Bab 41 : Hal Tak Terduga {Part A}

12 3 0
                                    

Di depan pintu gerbang timur desa Lazuarh. Gemuruh mulai bersahut-sahutan di langit. Udara semakin kencang, menerpa tubuh hingga menusuk ke dalam daging. Dingin menyeruak ke segala arah sampai membuat tubuh menggigil tak keruan.

"Akhirnya, akhirnya kita tiba juga di permukaan." Romy Raven terengah-engah ketika sudah berada di atas tanah. Dia mengerling dan mendapati Zagan yang terkapar dalam posisi miring.

Plak!

Kepala Romy Raven dijitak oleh seseorang.

"Aw," Romy Raven mengaduh kesakitan dan mengusap kepalanya. "Siapa sih?" keluhnya. Dia pun menengadah dan menadapati Parvilliun yang berdiri tegak di hadapannya.

"Dasar kau, menyusahkanku saja!" pekik Parvilliun dengan raut wajah masam.

"Terima kasih, Parvilliun," ucap Romy Raven tersenyum. "Kau menyelamatkanku untuk kesekian kalinya. Aku berhutang budi padamu."

Parvilliun masih menampakkan raut wajah datarnya. Ia mendengarkan perkataan Romy Raven, tapi ia tidak membalasnya.

Brugh!

Tubuh Parvilliun seketika goyah dan jatuh menghantam tanah dengan keadaan telentang.

Romy Raven membelalak. "Parvilliun!" pekiknya. Ia pun langsung bergegas ke tempat Parvilliun. "Apa kau tidak apa-apa?" Dia memindai tubuh Parvilliun. Tangan dan kakinya lunglai. Suhu tubuhnya meningkat menjadi panas ketika Romy Raven sedang memeriksa keadaanya.

Suasana yang dirasakan Romy Raven kian sunyi, bak ditinggal kedua temannya sementara. Padahal pada akhirnya mereka sudah dapat menjalankan rencana. Namun, semua itu sepertinya akan tertunda sejenak. Mengingat kekuatan Parvilliun juga sudah mencapai batasnya dan Zagan yang masih terkejut dengan apa yang dialaminya juga belum sadar hingga sekarang.

                              *      *      *

Janz mendengar samar-samar suara teriakan yang amat ricuh. Perlahan ia mulai mengerjapkan mata dan melihat objek-objek yang samar. Sampai indra pendengaran dan penglihatannya pun kembali jelas. Dia sadar bahwa sekarang ia sedang berada di depan pos pusat penjagaan desa.

Baginya, beberapa saat yang lalu adalah puncak di mana tubuhnya terus memaksa kekuatannya untuk keluar. Sampai tubuhnya pun tak bisa lagi menahan kekuatannya. Sehingga ia harus mengistirahatkan tubuhnya tanpa sepengetahuannya. Badannya lemas dan akhirnya terbujur kaku, tak sadarkan diri dan menerima suplai kekuatannya kembali ketika terlelap seketika.

Sekarang ia telah bangkit dan duduk bersila kembali. Kesunyian pun datang. Keadaan menjadi hening seketika. Sedetik kemudian para prajurit bersorak, "Janz!" Mereka menyebut-nyebut nama pemimpinnya dengan riang gembira.

Kedengkian dan kebencian timbul kembali di hati dan benak warga. Mereka berpikiran negatif, beberapa mengutuk Janz dalam hatinya. Raut wajah mereka kembali menunjukkan seringainya. Menandakan ketidaksukaan yang melanda kembali.

Mereka berpikir Janz akan tumbang dalam waktu yang cukup lama. Bahkan mereka bersumpah serapah setelah Janz pingsan. Para prajurit selalu mendoakan Janz yang terbaik. Akan tetapi, di antara mereka sudah geram karena telah terlalu lama terikat oleh sihirnya.

"Janz!" Seorang prajurit memekik keras. Pusat perhatian sekarang tertuju kepadannya.

Janz, prajurit dan warga pun menoleh ke arahnya. "Janz, tolong lepaskan kami. Kami ingin dibebaskan dari jeratan ini."

"Benar Janz, benar!" Beberapa prajurit menimpalinya.

Qoptr mengerling ke sebagian prajurit tersebut. "Hei-hei," ujarnya. "Janz pasti mempunyai alasan kenapa kita juga terkena sihirnya." Dia mencoba menenangkan sebagian prajurit.

The Secret XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang