Chapter 40

183 12 20
                                    

"No! Cameron! Baby?"

Kimberly terus mengguncang bahu Cameron. Namun sayangnya Cameron sudah pergi. Ia menutup matanya dengan damai.

"Cameron"

Perlahan-lahan suara isakkan memenuhi ruangan ICU itu. Elektrokardiograf terus berbunyi nyaring menampakkan garis lurus di monitornya.

"Alat payah!" Scarlett menendang elektrokardiograf itu.

"Cameron? No hunny, kita akan bersama selamanya, kau ingat? Cameron!" Kimberly berusaha membangunkan Cameron. Ia mengguncangkan tubuh Cameron yang sudah tak bernyawa dengan kasar sehingga Luke dan Mark harus menahannya.

"Keparat! Mereka telah membunuh kakakku!" amuk Scarlett. Ia menendang semua alat kedokteran di ruangan itu. Kondisinya yang mabuk berat membuatnya kehilangan kontrol.

"Scarlett stop!" Justin memeluk Scarlett dari belakang. Namun gadis itu terus meronta-ronta.

"Dokter! Tolong! Obat penenang!" teriak Justin. Tak lama seorang dokter datang membawa suntikkan obat penenang. Ia langsung menyuntikkannya pada Scarlett. Gadis yang mengamuk itu langsung diam seketika. Ia ambruk di pelukan Justin.

"Cameron, aku mencintaimu. Pergilah dengan damai"

Kimberly mengecup lembut bibir Cameron, sebelum jasadnya dibawa ke kamar mayat.

Love You Goodbye - One Direction

Ruangan itu dipenuhi kesedihan yang amat sangat. Kimberly terus menerus meratapi kepergian Cameron yang dibawa oleh tim dokter. Sedangkan Scarlett hanya terdiam, ia lelah meronta-ronta. Ia tau itu takkan mengubah segalanya.

"Cameron!"

Tiba-tiba Louis dan Avril sudah berkumpul disana. Mereka duduk di kursi roda.

"Terlambat, dia telah pergi" kata Alexa pelan.

"Astaga!" Avril menutup mulutnya. Ia meneteskan air mata. Louis juga langsung menggenggam tangan Avril.

"Ambil saja semua kebahagiaanku! Kini kau ambil kakakku! Ambil saja semua sahabatku! Ambil saja Justinku! Keparat!"

Avril melirik Scarlett yang meronta-ronta. Walau sedikit lemas karena pengaruh obat penenang, namun gadis itu tangguh juga. Ia tak menyerah. Matanya merah, rambutnya acak-acakan. Justin tampak kewalahan menahan Scarlett.

Sedangkan Kimberly sudah terkapar di lantai dengan air mata berlinang. Rambutnya berantakan. Ia tampak sangat kacau. Ia menangis sesenggukan, sampai-sampai hidungnya berdarah.

"Mark, tolong panggil dokter, Kimberly sepertinya mimisan" kata Reyna disela-sela tangisnya.

Tak lama seorang dokter datang. Ia menyuruh mereka semua keluar dari ruang ICU. Para anggota ROS kembali ke kamar mereka. Sedangkan orangtua Cameron mengurus segala sesuatunya.

"Bagaimana bisa Luke?" Reyna menarik-narik kerah baju Luke. Ia menangis tersedu-sedu. Mereka semua benar-benar kehilangan sosok pemimpin mereka.

"Ini semua kehendak Tuhan, Reyna. Kita harus kuat menghadapinya" nasihat Luke. Ia juga tampak sedih dengan matanya yang berkaca-kaca.

"Aku tak percaya ini semua, Markie. Cam telah pergi" Alexa memeluk lututnya sendiri. Ia sesenggukan.

"Semuanya begitu cepat. Setelah ini pasti kita harus membawa jasadnya ke rumah duka" kata Mark.

"Aku benar-benar tidak menyangka. Ini semua salahku" kata Avril menyesal.

"Berhenti menyalahkan dirimu sendiri, atau aku benar-benar akan menyalahkan dirimu!" bentak Scarlett.

"Benar kata Scarlett, Av. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri" hibur Louis.

"Tak ada yang perlu disesali. Ia sudah pergi. Dan takkan kembali lagi" kata Kimberly sambil bersender pada Alexa. Ia menangis sampai seolah-olah ruangan ini akan banjir karena airmatanya.

"Kurang ajar! Aku tidak akan memaafkan mereka!" geram Scarlett sambil naik di tempat tidur disusul Justin.

"Kau harus merelakannya, ya?" bujuk Justin. Ia memeluk Scarlett yang masih dipengaruhi alkohol.

"Aku tidak akan merelakannya. Ia harus ada disini! Disisiku!" kata Scarlett bersikukuh.

"Scarlett, cmon. Jangan seperti bayi besar" bujuk Justin lagi.

"Persetan. Mau kau sebut aku bayi besar, atau apapun itu, aku tak peduli!"

"Scarlettku, ayolah" Justin terus membujuk Scarlett yang masih melontarkan makian-makian tak jelas dan merutuki nasibnya.

Scarlett tiba-tiba berbalik badan. Justin langsung membawa Scarlett dalam dekapannya.

"Aku tak kuat lagi, Justin. Aku mau ikut kakak sajalah!" Scarlett menangis tersedu-sedu di pelukan Justin untuk kedua kalinya.

"Tidak boleh Scarlettku, kau masih punya aku dan kami semua disini" hibur Justin.

"Ayah dan ibu pasti akan membawaku pergi bersama mereka"

"Jika hal itu terjadi, aku akan menentang keras mereka dan kalau perlu aku membawamu kabur bersamaku" kata Justin mantap.

"Kakakku, dia pergi" Scarlett menangis di dekapan Justin. Dihadapan teman-temannya.

"Aku tahu aku pernah berkata sebelumnya, aku berjanji tidak akan menangis lagi dan meminta dipeluk olehmu"

"Tapi kali ini aku yang memelukmu, tau! Bukan kau yang memintanya"

***
Sebuah mobil Audi R8 merah melaju kencang di jalanan. Scarlett mengendarai mobil kakaknya. Mereka hendak memberikan salam perpisahan untuk big boss mereka. Buggati Veyron Justin pun ikut mengawal di sebelah mobil Scarlett.

Di belakang mereka berdua, ada juga Chevrolet Camero yang dikendarai oleh Luke dan Reyna. Ada juga Lamborghini Aventador yang dikendarai Mark dan Alexa. Sedangkan Kimberly, Avril, dan Louis yang masih dalam masa pemulihan bersama orangtua Cameron di ambulans yang mengekor di belakang mobil-mobil sport tersebut.

Saat mereka sampai di kompleks pemakaman, mereka semua yang berpakaian serba hitam mengawal jenazah big boss mereka.

Ibadah pemakaman pun sudah dimulaikan, peti jenazah dimasukkan ke liang kubur.

"See you again big brother, i will miss you"

See You Again - Wiz Khalifa ft Charlie Puth

***
HAEE GENGS🎉

AKHIRNYA REVOLUTION OF SPEED TAMAT🎉🎁🎊🎈

SETELAH GUE KETIK SETAHUN, AKHIRNYA TAMAT JUGA NIH CERITA😎

EH EH TAPI JANGAN DIHAPUS DARI LIBRARY DULU DEH... MASIH BANYAK SURPRISE DAN MUNGKIN BONUS CHAPTER DI CERITA INI🎉

SO ITU CHECK IT OUT GENGS🔥

OH YA ABIS INI ADA EPILOG YEY🔫

GA KERASA YA ROS TAMATNYA PAS DI AWAL TAHUN 2017😂 SEMOGA DI TAHUN BARU INI SEMUA RESOLUSI KITA TERCAPAI DAN BISA NGERELAIN GEBETAN PUNYA PACAR BARU *eh*😂

Revolution Of SpeedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang