Pencuri Kecil

44 5 1
                                    


Tingginya tak kurang dari 165 senti, kalau ada semut hitam yang nekat mencoba mendaki di permukaan kulitnya, pasti segera ketahuan saking putihnya. Tak perlu pula ia bersusah-payah untuk menyingkirkan semut itu, karena pasti akan tergelincir sendiri saking mulusnya kulit sang gadis.

Kesimpulannya, gadis itu seperti baru keluar dari salah satu studio seniman patung paling jenius yang pernah ada. Kalau dilihat dari sinar kecantikannya, pastilah sang gadis terbuat dari bahan yang sama baiknya dengan porselen Tiongkok zaman Dinasti Ming.

"Do you wanna buy it? It's goddamn cheap, only a bit more than US$ 300. A 500 years old artifact," tawar Adam tiba-tiba pada gadis porselen yang ia curigai sebagai wisatawan mancanegara itu.

"No, I just interesting," jawab gadis porselen menyunggingkan sedikit senyuman.

"My name is Adam, What is yours?" tanya Adam lagi.

Sembari berkata seperti itu, ia menjulurkan tangannya, hendak melakukan jabat perkenalan. Ini spontanitas lain yang keluar dari jati diri Adam seharian ini. Berkenalan dengan orang asing.

"Qorine." kata perempuan yang walau mengenakan pakaian kasual, nampak terlihat mahal ketika bertemu dengan kulitnya yang mulus dan terawat itu.

"Kamu bisa panggil aku Qori saja, kedengaran lebih Indonesia." kata Qorine lagi.

"Wah, bahasa Indonesia kamu bagus banget," kata Adam. Alisnya meninggi sebagai bentuk ekspresi keterkejutannya.

"Memang sejak kecil aku besar di Indonesia."

"Oh, begitu."

Lama Adam mengamat-amati paras Qorine, seperti seseorang yang menelisik sesuatu. " Tapi, kayaknya kamu kelihatan familiar deh." kata Adam lagi.

"Oh, ya?" kata Qorine ditingkahi senyuman.

"Yups, seperti pernah lihat kamu di mana, gitu?" Adam berusaha keras mengingat-ingat.

Matanya sampai menjadi satu celah sempit karena berusaha cukup keras. Sayangnya, Qorine telah siap pergi meninggalkan Adam.

"Hi, wait!" Spontan Adam hendak mengikuti si blasteran yang telah melengos pergi begitu saja.

Adam pun mengejar langkah Qorine. Sayangnya yang dikejar tidak menoleh sama sekali. Qorine berjalan tergesa-gesa di antara barang-barang antik yang bertebaran di atas trotoar, sepertinya ia berusaha menghindari Adam. Namun Adam berhasil berjalan di sisinya.

"Qorine!" kata Adam, terdengar sedikit seperti menjerit dan tepat ketika ia berhasil berjalan di sisi sang gadis.

Raut wajah Adam sendiri menunjukkan sebuah ekspresi terkejut yang tidak bisa ia tahan-tahan lagi. Sejurus kemudian, sebelum Adam sempat menyebut nama lengkap sang gadis. Qorine tiba-tiba berhenti dan berbalik menghadap Adam. Tangannya berkacak pinggang dan senyumannya dipaksakan untuk memberi kesan ramah.

"Yups!" sahut Qorine dengan alis meninggi. Ia seperti sudah tahu apa yang akan dikatakan Adam tentang dirinya dan ia tidak ingin Adam menyebut nama itu di tengah-tengah keramaian pasar barang antik itu.

"Please, aku lagi enggak mau dikenali." pinta gadis itu.

"Ah, ya,ya,ya, gue baru ingat. Lu sekarang udah jadi orang terkenal. Tapi gue inget lu siapa sebenarnya, dasar maling!" kata Adam dengan raut muka sinis. Kalimat 'dasar maling' yang diucapkan Adam terdengar nyaris seperti bisikan.

Qorine sampai terdiam saking kagetnya mendengar lirih umpatan Adam. Ia merasa aneh dengan kalimat terakhir yang didengarkannya barusan. Sedangkan Adam benar-benar pergi meninggalkan sang model iklan dan pemain beberapa judul FTV.

Sebenarnya Adam pura-pura pergi dari hadapan Qorine. Tak jauh dari tempat Qorine, Adam pura-pura tertarik melihat vinyl yang terpajang dan menggunung di dalam sebuah etalase kios kecil. Pada dasarnya, Adam mencoba meredam adrenalin yang melompat-lompat di dalam metabolisme tubuhnya, karena ia tahu betul, siapa yang baru saja ia hadapi. Ia sebenarnya ingin berbicara lebih lama lagi dengan gadis itu.

LariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang