Chapter 33

162 15 10
                                    

Wajah Avril langsung berubah pucat pasi. Tangannya gemetar.

"What's wrong, Av?" tanya Justin.

"Hey, hey, are you alright?" Louis mulai mendekati Avril, lalu memegang tangannya yang begitu dingin. "Kau sakit?" tanyanya lagi.

"Kalian harus lihat ini" kata Avril menunjukkan layar ponselnya. Mereka semua membaca pesan ancaman yang dikirim oleh peneror itu.

"Itu ancaman" desis Reyna.

"Jangan disaat-saat seperti ini please" gerutu Alexa.

"Kalau aku tidak datang besok pagi, ia akan membunuh ibuku" kata Avril dengan suara gemetar. "I'm scared, Lou. Bagaimana jika ia membunuh mom?" Avril menangis.

"Hey, hey, don't cry. We can do this, right?" Louis langsung memeluk Avril.

"Justin. Perubahan rencana" kata Scarlett sambil menepuk bahu Justin.

"Sedang kupikirkan" Justin mengacak rambutnya. Ia berpikir keras.

"Begini saja, sekarang kita tidur. Ini sudah pukul setengah 1 malam. Sebentar subuh kita berdiskusi sebelum jam 5. Sebelum jam 6 kita sudah harus berangkat dan pastikan kita sampai sebelum jam 7. Mengerti?" kata Cameron final.

"Okay. Enough for today. Let's go to sleep"

***
"Jika kau tidak menyerahkan diri sebelum pukul 7 pagi, kau akan menyaksikan ibumu mati di hadapanmu"

Lagi-lagi pria itu tertawa bengis. Ia menggenggam pistol di tangannya.

"Lari Avril! Lari!" seru ibu.

"Mom!"

"You shut up!" hardik si pria jahat.

"Let me show you, Gabrielle"

DOR!!

"MOM!!!"

"Owh fuck, bad dream again" umpat Avril.

"What's happen Av?" tanya Reyna yang terbangun.

"Nothing. Just a nightmare" jawab Avril.

"Sekarang sudah jam 4 subuh. Ayo kita bangunkan yang lain" Reyna beranjak keluar kamar membangunkan para anggota ROS yang lain.

***
"Hari ini kita akan melaksanakan rencana besar" Cameron mulai angkat bicara.

"Bagaimana dengan pesan ancaman itu?" tanya Avril.

"Sudah kupikirkan" jawab Justin.

"So what's your plan?" tanya Louis.

"Avril akan menyerahkan diri" jawabnya.

"What??"

Semua anggota ROS terpekik kaget. Mereka terkejut dengan rencana Justin.

"Eits, wait. Belum selesai. Avril akan menyerahkan diri. Namun akan kita lengkapi dengan pertahanan diri tentunya. Aku masih menyimpan rompi anti peluru milik ayahku. Mungkin kita juga bisa melengkapinya dengan stun gun atau pepper spray. Bagaimana?" tanya Justin meminta persetujuan.

"What? No, no, no. I disagree. Another plan, please" Louis menggeleng tak setuju.

"Lou, trust me. It's the only way" kata Avril. "Okay Justin. Aku setuju"

"Aku tau, tenang saja, itu sudah kupikirkan. Louis dan aku akan menyamar, jadi tentu saja kita bisa mengawasi Avril" jelas Justin.

"Hm, kurasa semua pasti sudah dipikirkan oleh Justin. Jadi sekarang sebaiknya kita bersiap untuk menyerang. C'mon" ajak Cameron.

Revolution Of SpeedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang