Saat gagang pintu kamar kos Wina terbuka, langsung saja interior kamar berukuran 4x4 meter tersebut, mampu menggugah siapa saja yang memandangnya. Pada dasarnya cat tembok ruangan tersebut berwarna putih. Namun salah satu sisi tembok kamar Wina ditempeli wallpaper bergaris-garis peach.
Lantainya dilapisi karpet plastik polkadot dengan warna dasar putih berbintik-bintik hitam besar kecil dan sedang.
Mepet dengan tembok, sebuah kasur ukuran single bed yang dibungkus bed cover senada dengan warna wallpaper di tembok, menjadi objek pertama yang menyita sebagian besar perhatian dalam ruangan tersebut.
Selain itu masih ada meja belajar dan kursi berdesain minimalis yang ditata sempurna di samping kasur tersebut.
Ada pula lemari pakaian berwarna putih bersih yang dijadikan aksesoris pelengkap dalam kamar Wina.
"Welcome to my room." Sambut Wina mempersilahkan kedatangan tamunya dengan tangan dibentangkan menjorok ke dalam.
"Kamar kamu cantik banget Win."
"Ah biasa aja. Yang penting rapi." Kata Wina sembari tersenyum. Jelas ia bangga dengan pujian Qorine.
"Serius, gue juga bakalan betah seharian di kamar kamu. Kamarnya cantik kayak gini." Qorine kini mulai duduk di atas kasur Wina. Sedangkan Wina sibuk menjejalkan kopernya di sudut ruangan. Wina tampaknya belum ingin mengeluarkan isi dalam kopernya.
"Mandi dulu gih?" Wina menyuruh Qorine untuk membersihkan tubuhnya yang tampak lusuh.
Qorine yang sudah tidak mandi beberapa hari selama perjalananya memang telah mulai pudar keanggunannya. Bisa dikatakan, aura kebintangan Qorine hancur dalam waktu singkat. Tidak akan ada yang menyadari bahwa ia artis ibu kota yang cukup punya nama.
Bahkan mungkin Wina tidak menyadari jika orang yang ada dalam kamarnya kini adalah orang yang paling menggemparkan pemberitaan media beberapa hari belakangan ini.
"Di mana aku bisa taruh ranselku?"
"Kamu bisa taruh di sini. Dekat koperku." Wina meraih ransel Qorine yang sudah lepas dari punggungnya.
"Jangan! Biar aku aja yang taruh."
"Sudahlah. Kamu bawa peralatan mandi?" ujar Wina yang kini meletakkan ransel Qorine dekat kopernya di sudut ruangan.
"Biar aku cari sendiri. Ada di dalam ranselku." Qorine kini tergopoh-gopoh hendak mencari peralatan mandinya yang tersimpan di dalam ransel.
Wina bergerak ke kamar mandi. Membukakan pintu untuk Qorine.
"Kamu bisa mandi di sini. Ini kamar mandinya." ujar Wina.
Selama Qorine membersihkan dirinya, Wina dengan sigapnya membongkar isi tas Qorine. Mencoba mencari sesuatu di dalamnya dan berencana untuk mengatur kembali isinya nanti, agar terlihat tidak pernah terjadi apa-apa selama Qorine mandi.
Akhirnya apa yang dicarinya pun ditemukan juga. Wina berhasil melihat sekilas identitas Qorine, memotret identitas Qorine dan mengembalikannya ke tempat semula.
Ia menunggu Qorine keluar dari kamar mandi sembari berakting dan bersikap santai. Mengambil majalah dari atas meja belajarnya dan membacanya di atas kasur sambil tiduran.
Qorine akhirnya keluar dari kamar mandi. Ia sudah mengganti pakaiannya dan handuknya membelit di atas kepalanya menutupi rambutnya yang basah dan coklat. Sementara itu Wina pura-pura baru menyadari jika Qorine sudah selesai mandi dan ia dengan basa-basi mengatakan. " Kamu cantik sekali." Hampir-hampir saja Wina bertingkah seolah mau memeluk Qorine saat itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lari
Mystery / ThrillerAdam melompat dari hidupnya yang mapan di Jakarta. Lelaki ini terlempar dari rutinitas yang membosankan. Mencoba meraup kebebasan yang ingin diraihnya. Tak disengaja ia bertemu dengan Qorine. Pesohor yang kalut akan konsep kabahagian dalam hidup. Me...