Saat ini Gilder Hack dan Zion sedang berjalan perlahan-lahan di dinding yang menaungi desa Lazuarh. Mereka seolah-olah berjalan santai pada permukaan yang datar. Zion yang menapaki langkah demi langkah seraya berdoa untuk keselamatannya. Jika Zion terjatuh dari dinding ini, maka bisa dipastikan hidupnya berada di antara hidup yang cacat atau mati.
Gilder Hack berjalan seraya menahan air hujan yang membasahi wajahnya begitu deras. Sesekali ia membuka matanya untuk melihat, apakah mereka sudah tiba pada puncak dinding tersebut atau belum. Sementara Zion berada di samping Gilder Hack dengan langkah berbeda, kira-kira enam langkah.
Mereka sudah mencapai di tengah dinding. Zion berhenti sejenak dan menoleh ke arah desa Lazuarh. Dia melihat samar-samar pemandangan gelap pada beberapa bangunan. Ia pun akhirnya kembali berjalan.
Delapan menit kemudian mereka telah mencapai puncak dinding. Mereka berdiri di jalan setapak yang memang ada untuk menghubungkan antara keseluruhan dinding bak benteng itu dari setiap wilayah-wilayah pada desa.
Dari ketinggian, Gilder tersenyum melihat kegelapan jauh di barat. Zion juga melihat dan merasakan kengerian, dia langsung menoleh ke belakang dan untuk pertama kalinya matanya bisa mencakup pemandangan sebagian desa Lazuarh. Akan tetapi, saat ia mengerling ke atap pos pusat penjagaan desa. Ia tercengang dengan pemandangan yang ia lihat.
Walau kelebat awan hitam sedikit membuat kegelapan dari jarak pandang yang cukup jauh hingga ke atap pos pusat penjagaan desa. Dia tetap yakin kalau yang ia lihat bukanlah sebuah ilusi belaka. Dia menyakinkan dirinya kalau ia memang benar-benar melihat beberapa prajurit desa yang terikat akar-akar pohon sedang bergerak-gerak ingin mencoba melepaskan diri dari jeratan itu.
Zion menelan ludah dan memperhatikan hingga beberapa saat. "Hei, Zion," ucap Gilder. "Ketika nanti turun kita akan melewati hutan barat desa Lazuarh." Dia menambahkan.
Sontak, Zion yang mendengar langsung bungkam dan makin merasakan kengerian. Hingga bulu kuduknya berdiri. Namun, Zion tak menanggapi omongan Gilder Hack. Dia masih terus menyakinkan dirinya kalau apa yang ia lihat di atap pos pusat penjagaan desa itu nyata.
"Hei, Zion ada apa kau menoleh ke arah desa?" Gilder pun akhirnya juga berpaling ke arah desa.
Kontan ia memperhatikan apa yang sedang Zion lihat. Dia memicingkan matanya. Karena hujan deras sedikit menghalangi pandangannya. Terlebih lagi awan hitam yang membuat langit semakin gelap hingga jarak pandang pun menjadi terbatas.
Gilder menyadari sesuatu di atap pos pusat penjagaan desa. Mengapa segerombolan prajurit desa dari tingkat spesial hingga empat berada di situ? batinnya. Mereka semua terkena sihir Janz? Sekarang aku akan memercayai semua di desa ini kepadamu, Janz. Meskipun Janz tidak berada di atap pos pusat penjagaan itu. Dia mengerling dan pandangannya bertemu dengan Qoptr. Kenapa dia berada di situ juga? Dasar bodoh, sepertinya dia mengabaikan perintah Janz. Spesial prajurit juga ada yang mati? Apa yang sebenarnya terjadi di sana? Gilder semakin heran sekarang.
Apa aku tidak salah lihat? Zion membatin. Ada spesial prajurit yang perutnya tertancap trisula dan benda tajam lainnya? Apakah aku sedang berhalusinasi? Zion merasa bingung, dia merasa ini nyata namun ia tak begitu yakin kalau ada yang terbunuh dan terikat seperti itu.
"Hei, Zion," tegur Gilder. "Kau melihat apa sih?" Dia berpura-pura tak melihat apa pun di atap pos pusat penjagaan desa.
"Aku melihat para prajurit tingkat spesial hingga empat berada di atap pos pusat penjagaan desa," jelasnya. "Mereka semua terikat akar-akar pohon di sana. Ada spesial prajurit yang tubuhnya tertancap trisula dan benda tumpul lainnya." Dia menambahkan seraya yakin juga sedikit ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret X
FantasySuatu dunia yang mengisahkan banyak rahasia bertebaran di dalamnya, sungguh membuat orang-orang di dunia itu ingin mencari tahu semua tentang rahasia tersebut. Rahasia itu terdapat dari orang, benda, tempat, dll. Hanya ada segelintir orang yang hamp...