-LIMA BELAS-
Pacaran? Pacar?
==========
Keadaan kelas sudah 90% sepi ketika Loli kembali ke kelas untuk mengambil tas. Ada tiga orang teman kelasnya yang sedang piket dari seharusnya enam orang yang jadwal piket hari ini. Ada Leng juga yang masih di kelas, sedang merapikan buku-buku paket di atas meja guru untuk dikembalikan ke perpustakaan. Dan satu orang lagi dari total lima orang di kelas ini sedang berkutat dengan pensil dan kertas di meja Utari--teman sebangku Loli.
Meski orang itu tertunduk serius, Loli tidak perlu memintanya mendongak untuk melihat siapa dia. Rasanya anak satu kelas pun juga sudah tahu kalau cuma Kaisar satu-satunya orang yang begitu suka menggambar. Kaisar juga jadi orang yang paling sering numpang di meja Utari. Dan bentuk tubuh cowok itu, entah bagaimana sudah sangat Loli hapal. Loli rasa dia tidak perlu takut salah orang kalau ini berhubungan dengan Kaisar.
"Lo belum pulang?" tanya Loli sambil duduk di kursinya. Tentu Loli tidak lupa kalau cowok di sampingnya ini tadi pagi sudah buat kesal. Tapi berhubung barusan ada yang lebih membuat dia kesal, lantas marah Loli pada Kaisar sudah tergantikan.
"Nungguin lo," jawab Kaisar tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas gambar.
Loli kemudian menopang dagu. Memposisikan kepala menghadap pada Kaisar. Memperhatikan cowok itu yang sedang serius mengguratkan pensilnya di atas kertas.
Menurut Loli, satu-satunya momen paling enak lihat Kaisar adalah waktu dia sedang serius dengan dunia gambarnya. Di saat seperti ini, Kaisar yang menyebalkan itu seperti berganti diri menjadi penuh karisma. Seolah seluruh auranya keluar begitu saja.
Apa lo gak sadar kalau hubungan kalian itu erat banget.
Dia juga peduli banget sama lo, kan?
Lagi-lagi perkataan Utari sebelumnya kembali berputar di kepala. Loli sudah berusaha mengabaikan spekulasi itu. Tapi tidak ada yang bisa menahannya untuk tidak memikirkannya lagi.
Loli tidak mau salah perasaan. Tapi dia penasaran. Loli pikir bisa saja memang dia yang tidak peka jadi dia cuma anggap Kaisar sebagai teman, sahabat, ataupun keluarga. Dan bisa saja sudut pandang Utari itu memang benar. Tapi kalau ternyata dugaannya salah, bagaimana?
"Ck!" tanpa sadar Loli berdecak.
Kaisar yang di sebelahnya otomatis menoleh. "Apa?" tanyanya ketus. "Masih mau ngamuk kayak pagi tadi?"
"Apaan sih!" Loli tidak kalah ketus.
Kalau Loli dan Kaisar terjebak dalam situasi hening tanpa kata dan hanya berdua saling pandang, Loli bisa menganggap mungkin saja spekulasi itu memang benar. Tapi kalau mereka berdua sudah saling ngomong, Loli sangsi mikir seperti itu. Karena satu kata yang keluar dari mulut mereka, kadang seperti pedang yang saling beradu di medan perang.
"Lama amat lo ke toilet."
"Apa peduli lo kalau gue lama," balas Loli sambil memasukkan barang-barangnya yang ada di laci ke dalam tas.
Kaisar menutup buku sketsanya. Sekarang gantian cowok itu yang menopang dagu dan melihat pada Loli. "Peduli banget, lah."
Loli noleh dengan sebelah alisnya yang naik.
"Gue sampai mikir, bisa aja lo lagi enak-enak BAB, eh pas mau cuci tau-taunya kagak ada air, air mati, gak ada tisu dan lo kebingungan mau bersihin gimana. Dan akhirnya lo nekat keluar dari toilet tanpa ngebersihin dan sekarang gue kebayang--"
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO BYE-BYE✔
Novela JuvenilBermula dari sering memergoki anak baru yang melihatinya, Loli jadi penasaran dengan anak baru bernama Hazel itu. Loli Lovenna dengan sifatnya yang penuh percaya diri akhirnya mengajak Hazel berkenalan dan seiring waktu ia menjadi dekat dengan cowok...