Jejak di Jalur Tikus

26 1 0
                                    


Paginya, Dinggo dan agen-agennya memeriksa seluruh penginapan di sekitar Cipanas dan Cianjur, terutama di dekat-dekat objek wisata. Mereka membawa-bawa foto Qorine dan menanyai setiap resepsionis, apakah wanita dalam gambar itu pernah terlihat atau menginap di tempat tersebut.

Sayangnya, hasil yang Dinggo peroleh setelah lebih dari 5 jam pencarian, nihil. Begitu juga dengan pencarian di pos perijinan pendakian Cibodas, tak ada yang melihat ataupun mendaftar atas nama Qorine Saraswati.

Satu-satunya yang belum memberi kabar ialah Dipta yang bertugas untuk mencari jejak di pos perijinan pendakian jalur putri di desa Pasir.

Dinggo yang tak sabar pun akhirnya menghubungi Dipta, karena ia sudah melewati tenggat waktu untuk melaporkan hasil investigasinya.

"Dipta, apa yang kamu peroleh?" tanya Dinggo lewat telepon genggamnya

"Maaf Kapten, tapi saya sedang menelusuri ladang-ladang penduduk. Disinyalir beberapa pendaki ilegal kerap masuk lewat ladang-ladang penduduk tanpa izin." terang Dipta.

"Sekarang tepatnya, kamu di mana?"

"Sekarang, tepatnya saya sedang ada di tengah ladang, di kaki gunung."

"Bagus, teruskan investigasimu." kata Dinggo mulai bersemangat. Setelah menutup teleponnya ia kembali mengatakan sesuatu ke para agennya.

"Ada kemungkinan mereka benar-benar mendaki ke gunung Gede-Pangrango." kata Dinggo berbagi informasi kepada para agen-agennya.

Informasi ini tentu saja akan memompa sedikit semangat pada mental mereka yang kelelahan karena kasus yang ditangani terlihat buntu.

"Bagaimana cara mereka masuk Kapten? Kita sudah mengecek dengan teliti lewat registrasi online TNGGP. Tidak ada nama Qorine Saraswati di sistem mereka." kata salah satu agen yang berwajah tirus. 

Agen tersebut lalu mengeluarkan lagi data nama-nama pendaki yang ia dapatkan dan cetak dari situs resmi TNGGP. Jumlahnya tak kurang dari 500 nama. Sampai-sampai menghabiskan belasan lembar kertas seukuran A4untuk mencetaknya.

"Ada jalan tikus yang ditemukan Dipta di jalur putri. Katanya, pendaki ilegal bisa masuk ke gunung Gede lewat ladang-ladang penduduk."

Mendengar hal itu, agen-agen Dinggo saling menatap dan mengangguk-anggukan kepala karena mengetahui celah tersebut seperti mendapatkan sebuah pencerahan.

"Seseorang, coba hubungi Angga untuk tetap memantau perkembangan di Cibodas!Jangan pindah posisi!" perintah Dinggo kepada salah satu agennya dengan tatapan mata yang menyala-nyala bersemangat.

"Tim kita bagi dua. Kita hadang mereka di dua pintu keluar, Jalur Putri dan Cibodas!" kata Dinggo yang kini telah memiliki strategi baru dalam kepalanya.

Motor-motor para agen detektif investigator pimpinan Dinggo itu pun kembali meraung, menyebar ke tempat terpisah. Ada yang ditugaskan Dinggo untuk menyusul Angga di Cibodas dan Dinggo sendiri beserta dua orang agennya menuju ke jalur Putri. Ia berharap, jalur masuk yang digunakan Qorine akan menjadi jalur keluarnya juga.

LariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang