Busway berjalan tak kurang dari 50km/jam di jalurnya. Penumpang busway terantuk-antuk dibuai laju kendaraan. Rata-rata mereka hanya bisa diam, larut dalam pikiran dan aktivitas masing-masing. Kebanyakan hanya melihat layar ponsel ataupun mendengarkan musik dari ponsel mereka dengan bantuan earphone.
Sedangkan jalanan Jakarta di sisi koridor busway siang itu telah dilumpuhkan oleh kemacetan parah. Di dalam busway yang terjebak macet, Adam membaca ulang 100 Years Old Man Who Climbed the Window and Disappear. Dengan membaca, ia berusaha mengalihkan perasaan was-was yang sebenarnya timbul tenggelam sedari tadi. Perasaan yang timbul akibat memutuskan keluar secara tiba-tiba dari pekerjaannya selama ini.
Akan tetapi pada kenyataannya, tidak ada seorang pun yang menghubunginya hingga siang itu, baik rekan-rekan sekantor maupun atasannya sendiri. Ini semakin membuat Adam bertanya-tanya dalam hati. Apa benar jika selama ini ia memiliki arti penting dalam pekerjaannya? Mengapa sesudah berjam-jam ia absen dari kantor tanpa kabar, tak seorang pun yang menghubunginya? Sekedar basa-basi bertanya seperti, "lu ke mana bro?" saja tidak. Namun, walaupun ada yang bertanya sekalipun, ia sudah menyiapkan jawaban untuk itu.
Adam sudah membulatkan tekad, jika ada rekannya yang bertanya, ia akan menjawab. "Gue kabur bro!"
Kalaupun yang bertanya itu nanti adalah bosnya, ia akan menjawab, "Saya keluar dari pekerjaan saya pak!" titik, tanpa basa-basi lagi.
Ia sudah lama menyimpan perasaan tidak bahagia dengan pekerjaannya. Ia ingin mencari sesuatu dalam hidupnya yang paling sejati, walau itu kedengarannya merupakan hal yang paling tidak masuk akal sekalipun. Ia ingin mencari jalan menuju kebahagian hidup. Seperti McCandless. Seperti laki-laki yang mati di pelukan alam pegunungan Alaska itu.
"Good bye Monday." bisik Adam kepada hari Senin. Bisikan selamat tinggal yang sinis, seolah Senin itu adalah waktu yang salah. Satu titik awal kesibukan manusia dalam kurun waktu selama seminggu. Rasa-rasanya kalimat "Good bye Monday." juga ingin ia persembahkan bagi masa lalunya, pekerjaannya, sekaligus untuk kehidupannya yang usang.
Sembari menikmati perasaannya yang membuncah bahagia sekaligus absurd, Adam merasa harus ke suatu tempat. Secarik kertas ia ambil dari sela-sela buku yang dipegangnya. "Jalan Surabaya, Menteng, Jakarta Pusat. Kios No. 35. PS : If only you ready to go!".
![](https://img.wattpad.com/cover/68120261-288-k8554.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lari
Mystery / ThrillerAdam melompat dari hidupnya yang mapan di Jakarta. Lelaki ini terlempar dari rutinitas yang membosankan. Mencoba meraup kebebasan yang ingin diraihnya. Tak disengaja ia bertemu dengan Qorine. Pesohor yang kalut akan konsep kabahagian dalam hidup. Me...