Cianjur

31 3 0
                                    


"Who are you?" tanya Adam dengan nada bercanda dan raut muka pura-pura keheranan.

"Gue Qori." kata Qorine dengan uluran tangan dan senyuman manis. Ia berusaha memperkenalkan diri kembali kepada Adam.

"Lu bilang mau say good bye, tapi nggak bilang kalau lagi bawain acara jalan-jalan?" sambil berkata seperti itu. Adam kembali bergaya seolah-olah mencari kamera tersembunyi di sudut-sudut terminal.

"Yups, gue bilang mau say good bye, but not to you."

"Then to Who?"

"To Jakarta and my old normal life."

"Seriously?" Adam terbelalak.

"Hemmm..." sahut Qorine dengan kepala mengangguk. Ia kini melangkah mendahului Adam menuju ke loket bus antar kota.

Adam sendiri masih belum percaya sepenuhnya dengan apa yang dilihatnya hari itu. Sejak kapan Qorine berubah pikiran dan merencanakan semua ini? Pikirnya.

"Neng, neng mau ke mana neng? Banten, Merak, Tasik?" tanya para calo yang langsung mengerubuti Qorine bak semut menemukan gula.

Qorine yang merasa tak nyaman, akhirnya menoleh ke arah Adam yang masih berdiri saja, tak jauh di belakangnya. Pemuda itu tak bergerak sama sekali, namun hanya cekikan saja. Raut wajah Qorine sendiri telah nampak meminta pertolongan. Baru kemudaian Adam bergerak menghampirinya.

"Dia nggak bisa bahasa Indonesia bang." sahut Adam kepada calo-calo itu.

"Mau ke mana sih mas?" kata salah satu calo yang paling gempal dan berewoknya yang kasar sampai menutupi bagian atas jakunnya. Tak henti ia mencoba menawarkan jasanya.

"Kita beli tiket di loket aja bang." kata Adam yang langsung menggandeng tangan Qorine, lalu melangkah menuju loket.

"Udah sama saya aja, sama aja kok mas. Mau ke mana sih?" kata calo yang tidak lepas membuntuti mereka berdua. Tawarannya juga kini terdengar lebih seperti paksaan daripada tawaran.

"Semua orang juga belinya sama saya mas!" paksanya lagi.

Adam diam saja tidak memperdulikan calo itu dan terus melangkah menghampiri loket bus jurusan Cianjur. Namun calo bus gigih itu telah mendahuli mereka berdua ke depan loker. Calo itu sendiri berdiri dengan sok gagahnya di samping Qorine, tepat di depan lubang loket. Mata nakal sang calo pun mencoba menjelajahi tubuh Qorine seutuhnya. Benar-benar urut dari ujung rambut sampai ke ujung kaki.

"What you name?" tanya calo itu dengan beraninya walau bahasa inggrisnya kacau dan kental denga aksen lokal.

"My name is Jane." kata Qorine, sedikit memberi senyuman kepada calo berkulit hitam, karena terbakar teriknya matahari terminal tiap hari.

Tangan sang calo mulai mengelus-ngelus berewoknya yang tak terurus, membuat Qorine sedikit geli juga melihat tingkahnya. Jemarinya yang besar dan kulitnya yang kasar mencolek siku Qorine sambil berkata.

"Eh, you like walking-walking in Indonesia?"

"Errr,,, you mean jalan-jalan?" kata Qorine dengan aksen bule yang dibuat-buat. Huruf 'j' dan 'a' dilontarkan seolah tidak terdengar dengan cukup jelas dari bibir Qorine.

"Ah, bisa bahasa Indonesia juga?"

"Sedikit." kata Qorine. Ia berpura-pura menunjukkan kemampuan bahasa Indonesianya yang sedikit itu lewat satu bahasa tubuh yang familiar. Telunjuk dan jempol membentuk setengah lingkaran di udara.

"Mari mas, kita duluan." kata Adam mencoba menyudahi omong kosong di antara Qorine dan calo mata keranjang itu.

"Mari,,,mari. Good bye beautiful girl." kata calo itu lagi, menggoda Qorine. Tak lupa tangannya mencolek siku Qorine lagi dan memberikan lambaian centil ke arahnya.

Qorine memelototi calo kurang ajar itu, sedangkan tangannya yang lain menggosok-gosok siku yang dicolek pria penuh berewok menggelikan itu. Si calo hanya bisa tersenyum membalas pelototan Qorine dan mengedipkan sebelah matanya mengiringi kepergian sang gadis yang disangkanya bule tulen itu.

"Emang enak, dicolek calo tiket?" goda Adam yang melirik Qorine.

"Sial!" sungut Qorine sambil meninju lengan Adam. "Lu kok gak mau belain gue?" tambahnya manja.

"Good bye beautiful girl, ha,,,ha,,,ha." Adam kembali menguak ingatan terakhir yang mengiringi kepergian Qorine dari terminal Rambutan.

"Lu kok jadi ngeledek gue? Bukannya belain gue kek, apa kek." kata Qorine yang kesal dan kini  mencubit keras perut Adam.

LariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang