[12] : Loli Ngamuk

3.5K 397 44
                                    

-DUA BELAS-

Loli Ngamuk

==========

Sejak awal menyadari jika Hazel sering melihatinya, Loli menduga kalau cowok itu naksir padanya. Sampai sekarang pun dugaan Loli masih seperti itu. Apalagi melihat hubungan antara dia dan Hazel yang makin akrab, dugaan Loli jadi makin kuat saja.

Tapi Loli sering lupa diri. Seharusnya kalau dia ditaksir cowok, dia harus jaga image. Seperti kebanyakan cewek lain yang jual mahal kalau di dekatin cowok, tidak mudah tertarik, atau setidaknya pura-pura susah diraih, meski aslinya mau cepat-cepat ditembak.

Sedangkan Loli, dia sama sekali tidak bisa seperti itu. Alih-alih Hazel yang mengejarnya, Loli malah dengan sukarela berjalan mendekati cowok itu.

Tidak bisa dihitung kali seberapa sering Utari mengingatkan Loli supaya pura-pura cuek biar Hazel makin greget ngejar dia. Tapi tiap sudah melihat Hazel, nasehat Utari langsung lenyap begitu saja dari otaknya.

Seperti sekarang, Loli melihat Hazel berjalan sendiri di selasar kelas dengan tangan yang sibuk dengan handphonenya dan telinga yang disumpal headphone.

Senyum cerah terpancar di wajah Loli. Selalu seperti itu tiap melihat Hazel. Seakan-akan dapat suntikan vitamin yang menyehatkan dirinya tiap hari. 

Kaki Loli melangkah ringan mendekati Hazel. Tapi, sehati-hati mungkin Loli berusaha agar cowok itu tidak menyadari kedatangannya supaya dia bisa mengejutki Hazel.

Satu,

Dua,

Ti--

"Aw!" Loli merintih ketika sebuah tangan menarik rambutnya yang terikat.

Kepala gadis itu menoleh cepat ke belakang dengan matanya yang melotot tajam. Dan ketika melihat pelakunya, Loli mendesis kesal. 

"Ganggu banget, sih!" satu tendangan langsung mendarat di betis Kaisar.

"Anjir, sakit bego!" Kaisar meringis.
Tangannya langsung mengelus bagian kaki yang berdenyut karena ulah Loli. Rasanya Kaisar ingin sekali mengumpati gadis berponi di depannya ini.

"Siapa suruh jambak gue!"

"Ya elah, baru juga dijambak sekali. Bayangin gue yang hampir tiap hari lo jambak!" protes Kaisar kesal.

"Terserah kalau lo mau ganggu gue, tapi lihat sikon juga dong. Gak liat apa tadi gue mau nyamperin Hazel!"

Oh, iya, Hazel!

Loli langsung menoleh di mana Hazel tadi berada. Tapi laki-laki itu sudah tidak ada dalam jarak pandangnya. Mata Loli bergerilya mencari keberadaan Hazel, tapi tetap saja tidak ketemu.

"Tuh kan, dia jadi hilang!"

"Siapa?"

"Hazel."

Sekarang gantian bola mata Kaisar yang bergerak mencari keberadan cowok yang disebut Loli. Dan hanya dalam dua kali pergerakan, Kaisar berhasil menangkap sosok Hazel.

"Itu dia," tunjuk Kaisar dengan matanya. "Kebanyakan belek ya lo? Itu aja gak ketemu."

Loli segera menoleh kearah tunjuk Kaisar. Benar saja, Hazel ada di koridor seberang. Entah kapan dia sudah berada di sana.

Tapi sekarang Hazel tidak lagi sendiri. Disisinya sudah ada Cleo. Mereka berdua berjalan beriringan seraya mengobrol yang Loli tidak tahu apa isinya.

"Lo bilang Hazel yang naksir sama lo. Tapi sekarang kayak lo yang ngejar-ngejar dia."

Perhatian Loli kembali tertuju pada Kaisar. Tatapannya berubah datar dengan sorot tidak terima atas perkataan cowok itu. "Gue gak ngejar dia. Dia yang naksir gue."

"Lo liat tu sekarang siapa yang lagi sama Hazel, Cleo, primadona sekolah. Apa lo bakal tetap mikir Hazel naksir lo sedangkan di sebelahnya ada cewek secantik Cleo? Mana mereka sekelas juga, ketemu mulu. Bisa aja detik ini Hazel udah naksir Cleo, bukan lo lagi."

Kaisar merangkul pundak Loli dan membawa gadis itu pergi--tidak menyadari air muka Loli yang sudah berubah masam.

"Lagian itu cuma dugaan lo doang kalau Hazel naksir sama lo. Jadi cewek tu jangan gampangan banget. Dialusin cowok dikit langsung percaya kalau dia punya perasaan. Lo gak tau dia itu aslinya gimana. Bisa aja dia cuma PHP. Sebar umpan, siapa yang nangkep dia tarik, terus dia lepasin lagi."

Loli langsung berhenti, membuat langkah Kaisar ikut terhenti. Kaisar menoleh, alisnya terangkat sebelah. "Kenapa? Buruan jalan, udah mau bel masuk ini."

"Lo ngatain gue cewek gampangan?"

"Huh?" Kaisar mengernyit tidak mengerti.

"Barusan lo bilang gue cewek gampangan!"

"Oh, bukan itu maksud gue. Maksud gue--"

Loli menepis lengan Kaisar yang masih berada di pundaknya. Dia menatap Kaisar intens dengan matanya yang memancarkan amarah.

"Jadi cewek tu jangan gampangan banget. Itu berarti lo bilang gue gampangan!" Loli mulai mengamuk. "Kenapa sih lo selalu sewot tiap gue lagi dekat sama cowok? Lo selalu aja bilang ini-itu yang bikin gue kesal. Nyokap gue aja gak secerewet lo!"

"Itu karena lo gak pernah cerita sama Mama kalau lo lagi deket sama cowok. Bahkan orangtua lo belum nyuruh lo pacaran."

"Terus apa? Lo mau ngadu sama bokap nyokap gue, gitu!?"

Kaisar melengos. "Gue gak pernah bilang gitu!"

"Bodo, ya, Kai. Gue tau lo cerewet, tapi untuk urusan perasaan gue, biar gue urus sendiri. Gue juga mau jadi ABG yang bebas ngerasain masa mudanya!"

Kaisar terdiam. Dia tidak mengira kalau Loli akan semarah ini. Ah, Loli memang selalu emosian. Tapi kali ini amarah cewek itu terasa beda dan tidak seperti biasa.

Tanpa memperpanjang perdebatan, Loli pergi meninggalkan Kaisar yang masih terdiam di tempatnya. Kalau dia ada di dekat Kaisar lebih lama lagi, Loli rasa nafsunya untuk mencakar Kaisar semakin besar saja.

Kaisar mendengus lelah. Dipandangnya punggung Loli yang kian menjauh. Ada secercah rasa bersalah karena sudah membuat Loli marah. Tapi rasa kesaln karena Loli tidak mau dengar omongan jauh lebih besar.

"Dulu siapa yang minta dijagain waktu baru pindah ke sini?"

Kaisar menghela napas. Dan akhirnya mengekori Loli dari jauh.

***

HELLO BYE-BYE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang