-TIGA PULUH SEMBILAN-
Panggilan Untuk Kembali
==========
Mentari telah lenyap berganti dengan gelap malam berhias lampu perkotaan yang terlihat berkerlap-kerlip dari balkon rumah sakit dimana Kaisar dan Hazel berdiri sekarang. Angin malam penghantar dingin tidak terlalu Kaisar pedulikan karena ia hanya fokus dengan handphone ditangannya. Begitu pula dengan Hazel yang berdiri di sebelah Kaisar. Ia hanya diam menikmati semilir angin dan pemandangan kota meski hatinya masih gundah oleh kondisi Loli yang belum kunjung siuman.
Sore tadi Loli telah dipindahkan ke ruang inap karena kondisinya sudah kembali stabil. Dokter bilang tinggal menunggunya untuk siuman saja. Namun dari pagi hingga malam ini, Loli belum menunjukkan tanda-tanda kesadarannya.
"Omong-omong, lo tahu darimana tentang gue dan Loli?" Hazel tiba-tiba memecahkan keheningan diantara mereka berdua.
Kaisar tidak terlihat terganggu dengan pertanyaan itu. Masih dengan pandangan yang fokus pada handphone, Kaisar menjawab. "Gak sengaja. Karena foto Loli ada di instastory gue, ada orang yang ngirim pesan dan dia ternyata kenal kalian."
"Dunia memang sempit ternyata." Hazel mendengus geli meski baginya tidak ada yang lucu. "Siapa orangnya?"
Kaisar mengangkat kepala dan menoleh pada Hazel dengan pandangan tanya. "Kenapa? Lo mau apa-apain dia karena udah kasih tahu gue?"
"Pikiran lo bocah banget tau gak," Hazel berdecih. "Gue percaya dengan pepatah sepandai-pandainya tupai meloncat, pasti akan jatuh juga. Kalau pun bukan dia yang kasih tahu lo tentang gue dan Loli, suatu saat juga rahasia ini tetap akan terbongkar. Gue yakin itu."
"Kalau lo gak mau ini kebongkar, seharusnya sejak awal lo gak pindah ke sini."
"Dan tetap jauh dari Loli, gitu?"
Sorot mata Kaisar seolah tidak senang dengan perkataan Hazel barusan. Dia masih cemburu dengan Hazel meski sebelumnya dia begitu lega waktu tahu kalau Hazel dan Loli ternyata tidak pacaran.
"Lo suka sama Loli?" Kaisar melontarkan pertanyaannya dengan nada dingin.
"Gue rasa lo udah tahu jawabannya," jawab Hazel tanpa merasa terbebani. "Dan lo sendiri juga sama, kan."
Sebelah alis Kaisar terangkat. "Sama apanya?"
"Gak usah sok gak tahu. Gak bosan nutupin perasaan sendiri?"
Perkataan Hazel seperti busur panah yang mengenai tepat pada sasaran. Kaisar dibuatnya bungkam, seolah apa yang Hazel katakan adalah pertanyaan tersulit yang ia dapatkan dibanding disuruh menyebutkan seluruh pelukis ternama pada zaman Shakespare hingga Victoria.
Kaisar berusaha mengontrol ekspresi wajahnya agar tidak terlihat seperti kucing yang ketahuan maling ikan asin. Meski tetap percuma saja karena bagaimanapun Hazel sudah tahu tentang perasaan Kaisar pada Loli. Bahkan dari sebelum Hazel dan Loli dekat lagi, Hazel sudah tahu tentang itu.
"Meski gue berterimakasih karena lo udah jagain Loli selama dia di sini, tapi sorry, gue tetap anggap lo sebagai rival."
Kaisar melipat tangannya di pembatas balkon dengan tatapan kosong pada pemandangan yang ada di depannya. "Terserah. Gue juga gak peduli. Karena dibanding bersaing sama lo, ada musuh yang lebih kuat dan gak bisa gue kalahin."
"Siapa?"
Kaisar menarik napas dan menghembuskannya dengan rasa putus asa. "Waktu. Karena waktu bergerak tanpa disadari dan menghabiskan sisa waktu yang dia punya. Kita bahkan gak tahu sampai sejauh mana Loli akan bertahan." Kaisar berkata lirih, namun masih bisa Hazel dengar dengar jelas. "Gue selalu yakinin Loli kalau dia akan sembuh, tapi sekarang gue sendiri ragu. Gue ternyata gak beda sama orang yang munafik."
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO BYE-BYE✔
Teen FictionBermula dari sering memergoki anak baru yang melihatinya, Loli jadi penasaran dengan anak baru bernama Hazel itu. Loli Lovenna dengan sifatnya yang penuh percaya diri akhirnya mengajak Hazel berkenalan dan seiring waktu ia menjadi dekat dengan cowok...