Bab 12 : Saat Ini Atau Nanti

53 4 0
                                    

Huuh, siapa gadis itu, ya? Aku seperti mengenalnya, tapi di mana aku pernah bertemu dengannya. Rouqar membatin, ia masih memacu kudanya yang sebentar lagi akan ke luar dari hutan selatan.

"Tuan putri, sebaiknya Anda berada di sini dulu," ucap Moreau cepat. "Kalian bertiga jaga tuan putri baik-baik ... ada sedikit urusan yang mesti kubereskan." Dia langsung bergegas menaiki kuda abu-abunya.

Ringkik kuda!

"Hei, kau mau ke mana prajurit pribadi tuan putri!" teriak salah seorang prajurit yang melihat Moreau telah pergi memacu kudanya dengan sangat cepat.

"Tuan putri, aku tak menyangka remaja berjubah merah itu adalah orang yang kau anggap sebagai pahlawan di masa lalumu. Entah apa yang membuat dia tak mengenalimu dengan sungguh-sungguh, seakan perkataanya tadi itu hanya untuk mencari kesempatan, agar dia bisa kabur dari situasi tertekan yang dibuat oleh Moreau kepadanya," kata seorang prajurit lain, yang sepertinya sangat memerhatikan gelagat Rouqar kepada tuan putri pada insiden tadi.

"Hei-hei, jangan sok tahu seperti itu," ucap prajurit lainnya. "Kenal atau tidaknya remaja berjubah merah itu kepada tuan putri, hanya dia yang tahu," tambahnya. "Sekarang prioritas utama kita adalah tuan putri harus aman dan selamat."

Perdebatan di antara dua prajurit tingkat tiga itu selesai, mengenai Rouqar benar-benar mengenali tuan putri atau tidaknya. Mereka bertiga sangat memprioritaskan keselamatan tuan putri, sekarang tuan putri telah aman di tangan tiga prajurit tingkat tiga yang berada di dekatnya.

Ringkik kuda!

"Tuan putri!" seru dua prajurit tingkat tiga bersamaan yang telah datang menyusul ketiga rekan prajurit lainnya. Mereka lalu turun dari kudanya dan menghampiri tuan putri.

"Apa tuan putri baik-baik saja?" tanya prajurit yang ingin sekali menangkap Rouqar. Ia terkejut ketika melihat mata tuan putri sayu. Seperti ada yang terjadi sebelumnya dan ia tidak mengetahui kejadian tersebut.

"Apa ini perbuatan remaja berjubah merah itu! Apa yang telah dia perbuat kepadamu tuan putri! Tolong katakan—aku bersumpah bila berhasil menangkapnya—akanku hajar dia habis-habisan!" dia menambahkan dengan berteriak kencang dan kesalnya bukan main terhadap Rouqar.

"Hei, tenangkan dirimu," ujar salah satu prajurit yang telah berada di sisi tuan putri terlebih dulu.

Lalu, dengan wajah yang amat kesal prajurit yang ingin sekali menangkap Rouqar itu menghampiri prajurit yang barusan berkata kepadanya. Kemudian, ia menarik dan mencengkeram pundaknya dengan kuat serta menatapnya penuh dengan amarah. "Bagaimana bisa, baruku tinggal sebentar saja untuk menutup pintu gerbang selatan desa, keadaan tuan putri sudah terlihat lemah seperti ini? Apa yang membuatnya menangis hingga matanya terlihat sayu seperti itu?" tanyanya dengan nada suara yang tinggi.

Melihat itu ketiga prajurit yang lain memisahkan kedua prajurit itu dan menahan diri prajurit yang sangat ingin sekali menangkap Rouqar, jikalau dia bertindak diluar kendali emosinya.

"Hei, sudahlah jangan memperunyam masalah di sini," ucap salah seorang prajurit yang menahan dirinya untuk menahan amarahnya, sebab ia belum mengetahui apa yang telah terjadi di sini sebelumnya.

"Kau pikir kami tidak menjaga tuan putri dengan baik! Siapa yang punya hak untuk melarang seorang putri menangis!" teriak prajurit yang pundaknya dicengkeram tadi, ia berteriak-teriak marah kepadanya, tak terima atas perlakuannya terhadap dirinya, seakan dirinya tak melakukan apa-apa untuk menjaga tuan putri.

"Aku atau kami yang tadi berada di sini sebelummu tiba, tak punya wewenang untuk menahan tuan putri mengeluarkan air matanya! Ada hal yang sangat penting bagi tuan putri hingga dirinya mengeluarkan air mata, sehingga matanya terlihat sayu seperti itu! Kau akan tahu, bila—"

"SUDAH CUKUP! HENTIKAN OCEHAN KALIAN!" sergah tuan putri cepat, tanpa berpaling ke arah kedua prajurit yang sedang beradu argumen tersebut.

"T-tuan p-putri," gumam kelima prajurit itu bersamaan secara mendadak, ketika mendengar teriakannya.

"Aku sungguh berterima kasih atas perlakuan kalian semua terhadapku. Tetapi, tak perlu di antara kalian sampai akan berkelahi seperti tadi, hanya karena diriku menangis," ucapnya tersenyum seraya menengadah ke arah bulan. "Terima kasih...."

                           *       *       *

Di tempat panggung eksekusi yang mulai menjelang pagi. Kerumunan para prajurit yang tersisa dibuat tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Mereka bertanya-tanya ada masalah apa di antara Zion dan Zagan, terlebih lagi Zion muncul dengan zirah yang sudah rusak sebagian sehingga pakaian yang dikenakannya terlihat cukup jelas, wajahnya pun terdapat luka dan juga bekas darah yang mulai mengering.

"A-a-a-pa," ucap salah seorang prajurit tingkat satu terkejut terbelalak melihat apa yang sedang ia saksikan di depan matanya, seakan-akan ia tak pernah melihat kejadian itu sebelumnya.

"Seriuskah akan ada pertumpahan darah sebentar lagi? Setelah begitu banyak mayat yang belum terevakuasi di sini," kata salah seorang spesial prajurit tercengang.

"Mengapa para wartawan paruh baya itu mendadak pingsan semua?" kata seorang spesial prajurit lainnya, yang melihat beberapa saat lalu para wartawan paruh baya itu seolah-olah tak takut berada di situasi mengerikan di dekat panggung eksekusi ini. Dan tiba-tiba saja mereka semua sekarang telah pingsan, tanpa prajurit itu tahu apa penyebabnya para wartawan paruh baya itu bisa pingsan seketika.

"Heahahaha," tawa Zagan yang masih mendodongkan pistolnya ke kepala Sheena dan kepalanya masih tertodong pistol yang sudah terkokang oleh pistol Zion. "Tembaklah jika kau berani!" Dia menambahkan dengan senyum seringainya ke wajah Sheena dan ia merasa amat takut ketika melihatnya.

"Cukup sudah kau bersandiwara selama ini, Zagan!" tegas Zion. "KALIAN SEMUA YANG BERADA DI SINI! HARUS MENGETAHUI TENTANG TRAGEDI DELAPAN TAHUN LALU YANG SEBENARNYA!"

Sontak mendengar teriakan Zion, semua spesial prajurit dan prajurit tingkat satu yang tersisa membelalak terkejut. Di benaknya, mereka semua bertanya-tanya, "Apa maksud dari perkataan prajurit senior Zion barusan?" Sepintas, terpikir di benak mereka seakan penuh misteri dan rahasia tentang—tragedi delapan tahun yang lalu—di desa ini.

Bagi prajurit-prajurit baru yang bertugas di desa ini pasti mereka belum mengetahui tentang tragedi itu. Namun, bagi para spesial prajurit dan prajurit tingkat satu yang sudah ada sejak delapan tahun yang lalu pasti sangat bertanya-tanya di benaknya.

Apakah dia mengetahui sesuatu hal tentang tragedi delapan tahun lalu yang sebenarnya? Ataukah dia hanya mencari sensasi belaka? Agar bisa mengambil hati seluruh prajurit yang tersisa untuk mendukungnya, yang pasti semua itu akan jelas saat Zion telah mengungkapnya di hadapan publik, saat ini atau nanti.

The Secret XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang