Chapter 27

214 17 6
                                    

***
Avril's home, 01.15am

Para anggota ROS sudah sampai di rumah Avril. Mereka turun dari mobil masing-masing, lalu bergegas masuk ke dalam rumah.

"Louis! Avril!" panggil Cameron.

"Cam!"

Louis dan Avril bangkit dari sofa tempat mereka duduk tadi.

"What's happen?" kata Reyna sambil langsung memeluk Avril yang menangis ketakutan.

"Kalian harus lihat ini"

Louis membawa mereka ke ruang tengah.

"What the hell! Apa yang terjadi disini?"

Cameron dan semua anggota ROS sangat terkejut. Ruang tengah rumah Avril yang ditata rapi, jadi sangat berantakan. Bahkan piring-piring kaca berukir yang dipajang di meja semua pecah berhamburan di lantai. Lukisan yang tergantung di dinding rumah semua jatuh berhamburan. Bahkan disofa terdapat beberapa sayatan pisau. Di dinding terdapat tulisan yang ditulis dengan cat merah.

JANGAN PIKIR AKU TIDAK AKAN KEMBALI.

Cameron membaca tulisan tersebut.

"Apa maksudnya tulisan ini?" tanya Mark.

"Siapa lagi kalau bukan peneror itu" jawab Justin.

"Kamar Avril juga sangat berantakan" tambah Louis.

"Peneror itu benar-benar berniat balas dendam sepertinya" Kimberly bergidik ngeri.

Mereka naik ke kamar Avril di lantai 2. Avril membukakan pintu kamarnya. Benar kata Louis, kamar Avril tidak kalah berantakan. Buku-buku yang awalnya tersusun rapi di rak sekarang berserakan di lantai. Bingkai foto dan pigura yang terpajang disana juga pecah berserakan dimana-mana. Bahkan kasur Avril juga seperti ditusuk-tusuk dengan pisau.

"Apa perlu kita melaporkan ini pada polisi?" usul Luke.

"Tidak, jangan!" seru Avril tiba-tiba panik.

"Ini harus dilaporkan segera Av" tambah Reyna.

"Lihat ini"

Avril menyodorkan sebuah kertas pada mereka. Scarlett mengambil kertas itu dari Avril.

JANGAN BERANI LAPORKAN INI PADA POLISI, KALAU SAMPAI KAU MELAPORKAN INI PADA POLISI, IBUMU TIDAK AKAN SELAMAT.

Scarlett membaca isi kertas yang ditulis dengan tinta merah itu.

"Peneror itu benar-benar pandai mengancam" kata Scarlett sambil memberikan kertas itu pada Cameron.

"Aku mohon selamatkan ibuku" tangis Avril sambil sesenggukan.

"Pasti Av, kami akan membantumu" kata Cameron menenangkan.

"Lalu, apa langkah kita selanjutnya? Kita tidak bisa tinggal diam. Apalagi kita harus menghadapi ini tanpa bantuan polisi" tanya Alexa.

"Bagaimana kalau kita cari sidik jari peneror itu dari kertas ancaman tadi?" usul Reyna.

"Percuma saja. Kita sudah memegangnya berkali-kali. Pastinya sidik jari peneror itu sudah tertutupi dengan sidik jari kita. Percuma juga, bukankah kita sudah tau siapa yang meneror Avril? Kita hanya perlu tau dimana peneror itu menyandera ibu Avril" jelas Scarlett.

"Scar, aku baru tau kau sangat pintar. Bagaimana kalau besok pagi kita mengecek ke tempat Avril di sandera beberapa hari lalu? Mungkin saja peneror itu menyandera ibu Avril disana juga" usul Cameron.

"Not bad. Boleh dicoba. Ada yang punya ide lain?" kata Louis.

"Apa tidak boleh malam ini saja?" tanya Avril yang masih shock.

Revolution Of SpeedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang