(2/3)
Kamu dan aku sama-sama melindungi
menghalau aral yang tega merundungi
sedang nurani serasa mempecundangi
akan keberadaanku yang menghalangiAku dan ketidakbecusanku menjagamu
hanya sanggup bertahan, memelukmu
karena aku juga sebagian jasmanimu
turut jibaku memapah kepedihanmuSenantiasa kuingat detik itu
aku yang persis ada di situ
saat kamu dihina mereka
aku sadar kamu terluka***
Aku paham kamu sangat penting
tetapi mereka benar-benar sinting
memperlakukanmu kepalang nakal
mempermainkanmu kepalang brutalMemang, kamu ditakdirkan menghibur
menghapus kusut muka sampai luntur
cukup bergeming, tak perlu bergestur
gelak tawa lantas timbul tanpa diaturNamun ... ingin rasanya mengujar kasar
bocah-bocah itu seenaknya menjailimu
bergajul mengopermu, mengakak lebar
melemparmu sembrono, menyakitimu***
***
Peristiwa silam tak henti menggenang
mengarsip ibarat sekelindan benang
di satu masa di mana aku mengerti
kamu yang lebih dari sekadar artiKamu yang berontak tersudutkan kondisi
kamu yang tercampakkan rumbai dekorasi
tungkai rampingmu yang tercerabut posisi
dan aku yang buyar ... berkecamuk emosiLalu yang teramat kutakutkan pun terjadi
kamu sudah tak sesempurna yang tadi
kamu patah, hancur, musnah, hampa
dan aku tiada pernah sekalipun lupa***
Aku tak habis pikir pada mereka
betapa tolol menyuguhimu petaka
malah pias terduduk meronta-ronta
mengidamkan kamu kembali ke pestaSejujurnya, bocah-bocah itu buatku muak
sekumparan amarahku menanti menyeruak
namun, sikapmu justru melejitkan debit kagum
kamu ... ternyata alasan untukku terus tersenyumKamu, alasan yang menerbitkan pengharapanku
Kamu, alasan yang mengorbitkan kemantapanku
Kamu, alasan yang membuatku kini menoreh tinta
Kamu, alasan yang membuatku spontan jatuh cinta***
KAMU SEDANG MEMBACA
Puspawarna
Poetry[Antologi Puisi] Warna-warni kehidupan membuat kita menyadari satu hal, kita tak pernah sadar apa makna sebenarnya dari warna-warni kehidupan itu sendiri. ===== Didominasi puisi/sajak berima. Daftar puisi disusun alfabetis. © Iko_Nimbuss Ilustrasi s...