Seringai Kumulonimbus

487 36 18
                                    


Meraung-raung arungi dian angkasa
Puluhan raga di sandaran kursi busa
Melanglang destinasi bersakukan asa
Rajawali alumina menangga antariksa

Dan sampailah seketika
Tiada mampu diterka
Badai kinematika
Piaskan muka

Spektra perak silaukan lensa
Pada tubir petala adikuasa
Ciutkan nyali perkasa
Robohlah asa-asa

Celaka!
Gagah raungnya berhenti seketika
Lengang sepenjuru mekanika
Dan dimulailah petaka....

Sentakan
Hantaman
Tindihan
Teriakan

Terbanting
Terguling
Terpiting
Terpelanting

Jaring kumulonimbus buas menjangkar
Jungkir balik spiral melingkar-lingkar
Jantung terpompa lecutkan debar
Jiwa merosot tiada punya suar

Beluntas turbulensi membakar cakrawala
Mayapada meradang lontarkan dursila
Genderang kematian menderu nyala
Papakerma mengobar sangkakala

Terhempaslah ke bawah
Ke atas dilempar pasrah
Terpental ke segala arah
Tiada kans guna berkilah

Lalu bagai kawanan bangsa melata
Mereka, beringsut kehabisan kata
Merunduk, bertahan, meminta
Bertasbih ... pejamkan mata

Bergetar
Gemetar
Memar
Menggelepar

Meringis
Menangis
Disergap pesimistis
Mendadak agamis

Begitulah manusia
Pura-pura berjubah kesatria
Melupa-Nya dalam kemegahan dunia
Baru mengingat-Nya tatkala tersudutkan usia

[]

====================

Terinspirasi dari peristiwa turbulensi pesawat yang ramai diberitakan akhir-akhir ini. 

PuspawarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang