Hujan Bulan Sabit

234 13 0
                                        

Satu malam di belulang November
keriut hujan terambau satu-satu
di akhir hari berinaian huruf C
sungsang seperti bebintang

Teruntuk, Dik KIA, yang tak lagi
menanti lamentasi basi itu ragi
kendati Abang masih berkasih
dalam lampau dan debu sisih

Abang amati Dik KIA lagi masuki
membersamai sesosok laki-laki
peluki bioskop malam minggu
Hujan Bulan Juni menunggu

Karcis-karcis pun larap selayang
dirompak rama-rama yang layang
dalam perut berpasang jari-jemari
yang kian temali tak mengizin pori

Tiada gugat di sini Abang gigil akbar
di dalam Dik KIA benarkah gebyar?
sungkawa Abang aur tanda tanya
adakah Dik KIA riang tanyainya?

Ah, jejalan mana pun mengantarai
jalan raya gang buntu tol dan arteri
jua kini yang merintang mata Abang
dari halte ini akan bioskop seberang

Hanya saja, Abang tiada lencang tatapi
tetapi terus tirus naik mencabik rerintik
Dik, nikmatilah Hujan Bulan Juni-mu itu
biar Abang di sini ber-Hujan Bulan Sabit

Satu malam di belulang November
bengis hujan terambau satu-satu
langit kelam berlinang huruf C
sungsang sebinal petualang

Dik, nama Abang adalah TINTA
biar T awal itu pergi dari TINTA
gilirkan C yang dibubuh: CINTA
genapi T tadi ke namamu: KITA

[]


====================

Pertama ditulis November 2017, awalnya berupa bait-bait bolong, baru sekarang berminat melengkapinya, meski rada asal jadi. Kalau tak ada halangan, puisi ini akan dicerpenkan.

PuspawarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang