Dinggo dan agen-agennya telah sampai di pasar Cipanas. Mereka tiba ketika hari sudah malam. Semuanya menggunakan sepeda motor. Walau tidak seramai pagi hari, pasar Cipanas di malam hari masih sedikit memperlihatkan aktivitasnya. Bus terakhir dari Jakarta pun datang belakangan, tepat lima menit setelah kedatangan Dinggo dan gerombolannya.
Dinginnya malam di Cipanas dan jauhnya perjalanan dari Jakarta membuat Dinggo istirahat sejenak di sebuah warung. Ia mencoba menghangatkan diri dengan memesan segelas kopi. Mata elangnya yang tajam memandang lekat-lekat kelompok pendaki yang baru saja turun dari bus.
"Ngopi dek?" tawarnya kepada mereka yang baru tiba.
Beberapa dari mereka pun tertarik untuk melemaskan otot dan menghangatkan tubuh dengan segelas kopi di warung yang sama. Kondensasi udara di suhu yang dingin mengeluarkan sebentuk uap panas dari mulut dan hidung mereka, apalagi setelah bersentuhan dengan cairan hitam bersuhu 90 derajat celcius yang mereka seruput dengan nikmat itu.
"Mau mendaki ya dek?" tanya Dinggo pada mereka.
"Iya om."
"Dengar-dengar peraturan mendaki ke gunung Gede cukup ketat ya?"
"Iya, kita harus pesan dulu lewat registrasi online. Kalau nggak pesan jauh-jauh hari, enggak kebagian deh pokoknya." jawab para pendaki itu.
"Di atas ramai banget dong?"
"Gitu deh om. Ratusan jumlahnya, nggak kenal waktu."
"Kalau enggak pesan dulu, bisa nanjak enggak?"
"Enggak bisa lah, penjagaannya ketat banget. Emang Om mau nanjak?" tanya pemuda itu sambil memperhatikan penampilan pria berumur yang tak terlihat sedikit pun seperti potongan pendaki di hadapan mereka.
"Enggak..." sahut Dinggo singkat.
"Cuma tertarik aja." lanjutnya.
"Ngomong-ngomong kalian dengar berita gosip baru-baru ini?" tanyanya kepada para pemuda tersebut.
"Gosip?" kata mereka saling melempar pandang satu sama lainnya sambil tersenyum sinis.
"Ya, tentang artis yang hilang, Qorine Saraswati. Kalian tahu?"
"Enggak om, kami enggak suka nontonin berita gosip."
"Saya seorang Detektif." kata Dinggo dengan penuh percaya diri menatap pemuda-pemuda itu satu persatu dan sekilas-sekilas saja.
"Klien saya adalah maneger sekaligus kakak si artis. Petunjuk terbaru yang saya dapatkan, sang artis pergi ke Cianjur dengan seorang pria. Mereka berdua pergi sambil membawa keril." terang Ringgo perlahan agar menimbulkan kejelasan.
Pemuda-pemuda itu melongo dan saling pandang tidak percaya. Seolah kata Detektif itu sendiri hanya pernah mereka temukan di dalam film atau komik Conan saja. Sebelum ini, mereka tidak pernah sekalipun bertemu satu makhluk yang mengaku Detektif secara langsung.
Dinggo sering berhadapan dengan kondisi seperti ini. Tapi Dinggo bukan termasuk golongan orang skeptis. Segala kemungkinan, walau peluangnya kecil, harus ditelusuri dan digali. Titik terangnya adalah, kini seseorang yang sedang diburunya sedang berada di Cianjur. Entah tujuannya untuk naik gunung atau sekedar jalan-jalan, atau pergi tanpa tujuan sekalipun. Lokasi ini telah menjadi fokus pencarian Dinggo.
"Kalau gadis ini kalian temui di sana nanti..." Dinggo mengeluarkan selembar foto Qorine yang telah ia perbanyak. "Tolong beri tahu saya." katanya sambil menyerahkan kartu namanya ke salah seorang dari grup pendaki tersebut.
Dinggo pun membayar semua kopi hitam yang dipesan oleh agen-agennya dan apa-apa yang sudah dipesan para pendaki itu sekaligus. Untuk meninggalkan kesan bahwa ia adalah orang baik.
"Angga." kata Dinggo dalam langkahnya menuju ke tempat motor-motor mereka parkir.
"Kamu ke Cibodas. Ikuti pendaki-pendaki itu, dan minta keterangan para Ranger juga penjaga pintu masuk TNGGP"
"Siap!" sahut Angga.
"Dipta. Kamu ke kampung Pasir dan cari informasi di pos perijinan jalur putri."
"Yang lain." kata Dinggo pada empat orang agen-agennya yang lain.
"Kalian sudah tahu apa yang harus kalian lakukan untuk malam ini kan? Besok siang pukul 12 kita berkumpul lagi di warung kopi tadi."
Keempat agen-agen Dinggo pun sigap menaiki kendaraan masing-masing. Mereka menyebar ke segala penjuru jalan raya, mengerti betul apa yang akan mereka lakukan. Seolah-olah menguasai setiap jengkal daerah tersebut dan paham benar apa yang akan mereka lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lari
Mystery / ThrillerAdam melompat dari hidupnya yang mapan di Jakarta. Lelaki ini terlempar dari rutinitas yang membosankan. Mencoba meraup kebebasan yang ingin diraihnya. Tak disengaja ia bertemu dengan Qorine. Pesohor yang kalut akan konsep kabahagian dalam hidup. Me...