Rencana Lolos

9 1 0
                                        


Bukti-bukti semakin menguat, informasi-informasi dari penduduk di sekitar kampung Pasir di kaki gunung Gede mengkonfirmasi, bahwa bule yang mereka lihat di angkot kemarin persis seperti foto yang ada di tangan para detektif investigasi itu. Dinggo semakin yakin kalau ia sudah dekat dengan buruannya. Tinggal satu bukti aktual yang diperlukannya untuk melegalkan misi ini sepenuhnya. Ia berharap penantiannya di desa terpencil itu tak menjadi sia-sia. Ia berharap pendaki ilegal yang membawa Qorine, turun melalui jalur Putri atau Cibodas. Setidaknya mereka tidak keluar dari jalur tersembunyi yang tidak diketahuinya.

"Wah, tebakan bapak detektif ini jitu juga ya pak." kata si penjaga pintu masuk pendakian jalur Putri. Entah kenapa timbul sebersit koneksi dalam diri si pejangga pintu masuk pendakian. Kini Ia sedikit merasa telah menjadi bagian penting dari tim investigasi Dinggo. Mungkin karena baru kali ini ia sedikit terlibat dalam sebuah kasus penting seumur hidupnya.

Sebagai seorang petugas, ini adalah romansa paling liar yang pernah terjadi dalam kehidupannya selama ini.

"Bapak mantan polisi ya?" tanya petugas penjaga itu lagi.

"Bukan, saya dulunya bukan siapa-siapa." kata Dinggo datar-datar saja.

"Loh, kok bisa jadi detektif pak, bagaimana ceritanya?"

"Panjang ceritanya." jawab Dinggo singkat. Sepertinya ia tak ingin mengungkit-ungkit masa lalunya.

***

Jaka dan Jaki sedang memikirkan keputusan mereka. Kini mereka tahu, siapa Qorine sebenarnya. Dan tampaknya detektif-detektif yang mengejarnya merupakan sebuah ancaman serius. Bukan sekedar lelucon seperti yang dipikirkan pendaki berjaket merah yang mereka temui di sumber air Kandang Badak.

Dengan begitu, tampaknya melewati pos penjagaan Cibodas akan sedikit lebih rumit dari perkiraan awal mereka. Pasti mereka akan kena damprat Jagawana karena tidak mengindahkan prosedur. Kemungkinan terburuk adalah, foto Qorine telah menyebar sampai pos penjagaan Cibodas. Jika Jagawana atau Ranger mengenali sosok Qorine yang cukup mudah untuk diidentifikasi, bisa-bisa bukan hanya damprat saja yang mereka dapatkan. Bisa-bisa mereka harus berurusan dengan polisi nantinya.

"Jadi menurut kalian, kita enggak bisa lolos nih ?" tanya Adam.

Qorine jadi merasa bersalah, karena ia telah membuat semuanya menjadi kacau. Seharusnya ia menyadari posisinya sebagai public figure. Ia tidak berpikir jika akibatnya akan sampai sejauh ini.

Siapa yang bisa meyangka kalau pelariannya akan melibatkan detektif untuk memburunya sejauh ini. "Apa ini semua ide Henry?" pikir Qorine.

"Ya sudah, gue nyerahin diri aja biar lu semua bisa bebas."

kata Qorine akhirnya menyerah.

"Enak aja!" sergah ketiga pemuda itu hampir serempak.

Qorine kaget bercampur heran menerima jawaban seperti itu.

"Neng, kalau Adam datang sendirian tanpa kabar sebelumnya, itu berarti dia merencanakan petualangan." kata Jaka memandang Qorine dengan tatapan serius.

"Kalau Adam datang membawa sesuatu, itu berarti akan terjadi hal yang luar biasa."imbuh Jaki.

"Baru kali ini Adam datang bawa orang. Itu berarti kamu spesial." ungkap Jaka.

"Enggak ada yang spesial kok, cuma mau silaturahmi." sergah Adam buru-buru.

"Kamu bisa cerita itu nanti, yang penting kita harus cari cara biar bisa keluar dari sini dengan aman." tukas Jaka lagi.

Kelompok itu tiba-tiba larut dalam pikiran mereka masing-masing. Tiga kepala memikirkan jalan keluar dan satu kepala yang lain memikirkan hal lain.

"Kenapa kalian enggak mau nyerahin gue?" tanya Qorine memecah keheningan tiba-tiba.

Jaka, Jaki dan Adam saling berpandangan. Ditengah kebuntuan, kenapa pula harus terlontar pertanyaan itu di saat seperti ini.

"Kenapa kamu lari dan diburu detektif?" tanya Jaka balik.

"Kenapa kamu balik bertanya?" tanya Qorine lagi.

"Kamu jawab dulu, baru aku jawab pertanyaanmu belakangan." lontar Jaka tak mau kalah.

"Aku tak tahu, kenapa aku dikejar detektif."

"Lalu, kenapa kamu lari dan ikut si bajingan biang masalah ini?" tunjuk Jaki kepada Adam sembari menyeringai.

Qorine hanya menggelengkan kepala, benar-benar tidak memiliki alasan yang tepat betul untuk menjawab segala yang terjadi pada dirinya belakangan ini. Akan tetapi, mata laki-laki di depannya terus mengintrogsinya dengan tatapan yang begitu tajam. Sampai akhirnya ia harus menjawab walau tak yakin.

"Aku,,, aku rapuh."cerita Qorine."Aku pikir, ikut Adam pergi bertualang akan membuatku lebih kuat, lebih mengenal diriku sendiri."

"Adam, sepertinya kamu punya takdir dan jalan hidup yang unik. Tak perlu alasan, cukup dengan ikut bersamanya, kamu bisa dapat cerita petualangan yang mendebarkan." tukas Jaka.

"Omong kosong." timpal Adam.

"Serius Dam. Mungkin kamu enggak pernah sadar, tapi aku dan Jaki enggak perlu alasan untuk pergi ikut sama kamu, meski kamu kelihatannya enggak ada rencana."

"Tapi Tuhan sepertinya punya rencana buat kamu." sambar Jaki dengan serius.

"Maksud kalian?" tanya Adam yang kini mulai tidak paham arah pembicaraan ini.

"Qorine, Jaka dan aku sendiri enggak perlu alasan khusus. Cukup ikutin kamu, cerita hidup kita akan berubah seru." terang Jaki menegaskan.

Kalau saja penjual nasi uduk yang mereka temui di jalur Putri beberapa waktu lalu tidak menyapa kelompok tersebut. Mungkin mereka bisa lupa tujuan awal diskusi mereka saat itu, yakni untuk mencari jalan keluar dengan aman.

"Loh, si eneng, masih bangun?" tanya penjual nasi uduk retoris. Entah darimana datangnya si penjual nasi uduk itu.

"Iya pak, ini lagi pada ngobrol. Bapak belum pulang?" ujar Qorine menyambut basa-basi si penjual nasi uduk.

"Yah, saya mah setiap hari seliweran di sini neng."

"Kalau masuk enggak diperiksa petugas?" tanya Qorine lagi dengan rasa ingin tahu.

"Kita mah udah biasa kelihatan petugas. Kalau petugasnya lagi enggak boleh, kan ada jalan lain."

"Loh mamang tahu jalan lain keluar Cibodas?" tanya Jaki.

"Semua pedagang nasi uduk juga tahu atuh den. Gampang itu mah!"

Nyaris keempat petualangitu melompat berbarengan dan meneriakkan Eureka! Seketika mereka menemukansemangat kembali. Layaknya semangat Archimedes yang menemukan solusi dan ilhamdi dalam kamar mandi berabad-abad silam, Eureka!

LariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang