Bab 13 : Cerita Sepuluh Tahun Yang Lalu Di Desa Lazuarh {Part D}

67 5 1
                                    

Di bagian luar timur desa. Tepatnya di tepi sungai. Entah mengapa Janz malah membawa Rouqar ke tepi sungai yang tak jauh dari hutan timur. Bukan membawanya ke rumah sakit desa Lazuarh untuk mengobati luka-luka Rouqar terlebih dulu.

Janz pun turun dari kudanya dan menambatkannya di sebuah pohon lalu, ia menggendong Rouqar hingga ke tepi sungai. Saat ini keadaan Rouqar sangat mengenaskan untuk dilihat, seperti seorang anak yang akan terkena hukuman mati saja.

Ia terbaring lemas di tepi sungai. Aliran air sungai amat tenang dan Rouqar melihat samar-samar setelah tersadar, telah berada di suatu tempat yang asing baginya, barulah ia terbangun dan membelalak terkejut ketika ia sadar telah berada di tepi sungai.

Tak jauh dari sungai itu juga terdapat sebuah hutan di seberangnya, yang juga biasa disebut hutan timur dan tepi sungai ini juga masih bagian dari wilayahnya. Rouqar semakin terkejut ketika melihat sesosok bayangan seseorang dari aliran sungai, dan orang itu berada di belakangnya.

Sontak ia langsung berpaling ke belakang dan melihat orang yang tak asing baginya telah mengangkat sebilah pedangnya tinggi-tinggi dengan tatapan sorot mata yang tajam dari balik jubahnya ke arah Rouqar.

Apakah hidupku akan berakhir di sini? Rouqar membatin, sebentar lagi tebasan pedang itu akan mengarah kepadanya. Tempat yang lumayan indah untuk akhir hidupku yang kelam ini. ia pun kemudian memejamkan kedua matanya seraya tersenyum. Seakan sudah pasrah ketika ajal telah datang menjemput nyawanya.

Wushhh!! Sringgg!!

Ternyata orang itu adalah Janz. Dia hanya menebas kedua rantai yang memborgol tangan dan kaki Rouqar, hingga terpotong seketika. Hanya menyisakan gelang borgol di kedua tangan dan kakinya saja.

Kini Rouqar telah terbebas dan bisa bergerak lagi. Pikirnya, Janz akan membunuhnya dan membuang mayatnya ke sungai, dan itu membuat dirinya salah dalam asumsinya.

Sadar bahwa ia bisa bergerak dengan leluasa lagi. Ia kembali membuka kedua matanya dengan tatapan mata yang tajam, dan berpaling melihat ke arah Janz yang berada di depannya. Rouqar pun berdiri dan melancarkan pukulan cepat ke arah Janz.

Dughhh!! Bughhh!!

Janz pun refleks dan menangkis pukulan Rouqar dengan tangannya yang memegang pedang, hingga pedangnya terhempas ke rumput di sekitarnya. Kali ini Rouqar menyerang lagi dengan tendangan yang cepat ke arah tulang rusuk bagian kiri Janz. Namun ia bisa menangkis lagi dengan kaki kirinya.

"Serangannya begitu cepat," gumam Janz. "Mungkinkah teknik kecepatan miliknya yang membuat kekacauan di desa Lazuarh tadi—jarang sekali aku melihat anak kecil dengan kemampuan seperti ini—bahkan mungkin, aku tak pernah melihat kemampuan anak kecil yang sehebat ini sebelumnya."

Dughhh!! Bughhh!! Dughhh!! Bughhh!!

Serangan demi serangan Rouqar lancarkan. Namun, tak satupun serangannya dapat mengenai bagian tubuh Janz sedikit pun. Sebab Janz hanya menangkis pukulan dan tendangan Rouqar saja, juga sesekali menghindarinya.

Tatapan matanya masih setajam dan sedingin itu? ucap Janz dalam hati, terkejut melihat ekspresi dari Rouqar yang tak pernah berubah sedikit pun sejak menyerangnya. Apa yang sebenarnya terjadi dengannya. Dia menambahkan, ketika Rouqar masih saja menyerangnya tanpa henti.

"Arghhh!" Rouqar berteriak, secara tiba-tiba dan kemampuan serangannya kepada Janz menjadi lamban dan melemah.

Tappp!!

Akhirnya, Janz pun langsung menangkap kedua tangan Rouqar kemudian, ia membawa dan menyandarkannya ke sebuah pohon yang tak jauh dari tepi sungai itu.

"Ensnare!" pekiknya secara tiba-tiba lalu, ranting-ranting pohonnya bergerak sendiri dan akar-akar dari pohon itu juga tiba-tiba muncul dari dalam tanah. Hingga ranting-ranting pohon yang keras itu menjadi lentur serta akar-akar pohonnya. Setelah itu akar-akar bersamaan dengan ranting-rantingnya menjulur dan mengikat kedua tangan dan kaki Rouqar, seraya ia terikat sedang terduduk bersandar di pohon tersebut.

Pohon ini adalah tempat pertama kali ia keluar untuk menunjukkan dirinya ke hadapan Sheena, yang juga pernah dibawa kemari oleh Rouqar.

"Huuh ... huuh." Napas Rouqar tampak terengah-engah setelah ia mengeluarkan banyak tenaga untuk melawan Janz.

"Revert!" pekik Janz lagi, seraya mengulurkan tangan kirinya. Alih-alih pedangnya yang terjatuh ketika Rouqar menyeranganya tadi, melayang dengan sendirinya dan kembali ke tangannya.

"Wiz...," sebelum Rouqar ingin mengucapkan sebuah kata, ia malah pingsan seketika akibat tak bisa menahan rasa lemas dari tubuhnya.

Beberapa saat kemudian Rouqar membuka matanya dan melihat di depannya sudah banyak makanan-makanan lezat yang tersedia. Seperti nyata atau mimpi baginya.

"Makanlah, banyak yang inginku tanyakan kepadamu," kata Janz yang sedang berbaring di atas kuda Red Dun miliknya, yang tak jauh ditambatkan dari tempat Rouqar terikat di sebuah pohon serta menghadap ke arahnya.

"Bagaimana caranya aku bisa makan? Kalau tubuhku terikat begini?" geram Rouqar tak sabar untuk menyantap makanan yang berada di depannya. Karena perutnya telah sangat lapar akibat terlalu banyak mengeluarkan energinya seharian ini.

"Oh, maaf," ucap Janz, seraya tersenyum ke arah Rouqar. "Release." Janz berucap, lalu ranting-ranting pohon dan akar-akar pohon tersebut terlepas dengan sendirinya.

Dengan cepat Rouqar menyantap sandwich, sosis, ayam panggang dan lain-lain. Serta tersedia berbagai aneka macam minuman seperti: aneka jus, kopi, teh, dan lain-lain. Rouqar makan begitu lahapnya, sampai-sampai Janz pun melihatnya dengan senyuman simpulnya.

"Tap." Janz bergumam lalu, beberapa makanan dan minuman melayang secara tiba-tiba menghampiri dirinya, dengan rumput-rumput di tanah di sekitar kuda miliknya itu juga tercabut dengan sendirinya dan berkumpul di bawah mulutnya. "Aku, juga lapar. Jadi, aku minta beberapa makanannya, ya." Dia menambahkan menghadap ke arah Rouqar.

Akan etapi, Rouqar tak menghiraukan perkataan Janz kemudian ia pun langsung memakan sandwich-nya seraya menatap Rouqar yang juga sedang makan dengan sangat lahap.

Beberapa menit kemudian, sehabis makan. "Kenyang," ujar Rouqar bersandar ke pohon di belakangnya, seraya mengelus-elus perutnya.

"Ensnare," gumam Janz, dan lagi-lagi ranting-ranting beserta akar-akar pohonya di tempat Rouqar bersandar, mengikat kedua tangan dan kakinya lagi seperti sebelumnya.

"Apa-apaan sih ini?" kata Rouqar, yang tak bisa bergerak lagi dan menyatakan dirinya tak ingin diperlakukan seperti ini lagi.

"Aku, kan sudah bilang kalau aku akan bertanya kepadamu, jadi aku terpaksa melakukan cara ini agar kau tak melakukan serangan seperti tadi, atau kabur dariku," ujarnya cepat dan langsung turun dari kudanya.

Janz menghampiri Rouqar yang sudah dalam keadaan terikat tak bisa berbuat apa-apa, apalagi meloloskan diri. Rouqar pun masih giat mencoba memberontakkan dirinya untuk melepaskan ranting-ranting dan akar-akar pohon yang mengikat dan melilit kedua tangan dan kakinya itu.

Akar-akar ini kuat sekali mengikat dan melilitku, batin Rouqar. Ia masih berusaha mencoba sebisa mungkin untuk meloloskan dirinya dari ikatan dan lilitan ranting-ranting dan akar-akar pohon yang berada di kedua tangan dan kakinya itu.

"Percuma saja kau memberontak sekeras apapun, ranting-ranting dan akar-akar pohon itu sangatlah kuat, dan anak kecil sepertimu tak mudah untuk melepaskan diri dari ikatan dan lilitannya. Bahkan itu tidak mungkin bisa terlepas sebelumku berikan perintah untuk melepasnya." Janz menjelaskan soal kekuatannya itu yang dapat mengendalikan ranting-ranting dan akar-akar pohon yang mengikat dan melilit Rouqar di sebuah pohon.

"Aku, yakin setelah melihat semua keanehan yang terjadi di sini. Bahwa kau adalah seorang Wizard?" kata Rouqar dengan tatapan sorot mata yang tajam, seperti sebelumnya di pos penjagaan timur desa tadi.

Akan tetapi, Janz hanya bungkam tak mengucapkan sepatah kata pun setelah ditanya olehnya kemudian, Janz pun duduk bersila di hadapan Rouqar dan menatapnya dengan tatapan mata yang juga tajam setajam Rouqar menatapnya. Sepertinya Janz akan mulai bertanya dengan serius terhadap Rouqar, mengenai semua hal yang telah terjadi di desa Lauzarh beberapa saat lalu.

The Secret XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang