[53] : Kosong

956 80 11
                                    

-LIMA PULUH TIGA-

Kosong

==========

Sinar matahari menjelang siang dengan halus menyentuh kulit putih Kaisar dari sela dedaunan yang rimbun. Rambut hitamnya bergerak mengikuti arah angin yang kadang bertiup. Keriuhan di jam istirahat ini tidak menganggu cowok itu yang sedari tadi menatap kosong dedaunan yang ada di atas kepalanya. Ia hanya ingin menikmati waktu sendiri di bawah pohon tempat ia biasa bersantai.

Hanya saja akhir-akhir ini tidak terasa seperti biasa. Dulu Loli yang biasa menemaninya. Bila Kaisar sedang menggambar di sini, maka gadis itu senantiasa merecokinya dengan berbagai pembicaraan yang berhasil menganggu ketenangan Kaisar. Atau, jika mereka hanya duduk-duduk berdua saja, maka ada saja hal-hal yang diperdebatkan hingga waktu istirahat habis.

Jika dibuat daftar, maka Loli menjadi orang pertama yang selalu membuat Kaisar Kesal. Namun, gadis itu juga jadi orang pertama yang selalu ia rindukan dan pikirkan.

Kini yang Kaisar rasakan tidak sedang bahagia ataupun resah. Hanya kosong.

"Hari masih pagi, udah menyendiri aja di sini."

Kaisar menoleh, mendapati Hazel yang tengah berjalan ke arahnya.

"Apaan, nih?" Kaisar menatap heran minuman isotonik yang Hazel berikan padanya.

"Minuman, lah. Apa lagi coba? Kiranti?"

"Maksud gue, ada angin apa lo tiba-tiba kasih gue ginian?" walaupun begitu, Kaisar tetap mengambil pemberian Hazel dan langsung meminumnya.

Hazel ikut duduk di kursi taman bersebelahan dengan Kaisar. Untuk sesaat cowok bermata karamel itu memandangi lapangan sekolah yang tak terlalu ramai lalu menyenderkan punggungnya pada kursi. "Akhir-akhir ini lo kayak orang gak ada semangat hidup."

Kaisar meringis geli. "Segitu kelihatannya, ya?"

"Lo selalu menyendiri. Menjauh dari teman-teman yang sebenarnya mau nemenin lo." Hazel mendongak, menatap langit bersih di atas sana. "Mereka tau apa yang lo rasain kini, tapi lo acuh sama kehadiran mereka."

Kaisar terdiam. Perkataan Hazel entah mengapa seperti menusuk relung hatinya begitu saja.

Gue seperti itu? tanyanya membatin. Namun, detik itu juga ia menyadari bahwa yang Hazel katakan memanglah benar.

Semenjak Loli tidak ada di sekolah dan kondisi gadis itu semakin menurun, Kaisar banyak menghabiskan waktunya sendiri. Mengingat balik waktu yang ia dan Loli pernah habiskan.

Kalau jam segini biasanya begini.

Kalau hari ini biasanya kayak ini.

Kalau ada Loli pasti bakalan kayak ini.

Dan berbagai hal lainnya yang pernah ia lalui bersama Loli. Di pikiran Kaisar hanya Loli. Hingga ia tak menyadari, bahwa orang lain ingin menemaninya juga.

"Jadi, karena itu gue ngerasa kosong?"

Hazel menoleh, kemudian menghela napas pelan.

"Bukan lo aja yang ngerasa sepi gak ada Loli. Gue juga. Teman-teman kelas lo juga dan tiap orang yang kenal Loli juga merasa begitu. Tapi bukan dengan cara menyendiri lo bisa merasa lebih baik. Salah. Lo seharusnya biarin orang-orang sekitar ada di sisi lo atau lo yang gabung sama mereka. Kalau kayak gini, lo sama aja kayak nyiksa diri lo sendiri, Kai."

"Gue ... gak sadar."

"Jangan galau lagi. Loli pasti juga bakalan marah dan sedih kalau tau bentuk lo di sekolah kayak gini."

HELLO BYE-BYE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang