-TIGA PULUH TIGA-
Kalah
==========
Kebahagiaan bagi Loli itu sebenarnya sederhana. Cukup face-time sama oppa-oppa Korea lewat layar laptop, fangirlingan-an tanpa diganggu, dan santai dikasur dengan dikelilingi cemilan. Sore ini Loli hampir mendapat kebahagiaan sederhananya itu, jika saja Mama-nya tidak mengingatkan Loli untuk cuci darah hari ini.
Loli sebenarnya ingin mengundur jadwalnya jadi besok, tapi Mela tidak menerima bantahan. Alhasil di sinilah Loli sekarang, duduk cemberut di bangku belakang sementara orangtuanya asik berbincang-bincang di bangku depan tanpa memedulikan muka masam Loli.
Loli membuang pandangannya ke jalanan yang mereka lalui demi menghapus rasa jenuh. Memandangi kesibukan yang ada di balik jendela mobil. Seperti para pejalan kaki yang sibuk dengan gadget masing-masing, tukang sol yang sedang berkeliling, pedagang kaki lima yang sedang menjajahkan jualan, lalu sekelompok anak muda berseragam putih-biru yang berjalan bersama di trotoar.
Melihat para murid SMP itu, Loli jadi kembali bertanya-tanya dalam hati tentang masa SMP-nya. Bagaimana penampilannya dulu ketika mengenakan seragam putih-biru? Bagaimana suasana sekolahnya dulu? Ada cerita apa saja yang tercipta saat itu? Siapa saja teman-temannya? Loli bertanya tentang segalanya yang tidak ada diingatannya.
Lagi, ia merindukan sesuatu yang bahkan ia tidak tahu apa, kapan, dan bagaimana.
Loli menghela napas sarat akan rasa lelah dengan kehampaan memori di ingatannya.
Loli!
Loli tersentak. Sebuah kilasan tiba-tiba berputar di kepalanya.
Seseorang memanggilnya dengan riang. Loli melihat dirinya sendiri, tapi ia bersama dengan seorang perempuan dan mereka sama-sama berbalut seragam putih-biru.
Mereka bergandengan tangan. Mereka mengobrol. Mereka tertawa.
Sangat akrab.
Gelang kita samaan!
Perempuan itu mendekatkan lengannya pada lengan Loli, memperlihatkan sebuah gelang dengan bentuk sama yang melingkar di tangan mereka.
Loli meringis. Mela yang mendengarnya langsung menoleh dan mendapatkan Loli sedang memegangi kepala menahan sakit. "Loli, kenapa?" Mela membalikkan badan sepenuhnya untuk mendekati Loli yang duduk di belakang bangku kemudi.
Loli tidak bersuara. Ia terlarut dalam momen singkat yang seperti scene random di sebuah film lama. Hingga ketika semuanya memudar, Loli tidak bisa menahan satu pertanyaan yang tercipta; sebenarnya ini semua apa?
***
"Makasih ya, Zel, udah jemput." Cleo tersenyum cerah setelah turun dari motor Hazel.
Hazel mengangguk seraya meletakkan helmnya pada spion motor. "Tapi lain kali jangan dadakan kayak tadi."
Cleo mengangguk malu-malu. Pagi tadi memang perempuan itu mendadak meminta Hazel menjemputnya dengan alasan mobilnya ada di bengkel dan tidak ada yang bisa mengantar. Beruntungnya tadi Hazel baru memanasi motor, belum pergi ke sekolah. Jadilah Hazel menjemputnya dan pergi ke sekolah bersama.
"Lain kali? Berarti nanti gue boleh minta jemput lagi, dong," kata Cleo disertai tawa renyahnya.
Mereka berdua kemudian menuju kelas seraya mengobrol ringan selagi menelusuri koridor.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO BYE-BYE✔
Teen FictionBermula dari sering memergoki anak baru yang melihatinya, Loli jadi penasaran dengan anak baru bernama Hazel itu. Loli Lovenna dengan sifatnya yang penuh percaya diri akhirnya mengajak Hazel berkenalan dan seiring waktu ia menjadi dekat dengan cowok...