Chapter 38

138 11 0
                                    

Scarlett segera berlari menghampiri kakaknya yang terbaring di ranjang rawat itu. Cameron tampak pucat, kepalanya di perban. Ia juga dipasangi alat bantu pernafasan. Di sebelahnya, sebuah monitor menampilkan detak jantung atau elektrokardiograf.

"Kakak"

Scarlett memanggilnya sekali lagi. Namun Cameron tak bergeming. Matanya masih tertutup rapat. Sementara elektrokardiograf terus menampilkan detak jantungnya yang lemah.

Scarlett menyentuh pipi Cameron yang dingin. Ia mencengah air matanya meluncur bebas dari matanya. Ia tak mau menangis di depan Cameron.

"Kami tau kau bisa bertahan melewati semua ini, big boss" kata Justin pelan.

"I know u can bro" katanya sambil menepuk bahu Cameron.

Scarlett pun keluar ruangan diikuti Justin. Mereka melepas jas dan masker yang mereka kenakan, lalu bergantian dengan Reyna dan Luke.

Setelah semua bergantian masuk melihat Cameron, Kimberly masuk terakhir sendiri.

"Apa kau bisa sendiri Kim?" tanya Reyna rada cemas.

"Aku bisa. Tenang saja" jawab Kimberly. Ia memakai jas dan masker khusunya, lalu masuk ke ICU.

Kimberly memandang ruangan bercat putih itu. Ia menatap nanar sosok yang terbaring lemah dengan berbagai alat medis disampingnya.

"Cam"

Kimberly langsung memeluk Cameron. Pertahanannya jebol. Ia menangis tersedu-sedu.

"Cameron, please. Hold on. For me, okay?"

Kimberly tak ingin berlama-lama. Ia mengecup singkat dahi Cameron, lalu keluar dari ruang ICU dengan mata sembab.

"Kim, ayolah jangan me-"

Ucapan Scarlett terpotong oleh Kimberly yang langsung memeluknya dan menangis tersedu-sedu.

"Scar, aku tak tau harus bagaimana. Bagaimana jika kita kehilangan dia?"  ucapnya.

"No, Kim. Jangan berpikir seperti itu. Cameron bisa melewati semua ini. Aku yakin" kata Reyna.

"Aku yakin Cameron akan bertahan" hibur Mark.

Kimberly melepas pelukannya. Ia menatap sekeliling. Dalam sekali tarikan nafas, hampir saja ia jatuh terkulai lemas kalau saja Mark tidak sigap menangkap tubuhnya.

"Kim!" panggil Alexa.

Kimberly tak sadarkan diri. Mark dibantu Luke menggendong Kimberly.

"Ia pingsan" kata Justin.

Mark segera menggendong Kimberly dan membawanya ke kamar mereka. Sementara Scarlett tetap diam tak bergeming. Ia sepertinya akan menjadi patung disana kalau saja Justin tidak merangkul dan mengajaknya pergi.

Mark membaringkan Kimberly di ranjang satu-satunya di kamar itu. Ia dan yang lainnya kembali bersantai.

"Dimana Scarlett dan Justin?" tanya Reyna.

"Entahlah. Sepertinya mereka pergi ke suatu tempat"

***
"Scarlett" panggil Justin.

Ia dan Scarlett sedang duduk di bangku taman belakang rumah sakit. Scarlett sedari tadi hanya melamun. Pikirannya melayang kemana-mana.

Scarlett yang dipanggil menoleh ke arah Justin. Ia menatap Justin lurus-lurus.

"Justin, aku..."

Scarlett menarik nafas dalam-dalam. Sulit baginya berpura-pura kuat seperti ini.

"Scar.."

Justin langsung memeluk Scarlett. Scarlett benar-benar rapuh saat ini. Izinkan dia untuk menangis sebentar saja di pelukan Justin. Setelah itu ia akan berjanji apapun yang akan terjadi selanjutnya ia tak akan menangis lagi.

Revolution Of SpeedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang