Aroma Petualangan

35 3 1
                                    

Keril 75 liter dengan dominasi warna merah itu telah membulat, karena dijejali barang-barang keperluan Adam di dalamnya. Sebelum Adam benar-benar meninggalkan kamar kos yang telah ia tinggali dua tahun belakangan ini, ponselnya pun berdering. Dari balik layar ponsel, diketahui panggilan itu berasal dari Qorine.

"Halo,,,"

"Halo Dam, lu udah mau berangkat?" kata Qorine di ujung telepon sana.

"Sebentar lagi juga gue mau berangkat, kenapa?"

"Well, gue mau say good bye aja kok."

"Thank you Qorine and I hope to see you again, later!" sahut Adam datar-datar saja kepada sang bintang layar kaca itu. Padahal tidak semua orang seberuntung dirinya, dihubungi sang bintang langsung.

"Maksud gue, gue bukannya mau say good bye lewat telepon. Gue mau nganter lu pergi, boleh?"

"Boleh lah, siapa yang ngelarang emangnya?"

"Hehehehe... ke terminal mana?"

"Kampung Rambutan."

"Ya udah kita ketemu di sana aja. Jam berapa?"

"Mungkin agak siangan, soalnya ada yang mau gue urusin bentar."

"Ok, jam 12 siang?"

"Yah, sekitar jam 12 sampai jam satu gitu deh."

"Ok, kalau gitu, see you later."

***

Matahari memanggang Jakarta, denyut aktivitas di terminal Kampung Rambutan sendiri telah sibuk sejak matahari belum muncul. Para pedagang asongan berseliweran menjajakan dagangannya. Teriakan mereka mencoba mengalahkan deru mesin dan raung klakson dari segala penjuru mata angin.

Tak mau kalah, makelar, calo, dan orang-orang yang mencari nafkah lewat denyut nadi bisnis transportasi umum di terminal itu, berteriak-teriak mencari-cari pelanggannya. Tangan mereka melambai-lambai, menghalau dan bahkan menggiring penumpang untuk masuk ke moda transportasi yang akan membawa mereka pergi ke tujuan masing-masing.

Asap dan timbal pekat yang keluar dari knalpot kendaraan butut menjadi atmosfir khas di terminal itu. Begitu juga bau keringat para sopir yang menggantung di udara, menambah semerbak bebauan rakyat jelata. Ada yang muak, ada juga yang merindukan suasana seperti itu.

Seseorang terlihat menikmati suasana tersebut. Pupil matanya melebar, sikapnya bersemangat. Semua bisa dilihat dari cara berjalannya yang agak terlalu terburu-buru. Beberapa orang melempar pandangan aneh kepada beban di punggung laki-laki itu, beberapa yang lain terlihat biasa saja atau bahkan tidak peduli. Bahkan, satu-dua orang malah memiliki penampilan yang hampir sama dengan lelaki itu. Sama-sama berseliweran di terminal dengan menggendong keril berukuran besar.

Laki-laki bersemangat itu tentulah Adam. Ia sangat antusias sekali karena tengah menangkap atmosfir awal petualangan, melalui terminal Kampung Rambutan yang hiruk-pikuk. Orang-orang dilihatnya tengah berseliweran, dengan beragam barang serta kardus digotong kesana-kemari. Ini dia aroma perjalanan yang selama ini hilang dari lembar hidup Adam. Telah cukup lama ia tidak melakukan perjalanan panjang ala backpacker. Sampai-sampai terminal busuk pun mampu mempesonanya sekaligus meningkatkan gairahnya akan hidup.

Belum lagi ia sampai ke loket yang ia tuju, dering suara ponselnya kembali bertalu-talu di saku celana. Ponsel itu minta diangkat segera.

"Halo,,,"

"Lu di mana?" sekonyong-konyong Qorine bertanya tanpa basa-basi lagi.

"Ketemu gue ke arah loket tiket bus antar kota antar provinsi! Gue bawa keril merah gede tinggi."

"Ok, gue ke situ."

Tak perlu waktu lama, munculah wanita anggun itu. Kancing kemeja flannel yang dikenakannya, dibiarkannya terbuka. Di dalam kemeja flannel bermotif kotak-kotak itu, terlihat ia mengenakan kaus biru terang bergambar alpukat terbelah. Sebuah Alpukat yang memperlihatkan daging buah berwarna kuning. Gambar kaos itu terang-terangan menjiplak bungkus album band legendaris, Pearl Jam, berjudul Alive.

Melengkapi penampilannya. Ia mengenakan celana kargo pendek setinggi lutut dan berkantong banyak. Rambut kecoklatannya yang indah dan halus, ia ikat dengan gaya ekor kuda.

Wanita anggun itu semakin mendekati Adam, yang kini mencoba menerka-nerka, siapa sosok tersebut. Setelah semakin dekat, Adam akhirnya mengetahui bahwa wanita itu ternyata Qorine. Lalu ketika wanita itu berhenti tepat di depan hidungnya, Adam pun tersenyum tidak percaya dengan pengelihatannya sendiri. Apalagi keril 45 liter berwarna ungu dibalik punggung Qorine, semakin merubah penampilan artis itu menjadi seperti backpacker dari luar negeri saja. Bukan lagi seperti artis yang dikenal orang selama ini.

LariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang