang melihati Inez yang bersiap naik ke atas motor.
"Akhir-akhir ini gue sering ngeliat Kaisar bareng adik kelas itu. Mereka lagi pedekate?"
Loli mendengus dan membuang pandangannya dari dua orang di atas motor itu. "Iya. Tunggu aja kabar seorang selebgram jadian sama fansnya."
Sebelah alis Zaki naik menyiratkan keheranan. Tapi belum sempat ia bertanya banyak lagi, Loli sudah keburu melangkah duluan menuju parkiran mobil tanpa kata.
***
Hazel mendesah geram ketika melihat pesan terakhir yang ia kirim pada Loli belum juga di baca oleh gadis itu. Mau di LINE ataupun di WhatsApp, tidak ada respon dari Loli. Bahkan last seen-nya saja dua jam yang lalu.
Melihat tingkah Hazel yang dari tadi risau, membuat Arvi jadi terganggu. Cowok berambut acak acakan itu meletakkan kain pelnya dalam ember yang ada di sisi dinding toilet--berhubung memang hukuman mereka sudah selesai. Setelah itu ia menghadapkan badan sepenuhnya pada Hazel yang masih tertunduk menggulir layar handphone.
"Sekedar informasi, karena lo dari tadi sibuk sama hape itu, bagian yang gue pel jadi lebih banyak daripada lo," kicau Arvi dengan sorot jengah.
"Sekedar informasi, karena nolong lo, gue jadi ngelukain Loli, tau ga!" Hazel memasukkan benda pipih berwarna putih itu ke dalam saku seragamnya.
Bola mata Arvi naik ke atas. Berusaha mengingat kejadian yang Hazel maksud. Dan setelah otaknya beroperasi, Arvi baru mengingat insiden antara Hazel dan Loli di lapangan tadi.
"Oh iya." Arvi melirik Hazel, lalu seringaian muncul di bibir cowok itu. "Mampus lu, gak bisa ngegebet Loli lagi!"
"Bangke!" Hazel mengayunkan tongkat pel yang masih berada digenggamannya, seolah-olah mau menimpuk Arvi, tapi itu berakhir dengan gertakan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO BYE-BYE✔
Roman pour AdolescentsBermula dari sering memergoki anak baru yang melihatinya, Loli jadi penasaran dengan anak baru bernama Hazel itu. Loli Lovenna dengan sifatnya yang penuh percaya diri akhirnya mengajak Hazel berkenalan dan seiring waktu ia menjadi dekat dengan cowok...