Kamu dan aku sama-sama melindungi menghalau aral yang tega merundungi sedang nurani serasa mempecundangi akan keberadaanku yang menghalangi
Aku dan ketidakbecusanku menjagamu hanya sanggup bertahan, memelukmu karena aku juga sebagian jasmanimu turut jibaku memapah kepedihanmu
Senantiasa kuingat detik itu aku yang persis ada di situ saat kamu dihina mereka aku sadar kamu terluka
***
Aku paham kamu sangat penting tetapi mereka benar-benar sinting memperlakukanmu kepalang nakal mempermainkanmu kepalang brutal
Memang, kamu ditakdirkan menghibur menghapus kusut muka sampai luntur cukup bergeming, tak perlu bergestur gelak tawa lantas timbul tanpa diatur
Namun ... ingin rasanya mengujar kasar bocah-bocah itu seenaknya menjailimu bergajul mengopermu, mengakak lebar melemparmu sembrono, menyakitimu
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Peristiwa silam tak henti menggenang mengarsip ibarat sekelindan benang di satu masa di mana aku mengerti kamu yang lebih dari sekadar arti
Kamu yang berontak tersudutkan kondisi kamu yang tercampakkan rumbai dekorasi tungkai rampingmu yang tercerabut posisi dan aku yang buyar ... berkecamuk emosi
Lalu yang teramat kutakutkan pun terjadi kamu sudah tak sesempurna yang tadi kamu patah, hancur, musnah, hampa dan aku tiada pernah sekalipun lupa
***
Aku tak habis pikir pada mereka betapa tolol menyuguhimu petaka malah pias terduduk meronta-ronta mengidamkan kamu kembali ke pesta
Sejujurnya, bocah-bocah itu buatku muak sekumparan amarahku menanti menyeruak namun, sikapmu justru melejitkan debit kagum kamu ... ternyata alasan untukku terus tersenyum
Kamu, alasan yang menerbitkan pengharapanku Kamu, alasan yang mengorbitkan kemantapanku Kamu, alasan yang membuatku kini menoreh tinta Kamu, alasan yang membuatku spontan jatuh cinta