Menghadang Pelarian

9 1 0
                                    


Telepon Angga berdering dalam sakunya. Ponsel itu seperti meronta, minta untuk segera diangkat. Angga tahu itu telepon penting, apalagi nama yang tertera di layar ponselnya ternyata sang kapten.

"Siap Kap!" sahut Angga sigap di saluran telepon. Padahal kenyataannya ia sedang duduk santai menikmati kopi di pasar Cibodas. Angga sedang bergiliran tugas untuk memantau setiap pendaki yang turun dan naik di jalur itu. Dua temannya yang lain sedang beristirahat agar bisa memantau secara bergantian.

"Informasi baru dari jalur Putri. Ada nama-nama baru yang terlibat. Catat, namanya Jaka dan Jaki! Mereka saudara kembar. Foto mereka akan segera saya kirimkan ke HP kamu." instruksi Dinggo.

"Siap Kap!"

Segera setelah mendapatkan informasi tentang Jaka dan Jaki, Angga pun menyebarkan informasi yang sama ke agen lainnya yang bertugas di Cibodas saat itu. Ia mengirim pesan pendek kepada kawan-kawannya, agar mengawasi pendaki kembar, bernama Jaka dan Jaki, asal Cianjur, foto menyusul.

Angga duduk kembali, memompa konsentrasinya, serta memperhatikan lebih seksama para pendaki yang turun mencari angkot di sekitar pasar Cibodas. Tak lama, kopi hitam yang dipesannya mendingin dihajar hawa pegunungan.

"Ah, sial udah dingin aje." ketusnya ketika menyeruput kopi yang belum lagi habis itu. Angga sendiri heran, kenapa gunung ini tak henti-hentinya dikunjungi pendaki. Ada segerombolan yang naik, lalu segerombolan lagi yang terlihat turun dengan muka kucel dan kelelahan.

"Gila, mereka cari susah aja naik gunung." gumam Angga pada dirinya sendiri. Kini ia menaikkan resleting jaketnya yang sebenarnya sudah tidak bisa di tinggikan lagi. Rasa-rasanya seluruh tulangnya ikut menggigil di dalam tubuhnya.

Foto Jaka dan Jaki pun masuk. Dikirimkan melalui email lewat ponselnya. Segera ia forward foto itu ke anggota timnya yang mendekam di pos Cibodas.

Angga memperhatikan keduaorang di dalam foto itu dengan seksama, mengingat-ingat rupa wajah mereka danmenjadikannya prioritas dalam pencarian, setelah Qorine. Tidak sulit untukmenemukan saudara kembar di antara ratusan pendaki yang hilir mudik itu.Tepatnya, mungkin hanya merekalah satu-satunya saudara kembar yang mendakigunung itu saat ini. Pekerjaannya akan jadi lebih mudah jika seperti ini.

LariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang